PENGANTAR KESEHATAN MASYARAKAT
Ragil Setiyabudi, SKM
1. Sejarah Kesehatan Masyarakat (Notoatmodjo, 2003)
Berbicara kesehatan masyarakat tidak terlepas dari dua tokoh metologi Yunani yaitu Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita Mitos Yunani tersebut Asclepius disebutkan sebagai seorang dokter pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya, tetapi diceritakan bahwa ia telah dapat mengobati penyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu dengan baik.
Hegeia, seorang asistenya yang juga istrinya juga telah melakukan upaya kesehatan. Bedanya antara Asclepius dengan Higeia dalam pendekatan/penanganan masalah kesehatan adalah ;
a. Asclepius melakukan pendekatan (pengobatan penyakit), setelah penyakit tersebut terjadi pada seseorang.
b. Higeia mengajarkan kepada pengikutnya dalam pendekatan masalah kesehatan melalui “hidup seimbang”, seperti mengindari makanan/minuman yang beracun, makan makanan yang bergizi (baik) cukup istirahat dan melakukan olahraga. Apabila orang sudah jatuh sakit Higeia lebih menganjurkan melakukan upaya-upaya secara alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut, anatara lain lebih baik dengan memperkuat tubuhnya dengan makanan yang baik, daripada dengan pengobatan/pembedahan.
Dari cerita dua tokoh di atas, berkembanglah 2 aliran/pendekatan dalam menangani masalah kesehatan. Kelompok pertama cenderung menunggu terjadinya penyakit (setelah sakit), yang selanjutnya disebut pendekatan kuratif/pengobatan. Kelompok ini pada umumnya terdiri terdiri dari dokter, dokter gigi, psikiater dan praktisi-praktisi lain yang melakukan pengobatan fisik, mental maupun sosial. Sedangkan kelompok kedua, seperti halnya pendekatan Higeia, cenderung melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit dan meningkatkan kesehatan (promosi) sebelum terjadi penyakit. Ke dalam kelompok ini termasuk para petugas kesehatan masyarakat lulusan-lulusan sekolah/institusi kesehatan masyarakat dari berbagai jenjang.
Dalam perkembangan selanjutnya, seolah-olah terjadi dikotomi antara kelompok kedua profesi, yaitu pelayanan kesehatan kuratif (curative health care), dan pelayanan pencegahan/preventif (preventive health care). Kedua kelompok ini dapat dilihat perbedaan pendekatan :
a. Pendekatan kuratif :
1) Dilakukan terhadap sasaran secara individual.
2) Cenderung bersifat reaktif (menunggu masalah datang, misal dokter menunggu pasien datang di Puskesmas/tempat praktek).
3) Melihat dan menangani klien/pasien lebih kepada sistem biologis manusia/pasien hanya dilihat secara parsial (padahal manusia terdiri dari bio-psiko-sosial yang terlihat antara aspek satu dengan lainnya.
b. Pendekatan preventif,
1) Sasaran/pasien adalah masyarakat (bukan perorangan).
2) Menggunakan pendekatan proaktif, artinya tidak menunggu masalah datang, tetapi mencari masalah. Petugas turun di lapangan/masyarakat mencari dan mengidentifikasi masalah dan melakukan tindakan.
3) Melihat klien sebagai makhluk yang utuh, dengan pendekatan holistik. Terjadiya penyakit tidak semata karena terganggunya sistem biologis tapi aspek bio-psiko-sosial.
2. Pengertian Kesehatan Masyarakat (Notoatmodjo, 2003)
Menurut Winslow (1920) bahwa Kesehatan Masyarakat (Public Health) adalah Ilmu dan Seni : mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan, melalui “Usaha-usaha Pengorganisasian masyarakat “ untuk :
a. Perbaikan sanitasi lingkungan
b. Pemberantasan penyakit-penyakit menular
c. Pendidikan untuk kebersihan perorangan
d. Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan.
e. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya.
Menurut Ikatan Dokter Amerika (1948) Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat.
Dari batasan kedua di atas, dapat disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat itu meluas dari hanya berurusan sanitasi, teknik sanitasi, ilmu kedokteran kuratif, ilmu kedokteran pencegahan sampai dengan ilmu sosial, dan itulah cakupan ilmu kesehatan masyarakat.
3. Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat (Notoatmodjo, 2003)
Disiplin ilmu yang mendasari ilmu kesehatan masyarakat antara lain, mencakup :
a. Ilmu biologi
b. Ilmu kedokteran
c. Ilmu kimia
d. Fisika
e. Ilmu Lingkungan
f. Sosiologi
g. Antropologi (ilmu yang mempelajari budaya pada masyarakat)
h. Psikologi
i. Ilmu pendidikan
Oleh karena itu ilmu kesehatan masyarakat merupakan ilmu yang multidisiplin.
Secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan masyarakat, atau sering disebut sebagai pilar utama Ilmu Kesehatan Masyarakat ini antara lain sbb :
1. Epidemiologi.
2. Biostatistik/Statistik Kesehatan.
3. Kesehatan Lingkungan.
4. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
5. Administrasi Kesehatan Masyarakat.
6. Gizi Masyarakat.
7. Kesehatan Kerja.
4. Upaya-upaya Kesehatan Masyarakat (Notoatmodjo, 2003)
Masalah Kesehatan Masyarakat adalah multikausal, maka pemecahanya harus secara multidisiplin. Oleh karena itu, kesehatan masyarakat sebagai seni atau prakteknya mempunyai bentangan yang luas. Semua kegiatan baik langsung maupun tidak untuk mencegah penyakit (preventif), meningkatkan kesehatan (promotif), terapi (terapi fisik, mental, dan sosial) atau kuratif, maupun pemulihan (rehabilitatif) kesehatan (fisik, mental, sosial) adalah upaya kesehatan masyarakat.
Secara garis besar, upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai seni atau penerapan ilmu kesehatan masyarakat antara lain sebagai berikut :
a. Pemberantasan penyakit, baik menular maupun tidak menular.
b. Perbaikan sanitasi lingkungan
c. Perbaikan lingkungan pemukiman
d. Pemberantasan Vektor
e. Pendidikan (penyuluhan) kesehatan masyarakat
f. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
g. Pembinaan gizi masyarakat
h. Pengawasan Sanitasi Tempat-Tempat Umum
i. Pengawasan Obat dan Minuman
j. Pembinaan Peran Serta Masyarakat
5. Perkembangan Kesehatan Masyarakat di Indonesia (Notoatmodjo, 2003)
Abad Ke-16 Pemerintahan Belanda mengadakan upaya pemberantasan cacar dan kolera yang sangat ditakuti masyarakat pada waktu itu. Sehingga berawal dari wabah kolera tersebut maka pemerintah Belanda pada waktu itu melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat.
Tahun 1807 Pemerintahan Jendral Daendels, telah dilakukan pelatihan dukun bayi dalam praktek persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka upaya penurunan angka kematian bayi pada waktu itu, tetapi tidak berlangsung lama, karena langkanya tenaga pelatih.
Tahun 1888 Berdiri pusat laboratorium kedokteran di Bandung, yang kemudian berkembang pada tahun-tahun berikutnya di Medan, Semarang, surabaya, dan Yogyakarta. Laboratorium ini menunjang pemberantasan penyakit seperti malaria, lepra, cacar, gizi dan sanitasi.
Tahun 1925 Hydrich, seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda mengembangkan daerah percontohan dengan melakukan propaganda (pendidikan) penyuluhan kesehatan di Purwokerto, Banyumas, karena tingginya angka kematian dan kesakitan.
Tahun 1927 STOVIA (sekolah untuk pendidikan dokter pribumi) berubah menjadi sekolah kedokteran dan akhirnya sejak berdirinya UI tahun 1947 berubah menjadi FKUI. Sekolah dokter tersebut punya andil besar dalam menghasilkan tenaga-tenaga (dokter-dokter) yang mengembangkan kesehatan masyarakat Indonesia
Tahun 1930 Pendaftaran dukun bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan
Tahun 1935 Dilakukan program pemberantasan pes, karena terjadi epidemi, dengan penyemprotan DDT dan vaksinasi massal.
Tahun 1951 Diperkenalkannya konsep Bandung (Bandung Plan) oleh Dr.Y. Leimena dan dr Patah (yang kemudian dikenal dengan Patah-Leimena), yang intinya bahwa dalam pelayanan kesehatan masyarakat, aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan. konsep ini kemudian diadopsi oleh WHO. Diyakini bahwa gagasan inilah yang kemudian dirumuskan sebagai konsep pengembangan sistem pelayanan kesehatan tingkat primer dengan membentuk unit-unit organisasi fungsional dari Dinas Kesehatan Kabupaten di tiap kecamatan yang mulai dikembangkan sejak tahun 1969/1970 dan kemudian disebut Puskesmas.
Tahun 1952 Pelatihan intensif dukun bayi dilaksanakan
Tahun 1956 Dr.Y.Sulianti mendirikan “Proyek Bekasi” sebagai proyek percontohan/model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat dan pusat pelatihan, sebuah model keterpaduan antara pelayanan kesehatan pedesaan dan pelayanan medis.
Tahun 1967 Seminar membahas dan merumuskan program kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan masyarakat Indonesia. Kesimpulan seminar ini adalah disepakatinya sistem Puskesmas yang terdiri dari Puskesmas tipe A, tipe B, dan C.
Tahun 1968 Rapat Kerja Kesehatan Nasional, dicetuskan bahwa Puskesmas adalah merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah (Depkes) menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas disepakati sebagai suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan di kotamadya/kabupaten.
Tahun 1969 Sistem Puskesmas disepakati 2 saja, yaitu tipe A (dikepalai dokter) dan tipe B (dikelola paramedis). Pada tahun 1969-1974 yang dikenal dengan masa Pelita 1, dimulai program kesehatan Puskesmas di sejumlah kecamatan dari sejumlah Kabupaten di tiap Propinsi.
Tahun 1979 Tidak dibedakan antara Puskesmas A atau B, hanya ada satu tipe Puskesmas saja, yang dikepalai seorang dokter dengan stratifikasi puskesmas ada 3 (sangat baik, rata-rata dan standard). Selanjutnya Puskesmas dilengkapi dengan piranti manajerial yang lain, yaitu Micro Planning untuk perencanaan, dan Lokakarya Mini (LokMin) untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerjasama tim.
Tahun 1984 Dikembangkan program paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana di Puskesmas (KIA, KB, Gizi, Penaggulangan Diare, Immunisasi)
awal tahun 1990-an Puskesmas menjelma menjadi kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga memberdayakan peran serta masyarakat, selain memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Kepustakaan
Notoatmodjo, Soekidjo.2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat ; Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta : Rineka Cipta.
Depkes, 2005. Dr. J. Leimena, Peletak Konsep Dasar Pelayanan Kesehatan Primer (Puskesmas),http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=1099&Itemid=2 diakses tanggal 5 Agustus 2005
Soal latihan :
1. Sebutkan perbedaan pelayanan dengan pendekatan kuratif dan pendekatan preventi
Search:
Belibis A-17
• A-17′s EBOOKS
• A-17′s FRIENDS
• BUKU TAMU
• DAFTAR ISI
• KET. OBAT
KESEHATAN LINGKUNGAN (KesLing)
Posted on October 15, 2008. Filed under: Kedokteran | Tags: Kesehatan Lingkungan, KESLING |
0
0
Rate This
Editor : Yayan A. Israr, S.Ked. Fakultas Kedokteran Universitas Riau.
—-
A. DEFINISI
—-Ada beberapa definisi dari kesehatan lingkungan :
1. Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.1
2. Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.2
—-
B. RUANG LINGKUP KESEHATAN LINGKUNGAN
—-Menurut World Health Organization (WHO) ada 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan, yaitu :1
1. Penyediaan Air Minum
2. Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran
3. Pembuangan Sampah Padat
4. Pengendalian Vektor
5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
6. Higiene makanan, termasuk higiene susu
7. Pengendalian pencemaran udara
8. Pengendalian radiasi
9. Kesehatan kerja
10. Pengendalian kebisingan
11. Perumahan dan pemukiman
12. Aspek kesling dan transportasi udara
13. Perencanaan daerah dan perkotaan
14. Pencegahan kecelakaan
15. Rekreasi umum dan pariwisata
16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk
17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.
—-Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam Pasal 22 ayat (3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesling ada 8, yaitu :3
1. Penyehatan Air dan Udara
2. Pengamanan Limbah padat/sampah
3. Pengamanan Limbah cair
4. Pengamanan limbah gas
5. Pengamanan radiasi
6. Pengamanan kebisingan
7. Pengamanan vektor penyakit
8. Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana
—-
C. SASARAN KESEHATAN LINGKUNGAN
—-Menurut Pasal 22 ayat (2) UU 23/1992, Sasaran dari pelaksanaan kesehatan lingkungan adalah sebagai berikut :3
1. Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang sejenis
2. Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis
3. Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis
4. Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk umum
5. Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan yang berada dlm keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk secara besar2an, reaktor/tempat yang bersifat khusus.
—-
D. MASALAH-MASALAH KESEHTAN LINGKUNGAN DI INDONESIA
—-Masalah Kesehatan lingkungan merupakan masalah kompleks yang untuk mengatasinya dibutuhkan integrasi dari berbagai sector terkait. Di Indonesia permasalah dalam kesehatan lingkungan antara lain :2,4
1. Air Bersih
—-Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
—-Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :
• Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
• Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, Kesadahan (maks 500 mg/l)
• Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air)
2. Pembuangan Kotoran/Tinja
—-Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat sebagai berikut :2,5
• Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
• Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air atau sumur
• Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
• Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain
• Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar ; atau, bila memang benar-benar diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin
• Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang
• Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.
3. Kesehatan Pemukiman
—-Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :2,6
• Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu
• Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privacy yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah
• Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup
• Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.
4. Pembuangan Sampah
—-Teknik pengelolaan sampah yang baik dan benar harus memperhatikan faktor-faktor /unsur, berikut:6
• Penimbulan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah adalah jumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas, pola kehidupan/tk sosial ekonomi, letak geografis, iklim, musim, dan kemajuan teknologi
• Penyimpanan sampah
• Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali
• Pengangkutan
• Pembuangan
—-Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat mengetahui hubungan dan urgensinya masing-masing unsur tersebut agar kita dapat memecahkan masalah-masalah ini secara efisien.
5. Serangga dan Binatang Pengganggu
—-Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit yang kemudian disebut sebagai vektor misalnya : pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar, Nyamuk Anopheles sp untuk penyakit Malaria, Nyamuk Aedes sp untuk Demam Berdarah Dengue (DBD), Nyamuk Culex sp untuk Penyakit Kaki Gajah/Filariasis. Penanggulangan/pencegahan dari penyakit tersebut diantaranya dengan merancang rumah/tempat pengelolaan makanan dengan rat proff (rapat tikus), Kelambu yang dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah gigitan Nyamuk Anopheles sp, Gerakan 3 M (menguras mengubur dan menutup) tempat penampungan air untuk mencegah penyakit DBD, Penggunaan kasa pada lubang angin di rumah atau dengan pestisida untuk mencegah penyakit kaki gajah dan usaha-usaha sanitasi.
—-Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit misalnya anjing dapat menularkan penyakit rabies/anjing gila. Kecoa dan lalat dapat menjadi perantara perpindahan bibit penyakit ke makanan sehingga menimbulakan diare. Tikus dapat menyebabkan Leptospirosis dari kencing yang dikeluarkannya yang telah terinfeksi bakteri penyebab.
6. Makanan dan Minuman
—-Sasaran higene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran, rumah makan, jasa boga dan makanan jajanan (diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel).
—-Persyaratan hygiene sanitasi makanan dan minuman tempat pengelolaan makanan meliputi :6
• Persyaratan lokasi dan bangunan
• Persyaratan fasilitas sanitasi
• Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan
• Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi
• Persyaratan pengolahan makanan
• Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi
• Persyaratan peralatan yang digunakan
• Pencemaran Lingkungan
—-Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran tanah, pencemaran udara. Pencemaran udara dapat dibagi lagi menjadi indoor air pollution dan out door air pollution. Indoor air pollution merupakan problem perumahan/pemukiman serta gedung umum, bis kereta api, dll. Masalah ini lebih berpotensi menjadi masalah kesehatan yang sesungguhnya, mengingat manusia cenderung berada di dalam ruangan ketimbang berada di jalanan. Diduga akibat pembakaran kayu bakar, bahan bakar rumah tangga lainnya merupakan salah satu faktor resiko timbulnya infeksi saluran pernafasan bagi anak balita. Mengenai masalah out door pollution atau pencemaran udara di luar rumah, berbagai analisis data menunjukkan bahwa ada kecenderungan peningkatan. Beberapa penelitian menunjukkan adanya perbedaan resiko dampak pencemaran pada beberapa kelompok resiko tinggi penduduk kota dibanding pedesaan. Besar resiko relatif tersebut adalah 12,5 kali lebih besar. Keadaan ini, bagi jenis pencemar yang akumulatif, tentu akan lebih buruk di masa mendatang. Pembakaran hutan untuk dibuat lahan pertanian atau sekedar diambil kayunya ternyata membawa dampak serius, misalnya infeksi saluran pernafasan akut, iritasi pada mata, terganggunya jadual penerbangan, terganggunya ekologi hutan.
—-
—-
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization (WHO). Environmental Health. Disitasi dari : http://www.WHO.int. Last Update : Januari 2008
2. Setiyabudi R. Dasar Kesehatan Lingkungan. Disitasi dari : http://www.ajago.blogspot.htm. Last Update : Desember 2007
3. Departemen Kesehatan Repubik Indonesia.. Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
4. Menteri Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan No 416 tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air.
5. Soeparman dan Suparmin. 2001.Pembuangan Tinja dan Limbah Cair : Suatu Pengantar. Jakarta : EGC.
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098/MENKES/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran
Minggu, 30 Januari 2011
makalah tentang DBD
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selama ini semua manusia pasti mengatahui dan mengenal serangga yang disebut nyamuk. Antara nyamuk dan manusia bisa dikatakan hidup berdampingan bahkan nyaris tanpa batas. Namun, berdampingannya manusia dengan nyamuk bukan dalam makna positif. Tetapi nyamuk dianggap mengganggu kehidupan umat manusia. Meski jumlah nyamuk yang dibunuh manusia jauh lebih banyak daripada jumlah manusia yang meninggal karena nyamuk, perang terhadap nyamuk seolah menjadi kegiatan tak pernah henti yang dilakukan oleh manusia.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)} adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.Penyakit ini banyak ditemukan didaerah tropis seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika termasuk di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Dokter dan tenaga kesehatan lainnya seperti Bidan dan Pak M Demam Berdarah Dengue (DBD) kini sedang mewabah, tak heran jika penyakit ini menimbulkan kepanikan di Masyarakat. Hal ini disebabkan karena penyakit ini telah merenggut banyak nyawa. Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI terdapat 14 propinsi dalam kurun waktu bulan Juli sampai dengan Agustus 2005 tercatat jumlah penderita sebanyak 1781 orang dengan kejadian meninggal sebanyak 54 orang. DBD bukanlah merupakan penyakit baru, namun tujuh tahun silam penyakit inipun telah menjangkiti 27 provinsi di Indonesia dan menyebabkan 16.000 orang menderita, serta 429 jiwa meninggal dunia, hal ini terjadi sepanjang bulan Januari sampai April 1998 (Tempo, 2004). WHO bahkan memperkirakan 50 juta warga dunia, terutama bocah-bocah kecil dengan daya tahan tubuh ringkih, terinfeksi demam berdarah setiap tahun.
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah demam dengue yang disertai pembesaran hati dan manifestasi perdarahan. Pada keadaan yang parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan pasien jatuh syok hipovolemik akibat kebocoran plasma. DBD merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang penularannya dari satu penderita ke penderita lain disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Oleh karena itu langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran DBD adalah dengan memotong siklus penyebarannya dengan memberantas nyamuk tersebut. Salah satu cara untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti adalah dengan melakukan Fogging. Selain itu juga dapat dilakukan pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan abatisasi untuk memberantas jentik nyamuk. Program studi Kesehatan Lingkungan Program Diploma tiga Kesehatan FIK UMS sebagai salah satu institusi yang dapat melaksanakan fogging merasa bertanggung jawab untuk mencegah penyebaran penyakit ini. Sebagai wujud kepedulian itu maka dilaksanakan program fogging di beberapa daerah.
Pelaksanaan fogging ini didasarkan pada permohonan dari masyarakat. Salah satu permohonan yang datang adalah dari Organisasi Sosial Pemuda dan Pemudi Tuwak (OSPEK) Dukuh Tuwak Gonilan Kartasura Sukoharjo dengan surat No. 02/PDB/OSPEK/XI/2005 tertanggal 15 November 2005 tentang permohonan bantuan fogging. Permohonan ini didasarkan bahwa di Rt: 01 dan 02 Rw : II Desa Tuwak telah terdapat 3 orang yang dinyatakan positif menderita demam berdarah. Dukuh Tuwak, Gonilan dimungkinkan termasuk salah satu daerah endemis demam berdarah. Hal ini dibuktikan dengan adanya permintaan fogging pada prodi Kesling secara rutin setiap tahunnya sejak tahun 2001. Permohonan ini di dasarkan pada adanya kasus penderita demam berdarah yang cukup meresahkan masyarakat. Antri seringkali salah dalam penegakkan diagnosa, karena kecenderungan gejala awal yang menyerupai penyakit lain seperti Flu dan Tipes (Typhoid).
B. Perumusan Masalah
Adapun beberapa masalah yang akan di rumuskan dalam memecahkan masalah demam berdarah antara lain :
• Bagaimana cara memberantas penyakit demam berdarah agar tidak mewabah ?
• Apa saja cara pengobatan penyakit demam berdarah ?
• Bagaimana gejala dan pencegahan penyakit demam berdarah ?
C. Tujuan
Tujuan di buatnya makalah ini adalah :
1. Memberikan informasi tentang cara pemberantasan penyakit demam berdarah.
2. Mengurangi prosentase terjadinya penyakit demam berdarah.
3. Memberikan pengetahuan tentang cara pengobatan penyakit demam berdarah.
4. Mengetahui gejala dan berbagai pencegahan untuk penyakit demam berdarah tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Cara Pemberantasan Demam Berdarah
Fogging merupakan salah satu bentuk upaya untuk dapat memutus rantai penularan penyakit DHF, dengan adanya pelaksanaan fogging diharapkan jumlah penderita Demam Berdarah DHF dapat berkurang. Sebelum pelaksanaan fogging pada masyarakat telah diumumkan agar menutup makanannya dan tidak berada di dalam rumah ketika dilakukan fogging termasuk orang yang sakit harus diajak ke luar rumah dahulu, selain itu semua ternak juga harus berada di luar. Namun demikian untuk menghindari hal – hal yang tidak diinginkan maka dalam pelaksanaannya fogging dilakukan oleh 2 orang operator. Operator I (pendamping) bertugas membuka pintu, masuk rumah dan memeriksa semua ruangan yang ada untuk memastikan bahwa tidak ada orang dalam rumah termasuk bayi, anak-anak maupun orang tua dan orang yang sedang terbaring sakit, selain itu ternak-ternak sudah harus dikeluarkan serta semua makanan harus sudah ditutup. Setelah siap operator pendamping ke luar dan operator II (Operator swing Fog) memasuki rumah dan melakukan fogging pada semua ruangan dengan cara berjalan mundur. Setelah selesai operator pendamping baru menutup pintu. Rumah yang telah di fogging ini harus dibiarkan tertutup selama kurang lebih satu jam dengan harapan nyamuk-nyamuk yang berada dalam rumah dapat terbunuh semua, dengan cara ini nyamuk-nyamuk akan terbunuh karena malathion bekerja secara “knoc donw”. Setelah itu fogging dilanjutkan di luar rumah / pekarangan. Setelah satu rumah beserta pekarangannya selesai difogging maka fogging dilanjutkan ke rumah yang lain, sampai semua rumah dan pekarangan milik warga difogging. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan fogging dengan swing fog untuk mendapatkan hasil yang optimal adalah sebagai berikut :
a) Konsentrasi larutan dan cara pembuatannya. Untuk malation, konsentrasi larutan adalah 4 – 5 %.
b) Nozzle yang dipakai harus sesuai dengan bahan pelarut yang digunakan dan debit keluaran yang diinginkan.
c) Jarak moncong mesin dengan target maksimal 100m, efektif 50m.
d) Kecepatan berjalan ketika memfogging, untuk swing fog kurang lebih 500 m2 atau 2 – 3 menit untuk satu rumah dan halamannya.
e) Waktu fogging disesuaikan dengan kepadatan/aktivitas puncak dari nyamuk, yaitu jam 09.00 – 11.00.
Dalam pelaksanaan fogging inipun telah diperhatikan hal-hal di atas sehingga diharapkan hasilnya juga optimal. Berdasarkan hasil survei jentik ternyata masih ditemukan jentik di 5 rumah penduduk. Jentik tersebut berada di kamar mandi, satu kamar mandi ditemukan di luar rumah dengan kondisi kurang bersih dan kurang terawat, sedang 4 kamar mandi yang lain berada di dalam rumah. Bahkan satu kamar mandi terbuat dari keramik, namun demikian kamar mandi ini berhubungan langsung dengan pekarangan yang cukup luas dengan tanaman-tanaman besar yang cukup banyak, sehingga dimungkinkan nyamuk berasal dari pekarangan. Bagi penduduk yang kamar mandinya masih ditemukan jentik, maka pada saat itu juga team yang bertugas langsung memberikan pengarahan dan penyuluhan pada pemilik rumah untuk membersihkan kamar mandinya agar tidak menjadi sarang nyamuk. Pendapat masyarakat bahwa fogging merupakan cara yang paling tepat untuk mencegah penyebaran penyakit demam berdarah sebenarnya kurang tepat, karena cara ini sesungguhnya hanya bertujuan untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti dewasa, sehingga jika di beberapa rumah penduduk masih diketemukan jentik nyamuk, maka dimungkinkan penularan demam berdarah masih berlanjut dengan dewasanya jentik yang menjadi nyamuk. Apalagi siklus perubahan jentik menjadi nyamuk hanya membutuhkan waktu kurang lebih satu minggu. Sehingga jika di daerah tersebut terdapat penderita demam berdarah baru maka dimungkinkan akan cepat menyebar pula. Langkah yang dianggap lebih efektif adalah dengan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk), kegiatan ini sebenarnya cukup murah dan dapat dilakukan oleh masyarakat sendiri secara gotong royong. Kegiatannya dapat berupa kerja bakti untuk membersihkan rumah dan pekarangannya, selokan selokan di samping rumah serta melakukan 3M ( Menguras kamar mandi (termasuk mengganti air untuk minuman burung dan air dalam vas bunga), menutup tampungan / tandon air dan mengubur barang-barang bekas yang mungkin menjadi tempat sarang nyamuk, termasuk pecahan botol dan potongan ban bekas). Jika diperlukan dapat ditaburkan abate dengan dosis 10 gr/ 100 liter air, untuk membunuh jentik-jentik pada bak kamar mandi maupun kolam-kolam ikan di rumah, dalam hal ini masyarakat tidak perlu takut kalau-kalau terjadi keracunan karena abate ini hanya membunuh jentik nyamuk dan aman bagi manusia maupun ikan. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam memutus rantai penularan penyakit demam berdarah adalah dengan pelaksanaan PSN oleh masyarakat, kemudian dilakukan fogging oleh petugas dan kembali dilaksanakan PSN oleh masyarakat. Jika cara ini telah dilakukan oleh seluruh masyarakat secara merata di berbagai wilayah, artinya tidak hanya satu Rt atau Rw saja, tetapi telah meluas di semua wilayah maka pemberantasan demam berdarah akan lebih cepat teratasi. Sebab jika hanya satu daerah saja yang melaksanakan program tersebut namun daerah lainnya tidak, maka dimungkinkan orang yang berasal dari wilayah yang telah bebas namun berkunjung ke daerah yang masih terdapat penderita demam berdarah dan tergigit oleh nyamuk Aedes aegypti akan tertular demam berdarah pula dan dengan cepat penyakit inipun akan tersebar luas kembali.
Berdasarkan hasil evaluasi yang kami lakukan maka setelah dilaksanakan fogging di Dukuh Tuwak Desa Gonilan, Kartasura tidak ditemukan penderita demam berdarah. Hal ini juga didukung dengan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk sebagai salah satu tindak lanjut dari proses pengasapan (Fogging) ini.
B. Cara Pengobatan Penyakit Demam Berdarah
Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah mengatasi perdarahan, mencegah atau mengatasi keadaan syok / persyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita banyak minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau susu) penambahan cairan tubuh melalui infus (intravena) mungkinb di perlukan untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan. Transfusi platelet di lakukan jika jumlah platelet menurun drastis. Terhadap keluhan yang timbul, selanjutnya adalah pemberian obat – obatan misalnya :
• Parasetamol membantu menurunkan demam
• Garam elektrolit (oralit) jika di sertai diare
• Antibiotik berguna untuk mencegah infeksi sekunder, lakukan kompres dingin, tidak perlu dengan es karena bisa berdampak syok. Bahkan beberapa tim medis menyarankan kompres dapat di lakukan dengan alkohol.Pengobatan alternatif yang umum di kenal adalah dengan meminum jus jambu biji bangkok, namun khasiatnya belum pernah di buktikan secara medis, akan tetapi jambu biji kenyataannya dapat mengembalikan cairan intravena dan peningkatan nilai trombosit darah.
C. Gejala dan Pencegahan Penyakit Demam Berdarah
Tanda dan Gejala Penyakit Demam Berdarah Dengue Masa tunas / inkubasi selama 3 – 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue, Selanjutnya penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah sebagai berikut :
1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 – 40 derajat Celsius).
2. Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan.
3. Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva), Mimisan (Epitaksis), Buang air besar dengan kotoran (Peaces) berupa lendir bercampur darah (Melena), dan lain-lainnya.
4. Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).
5. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
6. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 – 7 terjadi penurunan trombosit dibawah 100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit diatas 20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi).
7. Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah, penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit kepala.
8. Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
9. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada persendian.
10. Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi sampai sore, karena nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan malam hari). Misalnya hindarkan berada di lokasi yang banyak nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita DBD nya. Beberapa cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD melalui metode pengontrolan atau pengendalian vektornya adalah :
1. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat. perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah.
2. Pemeliharaan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang) pada tempat air kolam, dan bakteri (Bt.H-14).
3. Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion).
4. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan masalah yang telah dibuat, dapat diambil kesimpulan bahwa fogging merupakan salah satu upaya untuk memberantas nyamuk yang merupakan vektor penyakit demam berdarah sehingga rantai penularan penyakit dapat diputuskan. Selain fogging juga dapat dilakukan abatisasi, yaitu penaburan abate dengan dosis 10 gram untuk 100 liter air pada tampungan air yang ditemukan jentik nyamuk. Penyuluhan dan penggerakan masyarakat dalam PSN ( Pemberantasan Sarang Nyamuk ) dengan 3M, yaitu :
Menguras
Menutup tampungan air, dan
Mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang nyamuk juga dapat menjadi cara untuk memberantas DBD.
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam mengobati penyakit DBD diantaranya yaitu :
Mengatasi perdarahan.
Mencegah keadaan syok.
Menambah cairan tubuh dengan infus.
Untuk mencegah DBD, dapat dilakukan dengan cara menghindari gigitan nyamuk pada waktu pagi hingga sore hari dengan cara mengoleskan lotion anti nyamuk.
B. SARAN
Setiap individu sebaiknya mengerti dan memahami bahaya dari penyakit DBD tersebut, sehingga setiap individu tersebut bisa lebih merasa khawatir dan mampu menjaga diri dan lingkungannya dari kemungkinan terserangnya demam berdarah.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati,dkk.2006.fogging sebagai upaya untuk memberantas nyamuk penyebar demam berdarah di dukuh Tuwak desa Gonilan,Kartasura,sukoharjo.//http://www.google.com//diakses tanggal 25 September 2010.
http://www.wikipedia.com//penyakit yang diakibatkan oleh nyamuk/diakses tangg
al 25 september 2010
http://www.google.com//pengertian penyakit demam berdarah/diakses tanggal 25 september 2010.
http://www.google.com//pemberantasan penyakit demam berdarah/diakses tanggal 25 september 2010.
http://www.infeksi.com//demam berdarah/diakses tanggal 25 september 2010.
http://id.wikipedia.org/wiki/demam berdarah//diakses tanggal 25 September 2010.
http://irene.malao.net//2006/06/30/gejala/demam berdarah//diakses tanggal 25 September 2010.
http://www.litbang.depkes.go.id//maskes//diakses tanggal 25 September 2010.
http://www.gizi.net/./fullnews.cgi//diakses tanggal 25 September 2010.
http://dhiez.wordpress.com//pencegahan DBD//diakses tanggal 25 September 2010.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selama ini semua manusia pasti mengatahui dan mengenal serangga yang disebut nyamuk. Antara nyamuk dan manusia bisa dikatakan hidup berdampingan bahkan nyaris tanpa batas. Namun, berdampingannya manusia dengan nyamuk bukan dalam makna positif. Tetapi nyamuk dianggap mengganggu kehidupan umat manusia. Meski jumlah nyamuk yang dibunuh manusia jauh lebih banyak daripada jumlah manusia yang meninggal karena nyamuk, perang terhadap nyamuk seolah menjadi kegiatan tak pernah henti yang dilakukan oleh manusia.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)} adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.Penyakit ini banyak ditemukan didaerah tropis seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika termasuk di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Dokter dan tenaga kesehatan lainnya seperti Bidan dan Pak M Demam Berdarah Dengue (DBD) kini sedang mewabah, tak heran jika penyakit ini menimbulkan kepanikan di Masyarakat. Hal ini disebabkan karena penyakit ini telah merenggut banyak nyawa. Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI terdapat 14 propinsi dalam kurun waktu bulan Juli sampai dengan Agustus 2005 tercatat jumlah penderita sebanyak 1781 orang dengan kejadian meninggal sebanyak 54 orang. DBD bukanlah merupakan penyakit baru, namun tujuh tahun silam penyakit inipun telah menjangkiti 27 provinsi di Indonesia dan menyebabkan 16.000 orang menderita, serta 429 jiwa meninggal dunia, hal ini terjadi sepanjang bulan Januari sampai April 1998 (Tempo, 2004). WHO bahkan memperkirakan 50 juta warga dunia, terutama bocah-bocah kecil dengan daya tahan tubuh ringkih, terinfeksi demam berdarah setiap tahun.
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah demam dengue yang disertai pembesaran hati dan manifestasi perdarahan. Pada keadaan yang parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan pasien jatuh syok hipovolemik akibat kebocoran plasma. DBD merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang penularannya dari satu penderita ke penderita lain disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Oleh karena itu langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran DBD adalah dengan memotong siklus penyebarannya dengan memberantas nyamuk tersebut. Salah satu cara untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti adalah dengan melakukan Fogging. Selain itu juga dapat dilakukan pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan abatisasi untuk memberantas jentik nyamuk. Program studi Kesehatan Lingkungan Program Diploma tiga Kesehatan FIK UMS sebagai salah satu institusi yang dapat melaksanakan fogging merasa bertanggung jawab untuk mencegah penyebaran penyakit ini. Sebagai wujud kepedulian itu maka dilaksanakan program fogging di beberapa daerah.
Pelaksanaan fogging ini didasarkan pada permohonan dari masyarakat. Salah satu permohonan yang datang adalah dari Organisasi Sosial Pemuda dan Pemudi Tuwak (OSPEK) Dukuh Tuwak Gonilan Kartasura Sukoharjo dengan surat No. 02/PDB/OSPEK/XI/2005 tertanggal 15 November 2005 tentang permohonan bantuan fogging. Permohonan ini didasarkan bahwa di Rt: 01 dan 02 Rw : II Desa Tuwak telah terdapat 3 orang yang dinyatakan positif menderita demam berdarah. Dukuh Tuwak, Gonilan dimungkinkan termasuk salah satu daerah endemis demam berdarah. Hal ini dibuktikan dengan adanya permintaan fogging pada prodi Kesling secara rutin setiap tahunnya sejak tahun 2001. Permohonan ini di dasarkan pada adanya kasus penderita demam berdarah yang cukup meresahkan masyarakat. Antri seringkali salah dalam penegakkan diagnosa, karena kecenderungan gejala awal yang menyerupai penyakit lain seperti Flu dan Tipes (Typhoid).
B. Perumusan Masalah
Adapun beberapa masalah yang akan di rumuskan dalam memecahkan masalah demam berdarah antara lain :
• Bagaimana cara memberantas penyakit demam berdarah agar tidak mewabah ?
• Apa saja cara pengobatan penyakit demam berdarah ?
• Bagaimana gejala dan pencegahan penyakit demam berdarah ?
C. Tujuan
Tujuan di buatnya makalah ini adalah :
1. Memberikan informasi tentang cara pemberantasan penyakit demam berdarah.
2. Mengurangi prosentase terjadinya penyakit demam berdarah.
3. Memberikan pengetahuan tentang cara pengobatan penyakit demam berdarah.
4. Mengetahui gejala dan berbagai pencegahan untuk penyakit demam berdarah tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Cara Pemberantasan Demam Berdarah
Fogging merupakan salah satu bentuk upaya untuk dapat memutus rantai penularan penyakit DHF, dengan adanya pelaksanaan fogging diharapkan jumlah penderita Demam Berdarah DHF dapat berkurang. Sebelum pelaksanaan fogging pada masyarakat telah diumumkan agar menutup makanannya dan tidak berada di dalam rumah ketika dilakukan fogging termasuk orang yang sakit harus diajak ke luar rumah dahulu, selain itu semua ternak juga harus berada di luar. Namun demikian untuk menghindari hal – hal yang tidak diinginkan maka dalam pelaksanaannya fogging dilakukan oleh 2 orang operator. Operator I (pendamping) bertugas membuka pintu, masuk rumah dan memeriksa semua ruangan yang ada untuk memastikan bahwa tidak ada orang dalam rumah termasuk bayi, anak-anak maupun orang tua dan orang yang sedang terbaring sakit, selain itu ternak-ternak sudah harus dikeluarkan serta semua makanan harus sudah ditutup. Setelah siap operator pendamping ke luar dan operator II (Operator swing Fog) memasuki rumah dan melakukan fogging pada semua ruangan dengan cara berjalan mundur. Setelah selesai operator pendamping baru menutup pintu. Rumah yang telah di fogging ini harus dibiarkan tertutup selama kurang lebih satu jam dengan harapan nyamuk-nyamuk yang berada dalam rumah dapat terbunuh semua, dengan cara ini nyamuk-nyamuk akan terbunuh karena malathion bekerja secara “knoc donw”. Setelah itu fogging dilanjutkan di luar rumah / pekarangan. Setelah satu rumah beserta pekarangannya selesai difogging maka fogging dilanjutkan ke rumah yang lain, sampai semua rumah dan pekarangan milik warga difogging. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan fogging dengan swing fog untuk mendapatkan hasil yang optimal adalah sebagai berikut :
a) Konsentrasi larutan dan cara pembuatannya. Untuk malation, konsentrasi larutan adalah 4 – 5 %.
b) Nozzle yang dipakai harus sesuai dengan bahan pelarut yang digunakan dan debit keluaran yang diinginkan.
c) Jarak moncong mesin dengan target maksimal 100m, efektif 50m.
d) Kecepatan berjalan ketika memfogging, untuk swing fog kurang lebih 500 m2 atau 2 – 3 menit untuk satu rumah dan halamannya.
e) Waktu fogging disesuaikan dengan kepadatan/aktivitas puncak dari nyamuk, yaitu jam 09.00 – 11.00.
Dalam pelaksanaan fogging inipun telah diperhatikan hal-hal di atas sehingga diharapkan hasilnya juga optimal. Berdasarkan hasil survei jentik ternyata masih ditemukan jentik di 5 rumah penduduk. Jentik tersebut berada di kamar mandi, satu kamar mandi ditemukan di luar rumah dengan kondisi kurang bersih dan kurang terawat, sedang 4 kamar mandi yang lain berada di dalam rumah. Bahkan satu kamar mandi terbuat dari keramik, namun demikian kamar mandi ini berhubungan langsung dengan pekarangan yang cukup luas dengan tanaman-tanaman besar yang cukup banyak, sehingga dimungkinkan nyamuk berasal dari pekarangan. Bagi penduduk yang kamar mandinya masih ditemukan jentik, maka pada saat itu juga team yang bertugas langsung memberikan pengarahan dan penyuluhan pada pemilik rumah untuk membersihkan kamar mandinya agar tidak menjadi sarang nyamuk. Pendapat masyarakat bahwa fogging merupakan cara yang paling tepat untuk mencegah penyebaran penyakit demam berdarah sebenarnya kurang tepat, karena cara ini sesungguhnya hanya bertujuan untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti dewasa, sehingga jika di beberapa rumah penduduk masih diketemukan jentik nyamuk, maka dimungkinkan penularan demam berdarah masih berlanjut dengan dewasanya jentik yang menjadi nyamuk. Apalagi siklus perubahan jentik menjadi nyamuk hanya membutuhkan waktu kurang lebih satu minggu. Sehingga jika di daerah tersebut terdapat penderita demam berdarah baru maka dimungkinkan akan cepat menyebar pula. Langkah yang dianggap lebih efektif adalah dengan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk), kegiatan ini sebenarnya cukup murah dan dapat dilakukan oleh masyarakat sendiri secara gotong royong. Kegiatannya dapat berupa kerja bakti untuk membersihkan rumah dan pekarangannya, selokan selokan di samping rumah serta melakukan 3M ( Menguras kamar mandi (termasuk mengganti air untuk minuman burung dan air dalam vas bunga), menutup tampungan / tandon air dan mengubur barang-barang bekas yang mungkin menjadi tempat sarang nyamuk, termasuk pecahan botol dan potongan ban bekas). Jika diperlukan dapat ditaburkan abate dengan dosis 10 gr/ 100 liter air, untuk membunuh jentik-jentik pada bak kamar mandi maupun kolam-kolam ikan di rumah, dalam hal ini masyarakat tidak perlu takut kalau-kalau terjadi keracunan karena abate ini hanya membunuh jentik nyamuk dan aman bagi manusia maupun ikan. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam memutus rantai penularan penyakit demam berdarah adalah dengan pelaksanaan PSN oleh masyarakat, kemudian dilakukan fogging oleh petugas dan kembali dilaksanakan PSN oleh masyarakat. Jika cara ini telah dilakukan oleh seluruh masyarakat secara merata di berbagai wilayah, artinya tidak hanya satu Rt atau Rw saja, tetapi telah meluas di semua wilayah maka pemberantasan demam berdarah akan lebih cepat teratasi. Sebab jika hanya satu daerah saja yang melaksanakan program tersebut namun daerah lainnya tidak, maka dimungkinkan orang yang berasal dari wilayah yang telah bebas namun berkunjung ke daerah yang masih terdapat penderita demam berdarah dan tergigit oleh nyamuk Aedes aegypti akan tertular demam berdarah pula dan dengan cepat penyakit inipun akan tersebar luas kembali.
Berdasarkan hasil evaluasi yang kami lakukan maka setelah dilaksanakan fogging di Dukuh Tuwak Desa Gonilan, Kartasura tidak ditemukan penderita demam berdarah. Hal ini juga didukung dengan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk sebagai salah satu tindak lanjut dari proses pengasapan (Fogging) ini.
B. Cara Pengobatan Penyakit Demam Berdarah
Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah mengatasi perdarahan, mencegah atau mengatasi keadaan syok / persyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita banyak minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau susu) penambahan cairan tubuh melalui infus (intravena) mungkinb di perlukan untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan. Transfusi platelet di lakukan jika jumlah platelet menurun drastis. Terhadap keluhan yang timbul, selanjutnya adalah pemberian obat – obatan misalnya :
• Parasetamol membantu menurunkan demam
• Garam elektrolit (oralit) jika di sertai diare
• Antibiotik berguna untuk mencegah infeksi sekunder, lakukan kompres dingin, tidak perlu dengan es karena bisa berdampak syok. Bahkan beberapa tim medis menyarankan kompres dapat di lakukan dengan alkohol.Pengobatan alternatif yang umum di kenal adalah dengan meminum jus jambu biji bangkok, namun khasiatnya belum pernah di buktikan secara medis, akan tetapi jambu biji kenyataannya dapat mengembalikan cairan intravena dan peningkatan nilai trombosit darah.
C. Gejala dan Pencegahan Penyakit Demam Berdarah
Tanda dan Gejala Penyakit Demam Berdarah Dengue Masa tunas / inkubasi selama 3 – 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue, Selanjutnya penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah sebagai berikut :
1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 – 40 derajat Celsius).
2. Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan.
3. Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva), Mimisan (Epitaksis), Buang air besar dengan kotoran (Peaces) berupa lendir bercampur darah (Melena), dan lain-lainnya.
4. Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).
5. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
6. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 – 7 terjadi penurunan trombosit dibawah 100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit diatas 20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi).
7. Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah, penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit kepala.
8. Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
9. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada persendian.
10. Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi sampai sore, karena nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan malam hari). Misalnya hindarkan berada di lokasi yang banyak nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita DBD nya. Beberapa cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD melalui metode pengontrolan atau pengendalian vektornya adalah :
1. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat. perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah.
2. Pemeliharaan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang) pada tempat air kolam, dan bakteri (Bt.H-14).
3. Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion).
4. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan masalah yang telah dibuat, dapat diambil kesimpulan bahwa fogging merupakan salah satu upaya untuk memberantas nyamuk yang merupakan vektor penyakit demam berdarah sehingga rantai penularan penyakit dapat diputuskan. Selain fogging juga dapat dilakukan abatisasi, yaitu penaburan abate dengan dosis 10 gram untuk 100 liter air pada tampungan air yang ditemukan jentik nyamuk. Penyuluhan dan penggerakan masyarakat dalam PSN ( Pemberantasan Sarang Nyamuk ) dengan 3M, yaitu :
Menguras
Menutup tampungan air, dan
Mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang nyamuk juga dapat menjadi cara untuk memberantas DBD.
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam mengobati penyakit DBD diantaranya yaitu :
Mengatasi perdarahan.
Mencegah keadaan syok.
Menambah cairan tubuh dengan infus.
Untuk mencegah DBD, dapat dilakukan dengan cara menghindari gigitan nyamuk pada waktu pagi hingga sore hari dengan cara mengoleskan lotion anti nyamuk.
B. SARAN
Setiap individu sebaiknya mengerti dan memahami bahaya dari penyakit DBD tersebut, sehingga setiap individu tersebut bisa lebih merasa khawatir dan mampu menjaga diri dan lingkungannya dari kemungkinan terserangnya demam berdarah.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati,dkk.2006.fogging sebagai upaya untuk memberantas nyamuk penyebar demam berdarah di dukuh Tuwak desa Gonilan,Kartasura,sukoharjo.//http://www.google.com//diakses tanggal 25 September 2010.
http://www.wikipedia.com//penyakit yang diakibatkan oleh nyamuk/diakses tangg
al 25 september 2010
http://www.google.com//pengertian penyakit demam berdarah/diakses tanggal 25 september 2010.
http://www.google.com//pemberantasan penyakit demam berdarah/diakses tanggal 25 september 2010.
http://www.infeksi.com//demam berdarah/diakses tanggal 25 september 2010.
http://id.wikipedia.org/wiki/demam berdarah//diakses tanggal 25 September 2010.
http://irene.malao.net//2006/06/30/gejala/demam berdarah//diakses tanggal 25 September 2010.
http://www.litbang.depkes.go.id//maskes//diakses tanggal 25 September 2010.
http://www.gizi.net/./fullnews.cgi//diakses tanggal 25 September 2010.
http://dhiez.wordpress.com//pencegahan DBD//diakses tanggal 25 September 2010.
Kamis, 27 Januari 2011
tugas tentang kesehatan reproduksi remaja putri
Tugas perkembangan ada dalam setiap tahap kehidupan. Tidak hanya untuk remaja namun dari kanak-kanak hingga dewasa lanjut.Setiap tahap kehidupan memang telah memiliki tugas perkembangannya masing-masing. Tugas perkembangan remaja perlu diketahui para remaja agar dapat dijadikan acuan bagi masa berikutnya yaitu masa dewasa dan perlu diketahui pula oleh para orangtua dan guru agar dapat membimbing putra-putri/murid-muridnya untuk dapat melewati masa-masa “penuh badai” tersebut dengan baik . Adapun tugas perkembangan remaja adalah sebagai berikut:
Menerima kondisi fisik dan menggunakan tubuh secara efektif. Artinya seorang remaja bisa belajar menerima diri sendiri, bentuk tubuh, bentuk wajah, dll. Menggunakan tubuh secara efektif berarti juga harus
Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja, seperti DeBrun (dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Papalia dan Olds (2001) tidak memberikan pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit melainkan secara implisit melalui pengertian masa remaja (adolescence).
Menurut Hurlock (1981) remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun. Monks, dkk (2000) memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun. Menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 2003) usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun. Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa mulainya masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi. Bahkan ada yang dikenal juga dengan istilah remaja yang diperpanjang, dan remaja yang diperpendek.
Kesehatan Reproduksi Remaja
1. Pengertian
Masa remaja sering dipahami sebagai suatu masa peralihan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik dan kematangan biologis atau seksual, perubahan secara psikologis yaitu dengan adanya proses pembentukan diri dan secara sosial yang ditandai dengan penyesuaian diri terhadap tuntutan masyarakat. White dan Speisman (1987) menyatakan bahwa masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak dan masa dewasa dimana seseorang dihadapkan pada sekumpulan peran dan dan harapan yang tidak sejalan dengan peran dan harapan di masa lalu. Sedangkan Medinnus dan Johnson (1976) menyatakan bahwa remaja merupakan suatu periode dalam perkembangan individu yang ditandai oleh adanya tanda-tanda kematangan seksual. Kematangan ini mulai terjadi pada perkembangan fisik dan sosial serta berakhir pada saat seseorang telah mengambil peran-peran dewasa dan diterima dalambanyak hal sebagai orang dewasa oleh reference group-nya, yaitu orang-orang kepada siapa individu menujukan/mengharapkan tingkah lakunya untuk diterima. Pikunas (1986) mengatakan bahwa masa remaja adalah masa pencarian diri (self) yang ditandai oleh afiliasi terhadap teman-teman dekat, pembentukan kelompok-kelompok, pembentukan nilai-nilai dan cita-cita yang tinggi, pembentukan kepribadian dan pencapaian status sebagai orang dewasa lengkap dengan segala tantangan dan tanggung jawabnya.
Sedangkan Kesehatan Reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit dan kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.
2. Karakteristik Remaja
Perubahan pada remaja dimulai dengan adanya percepatan pertumbuhan fisik yang diikuti kematangan biologis yang sering dikenal dengan istilah pubertas, yaitu mulai berfungsinya organ-organ reproduksi baik untuk anak laki-laki maupun anak perempuan dan mulai tumbuhnya alat kelamin sekunder. Pada anak perempuan periode ini umumnya terjadi antara umur 11 – 15 tahun dan pada anak laki-laki terjadi pada umur 12 – 16 tahun (Monks, dkk, 1988). Istilah pubertas lebih mengarah ke pengertian kematangan biologis, sedangkan istilah remaja menunjukkan pengertian yang lebih luas karena menyangkut perkembangan segala aspek, biologis, psikologis dan sosial. Menurut Monks, dkk (1988) secara global masa remaja berlangsung antara umur 12 – 21 tahun. Namun rentang waktu di sini tidak berlaku secara mutlak.
Kematangan biologis pada anak perempuan ditandai dengan permulaan haid (menarchee) dan pelepasan air mani (ejaculatio) pada anak laki-laki, serta tumbuhnya kelamin sekunder yang merupakan tanda-tanda khas laki-laki dan perempuan : misalnya, tumbuhnya kumis, jambang, membesarnya payudara, perubahan pada suara, dsb. Secara fisik laki-laki terjadi pertumbuhan urat daging yang pesat dan pada perempuan terjadi pertumbuhan pada jaringan pengikat/lemak di bawah kulit yang lebih menonjol. Akibat dari perubahan-perubahan tersebut secara fisik membuat laki-laki dan perempuan nampak berbeda.
Perubahan yang terjadi secara fisik berpengaruh pada segi psiko sosial remaja. Percepatan pertumbuhan membuat remaja secara fisik kelihatan seperti orang dewasa sehingga lingkungan sering menuntut berperilaku dewasa pula. Hal ini tentunya sulit untuk dipenuhi karena secara psikologis mereka dapat dikatakan belum matang. Di sisi lain mereka tidak mau dianggap dan diperlakukan seperti anak kecil lagi. Ketidakpahaman akan perkembangan remaja inilah yang seringkali menimbulkan ketegangan dalam hubungan antara remaja dengan lingkungannya.
3. Remaja dan Masalah Kesehatan Reproduksi
Perubahan fisik remaja ditandai dengan percepatan pertumbuhan dan kematangan biologis juga disertai dengan perkembangan psikologis dan sosial. Pada aspek kehidupan sosial remaja terdapat fenomena yang sangat penting yaitu munculnya dua macam ‘gerak’ yaitu menjauhi orang tua dan mendekati teman sebaya. Serta mulai tumbuhnya ketertarikan pada lawan jenisnya serta meningkatnya dorongan seksual yang sulit untuk mereka pahami.
Remaja bergerak menjauhi orang tua bukan semata-mata untuk melepaskan diri dari dominasi orang tua namun dalam rangka mengembangkan identitas diri mereka. Masalah yang sering muncul apabila remaja terlalu larut dalam pergaulan kelompoknya padahal norma yang berlaku dalam kelompok tersebut berlawanan dengan norma yang berlaku dalam keluarga maupun masyarakatnya.
Apabila melihat batasan yang dikemukakan oleh sebagian besar ahli psikologi, yang menyatakan rentang masa remaja dimulai umur 12 tahun sampai dengan umur 21 tahun, maka mahasiswa sebagian besar berada pada tahap perkembangan remaja akhir atau bahkan sudah melampaui masa remaja dan menginjak masa dewasa muda, demikian pula secara fisik dan biologis sudah berkembang sempurna, namun kebanyakan masih tergantung pada orang tua sehingga dalam banyak hal belum mampu untuk mengambil keputusan bagi hidupnya. Menurut Mitchell (dalam Shelton, 1988) menyatakan bahwa salah satu hal penting dalam perkembangan remaja akhir adalah adanya kebutuhan akan intimitas yang semakin mendesak. Interaksi psikologis seperti memeluk, mencium, mencumbu dan bersenggama merupakan manifestasi dari kebutuhan ini. Hal ini sesuai dengan data dari remaja yang melakukan konseling di PKBI Yogyakarta selama tahun 2001 menunjukkan bahwa masalah pacaran menduduki peringkat pertama yang dikeluhkan oleh remaja, peringkat kedua adalah masalah seks.
Masalah-masalah yang dihadapai remaja tentunya bervariasi menurut waktu dan tempat. Semakin moderen suatu masyarakat biasanya akan semakin kompleks kriteria yang dituntut untuk dikatakan sebagai ‘dewasa’ dalam arti benar-benar mandiri. Adanya jarak yang cukup jauh antara kematangan biologis seseorang dengan kesiapan untuk menikah banyak menimbulkan masalah dalam pemenuhan kebutuhan seksual.
Penelitian PKBI pada tahun 1994 di tiga propinsi menunjukkan bahwa 18,2% dari remaja yang diteliti telah aktif secara seksual sejak rentang usia 15 – 18 tahun. Dari angka tersebut hanya 19% diantaranya yang memiliki satu pasangan, sedangkan sisanya melakukan hubungan seksual dengan lebih dari satu orang. Sedangkan dari remaja yang tidak aktif secara seksual, 47% diantaranya sering melakukan masturbasi dan 20% lainnya melakukan pacaran dengan petting (Dian Rosdiana, dalam Tanpa nama, 1998).
Sedangkan hasil penelitian Pusat Penelitian Kependuidukan Universitas Gajah Mada, mengenai perilaku seks remaja di Bali, menunjukkan bahwa pada tahun 1989 19,3 % dari 325 responden setuju hubungan seks pra nikah, 43,2 % setuju HUS pra nikah bila setuju menikah. Akibat dari semakin permisifnya perilaku seksual di kalangan remaja antara lain : meningkatnya angka kehamilan tidak dikehendaki, meningkatnya angka aborsi, meningkatnya angka kekerasan terhadap perempuan khususnya kekerasan dalam pacaran, banyaknya perkawinan yang dibangun di atas landasan yang sangat rapuh karena dilakukan secara terpaksa, makin tingginya resiko penularan penyakit menular seksual, dsb.
Pada tahun 1996 9,3 % dari 150 responden setuju HUS pra nikah, dan 60,7 % setuju HUS pra nikah bila setuju menikah. Laporan Kompas (14/4/02) juga menunjukkan 40 dari 234 atau sekitar 17 % remaja Palembang telah melakukan HUS pra nikah. Data dari Mitra Citra Remaja PKBI Bandung menyebutkan terdapat 78 kasus KTD (kehamilan tak dikehendaki) dari 380 kasus konsultasi seks yang ditangani tahu 2001. PKBI Yogyakarta juga mencatat 772 kasus kehamilan tak diinginkan pada tahun 2001. penelitian Sutjipto dari fakultas Psikologi UGM tahun 1990 melaporkan, sekitar 90 % remaja Bali pernah melakukan HUS pra nikah. Majalah Editor dalam polingnya menggambarkan sekitar 40 % pelajar SLTA di Jakarta pernah melakukan praktek tersebut. Penelitian Undip bekerja sama dengan Departemen Kesehatan Jateng menyebutkan 10 % dari 600.000 siswa SMU (artinya: 60.000 siswa) di Jateng pada tahun 1995 pernah melakukan HUS pra nikah.
Selain karena faktor perkembangan remaja sendiri, agaknya globalisasi di bidang informasi yang dalam hal ini dapat diakses sampai ke pelosok desa melalui media cetak maupun perangkat elektronik sangat besar pengaruhnya dalam mempengaruhi terbentuknya nilai-nilai baru bagi remaja baik di desa maupun di kota. Sementara itu upaya untuk memberikan informasi yang tepat dan bertanggung jawab tentang masalah seksual ini masih sangat kurang, hal ini terbukti dari berbagai penelitian bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi masih sangat rendah.
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh IRRMA di 5 Propinsi di Sumatera (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Lampung dan Bengkulu) terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku seksual remaja tahun 2003 misalnya, dari 1,450 remaja yang menjadi responden, sebanyak 78,95% remaja tidak memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan seksual. Dampak dari rendahnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan seksual menjadi sangat luar biasa terhadap sikap dan perilaku seksual mereka, dibandingkan dengan remaja yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang kesehatan reproduksi dan seksual.
Dari 1,450 responden, sebanyak 22,36% pernah melakukan hubungan seksual sejak usia 16 tahun untuk remaja perempuan dan 17 tahun untuk remaja laki-laki. Dari remaja yang telah aktif melakukan hubungan seksual, sebanyak 19,70% melakukannya dengan pelacur dan 79,30% dengan pacar. Sebagian besar ( 86,87%) dari mereka yang telah melakukan seksual aktif tidak memiliki pengetahuan sedikitpun tentang kesehatan reproduksi, sedangkan selebihnya, pengetahuannya hanya sepotong-sepotong yang mereka peroleh dari teman ataumelalui media.
Dari data yang sama, teridentifikasi bahwa 18,55% dari responden yang telah aktif melakukan hubungan seksual pernah mengalami keluhan kesehatan reproduksin ( sakit dan berdarah pada saat buang air kecil). Survey lanjutan yang dilakukan oleh PKBI Jambi pada tahun 2004 terhadap 174 pasangan muda yang telah menikah, terungkap bahwa 68,54% yang menjadi responden menyatakan telah melakukan hubungan seks sebelum mereka resmi menjadi suami-isteri. (IRRMA 2004)
Satu yang menarik dan perlu mendapatkan perhatian serius dari banyak pihak adalah alasan mereka melakukan hubungan seksual. Sebanyak 67,5 % dari mereka miliki alasan coba-coba karena terangsang setelah menonton film porno, 22,5% beralasan suka sama suka, dan selebihnya 10% karena di paksa oleh pacar. Ironisnya, ketika ditanyakan apakah tidak takut hamil saat melakukan hubungan seksual ?Sebanyak 64,5% berpendapat tidak akan hamil jika melakukan hubungan seksualnya hanya sekali. Sementara, sebanyak 15,8 % menyatakan untuk menghindari kehamilan segera minum jamu atau minum sprit dan segara mencuci alat kelamin dengan anti septic setelah melakukan hubungan seksual, sedangkan 19,8% menyatakan tidak takut hamil, karena pacar akan bertanggungjawab. (IRRMA, 2004)
Selain rendahnya pengetahuan tentang kehamilan, pengetahuan remaja tentang penyakit hubungan seksual dan HIV/AIDS juga umumnya rendah. Dari 1,450 responden hanya 21,7 % yang memiliki pengetahuan memadai tentang Penyakit Menular Seksual dan HIV/AIDS, sementara sebanyak 78,3% tidak memiliki pengetahuan yang cukup, bahkan cenderung membahayakan kesehatan reproduksi. Hal ini disebabkan, keyakinan mereka bahwa melakukan hubungan seks dengan perempuan atau laki-laki yang berpenampilan bersih dan melakukannya dengan pacar tidak mungkin akan terinfeksi penyakit kelamin dan HIV/AIDS. Mereka juga beranggapan bahwa minum obat antibiotika sebelum atau sesudah melakukan hubungan seks, atau segera mencuci alat kelamin setelah berhubungan seks dengan pelacur akan terhindar dari penyakit kelamin dan HIV/AIDS.
Hasil survey IRRMA di atas juga tidak jauh berbeda dengan hasil-hasil penelitian dari berbagai wilayah di Indonesia. Jumlah remaja yang telah aktif melakukan hubungan seksual diperkirakan rata-rata mencapai 28,8%. Peningkatan remaja yang telah melakukan hubungan seksual aktif inilah yang memberikan kontribusi terhadap peningkatan unwanted pregnancy yang diperkirakan sekitar 1,5 juta per tahun, unsafe abortion mencapai 300,000 orang per tahun dan peningkatan kasus IMS, HIV/AIDS diperkirakan 75,000 – 150,000 per tahun. Lagi-lagi dari hasil penelitian inipun, terungkap pengetahuan mereka tentang kesehatan reproduksi dan seksual umumnya sangat buruk.
Sedangkan data kasus kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan di Rifka Annisa menunjukan angka yang tingi pada kasus kekerasan dalam pacaran, yaitu tertinggi setelah kekerasan terhadap istri.
Dok. Rifka Annisa 2007
Kenyatan ini sangat memprihatinkan mengingat kenyataan bahwa jumlah remaja di Indonesia yang berusia 12- 24 tahun mencapai 28% dari 220 juta jiwa penduduk Indonesia. Namun, sebagian besar dari mereka menghadapi berbagai masalah yang sangat kompleks berkaitan dengan kesehatan reproduksi dan seksualnya. Setiap hari, mereka harus menjalani kehidupan reproduksinya dengan penuh resiko; mulai resiko kehamilan yang tidak direncanakan (KTD), eksploitasi dan kekerasan seksual, penyakit hubungan seksual (IMS) sampai resiko terinfensi HIV/AIDS.
4. Apa yang Harus Segera Dilakukan?
Tidak dapat disangkal, terjadinya berbagai peningkatan kasus KTD, aborsi, IMS dan HIV/AIDS dikalangan remaja, disebabkan karena kesehatan reproduksi remaja di Indonesia sampai saat ini belum mendapat perhatian yang optimal dari orang tua, tokoh agama dan pemerintah. Remaja baik di kota maupun desa masih mengalami kesulitan untuk mendapatkan akses informasi, pendidikan dan pelayanan berkaitan dengan Kesehatan Reproduksinya. Sementara, disisi lain perkembangan teknologi informasi yang menyajikan berbagai informasi pornografi mudah diakses oleh remaja, sehingga mendorong remaja untuk melakukan hubungan seks bebas.
Padahal, menurut WHO remaja perempuan yang melakukan hubungan seks pada usia muda beresiko 10 kali lebih tinggi untuk terinfeksi kanker leher rahim, dan beresiko 2 kali lebih tinggi untuk terinfeksi STDs dan HIV/AIDS bila pasangannya sudah terinfeksi STDs sebelumnya.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan pengetahuan remaja terhadap kesehatan reproduksi dan seksual, sehingga remaja mampu membuat keputusan terhadap kebutuhan dan hak-hak reproduksinya secara sehat, aman dan bertanggungjawab, diperlukan langkah-langkah taktis dan strategis melalui pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan. Berkaitan dengan membuka akses informasi, pendidikan dan pelayanan kesehatan reproduksi bagi remaja diperlukan dukungan dari berbagai pihak, seperti; orang tua dan tokoh agama dan perhatian serta keseriusan dari pemerintah di semua level. Pembagian peran dan tanggung jawab berkaitan dengan membuka akses dan pelayanan terhadap remaja agar mereka dapat menjalani hak-hak kesehatan reproduksinya secara bertanggungjawab, dapat dilakukan sebagai berikut :
1) Keluarga dan masyarakat harus mulai membuka diri terhadap Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksual. Sikap keluarga dan masyarakat yang selama ini apriori dan ketakutan, jika remaja mendapat pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas akan semakin mendorong mereka melakukan seks bebas harus dihilangkan. Sebab, dari banyak penilitian dan pengalaman berbagai pihak yang secara intensif memberikan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual kepada remaja secara benar, mampu merubah perilaku seksual remaja untuk semakin bertanggungjawab. Penelitian dan pengalaman banyak pihak, mentabukan pendidikan seks di keluarga dan masyarakat semakin tidak dapat menyelesaikan masalah. Sebab, semakin pendidikan seks di tabukan, semakin mendorong remaja untuk ’ingin tahu dan ingin mencoba’. Sebab, faktanya remaja semakin mudah mendapatkan akses seksualitas yang menyesatkan melalui berbagai media electronik ( lihat di internal, puluhan jenis situs pornografi yang menyajikan rangsangan seksual remaja dapat dengan mudah diakses oleh remaja).
2) Pemerintah di semua level, harus menempatkan isu-isu kesehatan reproduksi remaja menjadi prioritas utama dalam penyusunan kebijakan. Kebijakan yang dihasilkan harus dapat memastikan remaja memperoleh hak-hak kesehatan reproduksinya.
3) Media Massa harus ikut bertanggung jawab dalam memberikan informasi dan pengetahuan kesehatan reproduksi dan seksual bagi remaja bukan malah membuat posisi remaja semakin sulit dalam menjalani hak-hak kesehatan reproduksinya akibat banyaknya informasi yang menyesatkan.
4) Membuka ruang dan akses bagi remaja untuk berpartisipasi dalam proses-proses pengambilan keputusan menyangkut kebutuhan remaja akan hak-hak kesehatan reproduksi dan seksualnya. Banyak program pemberdayaan remaja yang dilakukan selama ini tidak direspon secara positif oleh remaja, karena remaja tidak dilibatkan dalam proses-proses pengambilan keputusan menyangkut kebutuhannya.
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) adalah 12 sampai 24 tahun. Namun jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa atau bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih tergantung pada orang tua (tidak mandiri), maka dimasukkan ke dalam kelompok remaja.
Apa yang dimaksud dengan reproduksi?
Secara sederhana reproduksi berasal dari kata re = kembali dan produksi = membuat atau menghasilkan, jadi reproduksi mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidup.
Apasih Kesehatan reproduksi itu?
KESEHATAN REPRODUKSI (kespro) adalah Keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran & sistem reproduksi (Konferensi International Kependudukan dan Pembangunan, 1994).
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural.
Mengapa Remaja Perlu Mengetahui Kesehatan Reproduksi?
Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya. Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi.
Pengetahuan dasar apa yang perlu diberikan kepada remaja agar mereka mempunyai kesehatan reproduksi yang baik?
Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbuh kembang remaja)
mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin serta bagaimana merencanakan kehamilan agar sesuai dengan keinginnannya dan pasanganya
Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap kondisi kesehatan reproduksi
Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi
Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual
Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya
Mengambangkan kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat kepercayaan diri agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat negatif
Hak-hak reproduksi
Menerima kondisi fisik dan menggunakan tubuh secara efektif. Artinya seorang remaja bisa belajar menerima diri sendiri, bentuk tubuh, bentuk wajah, dll. Menggunakan tubuh secara efektif berarti juga harus
Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja, seperti DeBrun (dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Papalia dan Olds (2001) tidak memberikan pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit melainkan secara implisit melalui pengertian masa remaja (adolescence).
Menurut Hurlock (1981) remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun. Monks, dkk (2000) memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun. Menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 2003) usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun. Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa mulainya masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi. Bahkan ada yang dikenal juga dengan istilah remaja yang diperpanjang, dan remaja yang diperpendek.
Kesehatan Reproduksi Remaja
1. Pengertian
Masa remaja sering dipahami sebagai suatu masa peralihan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik dan kematangan biologis atau seksual, perubahan secara psikologis yaitu dengan adanya proses pembentukan diri dan secara sosial yang ditandai dengan penyesuaian diri terhadap tuntutan masyarakat. White dan Speisman (1987) menyatakan bahwa masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak dan masa dewasa dimana seseorang dihadapkan pada sekumpulan peran dan dan harapan yang tidak sejalan dengan peran dan harapan di masa lalu. Sedangkan Medinnus dan Johnson (1976) menyatakan bahwa remaja merupakan suatu periode dalam perkembangan individu yang ditandai oleh adanya tanda-tanda kematangan seksual. Kematangan ini mulai terjadi pada perkembangan fisik dan sosial serta berakhir pada saat seseorang telah mengambil peran-peran dewasa dan diterima dalambanyak hal sebagai orang dewasa oleh reference group-nya, yaitu orang-orang kepada siapa individu menujukan/mengharapkan tingkah lakunya untuk diterima. Pikunas (1986) mengatakan bahwa masa remaja adalah masa pencarian diri (self) yang ditandai oleh afiliasi terhadap teman-teman dekat, pembentukan kelompok-kelompok, pembentukan nilai-nilai dan cita-cita yang tinggi, pembentukan kepribadian dan pencapaian status sebagai orang dewasa lengkap dengan segala tantangan dan tanggung jawabnya.
Sedangkan Kesehatan Reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit dan kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.
2. Karakteristik Remaja
Perubahan pada remaja dimulai dengan adanya percepatan pertumbuhan fisik yang diikuti kematangan biologis yang sering dikenal dengan istilah pubertas, yaitu mulai berfungsinya organ-organ reproduksi baik untuk anak laki-laki maupun anak perempuan dan mulai tumbuhnya alat kelamin sekunder. Pada anak perempuan periode ini umumnya terjadi antara umur 11 – 15 tahun dan pada anak laki-laki terjadi pada umur 12 – 16 tahun (Monks, dkk, 1988). Istilah pubertas lebih mengarah ke pengertian kematangan biologis, sedangkan istilah remaja menunjukkan pengertian yang lebih luas karena menyangkut perkembangan segala aspek, biologis, psikologis dan sosial. Menurut Monks, dkk (1988) secara global masa remaja berlangsung antara umur 12 – 21 tahun. Namun rentang waktu di sini tidak berlaku secara mutlak.
Kematangan biologis pada anak perempuan ditandai dengan permulaan haid (menarchee) dan pelepasan air mani (ejaculatio) pada anak laki-laki, serta tumbuhnya kelamin sekunder yang merupakan tanda-tanda khas laki-laki dan perempuan : misalnya, tumbuhnya kumis, jambang, membesarnya payudara, perubahan pada suara, dsb. Secara fisik laki-laki terjadi pertumbuhan urat daging yang pesat dan pada perempuan terjadi pertumbuhan pada jaringan pengikat/lemak di bawah kulit yang lebih menonjol. Akibat dari perubahan-perubahan tersebut secara fisik membuat laki-laki dan perempuan nampak berbeda.
Perubahan yang terjadi secara fisik berpengaruh pada segi psiko sosial remaja. Percepatan pertumbuhan membuat remaja secara fisik kelihatan seperti orang dewasa sehingga lingkungan sering menuntut berperilaku dewasa pula. Hal ini tentunya sulit untuk dipenuhi karena secara psikologis mereka dapat dikatakan belum matang. Di sisi lain mereka tidak mau dianggap dan diperlakukan seperti anak kecil lagi. Ketidakpahaman akan perkembangan remaja inilah yang seringkali menimbulkan ketegangan dalam hubungan antara remaja dengan lingkungannya.
3. Remaja dan Masalah Kesehatan Reproduksi
Perubahan fisik remaja ditandai dengan percepatan pertumbuhan dan kematangan biologis juga disertai dengan perkembangan psikologis dan sosial. Pada aspek kehidupan sosial remaja terdapat fenomena yang sangat penting yaitu munculnya dua macam ‘gerak’ yaitu menjauhi orang tua dan mendekati teman sebaya. Serta mulai tumbuhnya ketertarikan pada lawan jenisnya serta meningkatnya dorongan seksual yang sulit untuk mereka pahami.
Remaja bergerak menjauhi orang tua bukan semata-mata untuk melepaskan diri dari dominasi orang tua namun dalam rangka mengembangkan identitas diri mereka. Masalah yang sering muncul apabila remaja terlalu larut dalam pergaulan kelompoknya padahal norma yang berlaku dalam kelompok tersebut berlawanan dengan norma yang berlaku dalam keluarga maupun masyarakatnya.
Apabila melihat batasan yang dikemukakan oleh sebagian besar ahli psikologi, yang menyatakan rentang masa remaja dimulai umur 12 tahun sampai dengan umur 21 tahun, maka mahasiswa sebagian besar berada pada tahap perkembangan remaja akhir atau bahkan sudah melampaui masa remaja dan menginjak masa dewasa muda, demikian pula secara fisik dan biologis sudah berkembang sempurna, namun kebanyakan masih tergantung pada orang tua sehingga dalam banyak hal belum mampu untuk mengambil keputusan bagi hidupnya. Menurut Mitchell (dalam Shelton, 1988) menyatakan bahwa salah satu hal penting dalam perkembangan remaja akhir adalah adanya kebutuhan akan intimitas yang semakin mendesak. Interaksi psikologis seperti memeluk, mencium, mencumbu dan bersenggama merupakan manifestasi dari kebutuhan ini. Hal ini sesuai dengan data dari remaja yang melakukan konseling di PKBI Yogyakarta selama tahun 2001 menunjukkan bahwa masalah pacaran menduduki peringkat pertama yang dikeluhkan oleh remaja, peringkat kedua adalah masalah seks.
Masalah-masalah yang dihadapai remaja tentunya bervariasi menurut waktu dan tempat. Semakin moderen suatu masyarakat biasanya akan semakin kompleks kriteria yang dituntut untuk dikatakan sebagai ‘dewasa’ dalam arti benar-benar mandiri. Adanya jarak yang cukup jauh antara kematangan biologis seseorang dengan kesiapan untuk menikah banyak menimbulkan masalah dalam pemenuhan kebutuhan seksual.
Penelitian PKBI pada tahun 1994 di tiga propinsi menunjukkan bahwa 18,2% dari remaja yang diteliti telah aktif secara seksual sejak rentang usia 15 – 18 tahun. Dari angka tersebut hanya 19% diantaranya yang memiliki satu pasangan, sedangkan sisanya melakukan hubungan seksual dengan lebih dari satu orang. Sedangkan dari remaja yang tidak aktif secara seksual, 47% diantaranya sering melakukan masturbasi dan 20% lainnya melakukan pacaran dengan petting (Dian Rosdiana, dalam Tanpa nama, 1998).
Sedangkan hasil penelitian Pusat Penelitian Kependuidukan Universitas Gajah Mada, mengenai perilaku seks remaja di Bali, menunjukkan bahwa pada tahun 1989 19,3 % dari 325 responden setuju hubungan seks pra nikah, 43,2 % setuju HUS pra nikah bila setuju menikah. Akibat dari semakin permisifnya perilaku seksual di kalangan remaja antara lain : meningkatnya angka kehamilan tidak dikehendaki, meningkatnya angka aborsi, meningkatnya angka kekerasan terhadap perempuan khususnya kekerasan dalam pacaran, banyaknya perkawinan yang dibangun di atas landasan yang sangat rapuh karena dilakukan secara terpaksa, makin tingginya resiko penularan penyakit menular seksual, dsb.
Pada tahun 1996 9,3 % dari 150 responden setuju HUS pra nikah, dan 60,7 % setuju HUS pra nikah bila setuju menikah. Laporan Kompas (14/4/02) juga menunjukkan 40 dari 234 atau sekitar 17 % remaja Palembang telah melakukan HUS pra nikah. Data dari Mitra Citra Remaja PKBI Bandung menyebutkan terdapat 78 kasus KTD (kehamilan tak dikehendaki) dari 380 kasus konsultasi seks yang ditangani tahu 2001. PKBI Yogyakarta juga mencatat 772 kasus kehamilan tak diinginkan pada tahun 2001. penelitian Sutjipto dari fakultas Psikologi UGM tahun 1990 melaporkan, sekitar 90 % remaja Bali pernah melakukan HUS pra nikah. Majalah Editor dalam polingnya menggambarkan sekitar 40 % pelajar SLTA di Jakarta pernah melakukan praktek tersebut. Penelitian Undip bekerja sama dengan Departemen Kesehatan Jateng menyebutkan 10 % dari 600.000 siswa SMU (artinya: 60.000 siswa) di Jateng pada tahun 1995 pernah melakukan HUS pra nikah.
Selain karena faktor perkembangan remaja sendiri, agaknya globalisasi di bidang informasi yang dalam hal ini dapat diakses sampai ke pelosok desa melalui media cetak maupun perangkat elektronik sangat besar pengaruhnya dalam mempengaruhi terbentuknya nilai-nilai baru bagi remaja baik di desa maupun di kota. Sementara itu upaya untuk memberikan informasi yang tepat dan bertanggung jawab tentang masalah seksual ini masih sangat kurang, hal ini terbukti dari berbagai penelitian bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi masih sangat rendah.
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh IRRMA di 5 Propinsi di Sumatera (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Lampung dan Bengkulu) terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku seksual remaja tahun 2003 misalnya, dari 1,450 remaja yang menjadi responden, sebanyak 78,95% remaja tidak memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan seksual. Dampak dari rendahnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan seksual menjadi sangat luar biasa terhadap sikap dan perilaku seksual mereka, dibandingkan dengan remaja yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang kesehatan reproduksi dan seksual.
Dari 1,450 responden, sebanyak 22,36% pernah melakukan hubungan seksual sejak usia 16 tahun untuk remaja perempuan dan 17 tahun untuk remaja laki-laki. Dari remaja yang telah aktif melakukan hubungan seksual, sebanyak 19,70% melakukannya dengan pelacur dan 79,30% dengan pacar. Sebagian besar ( 86,87%) dari mereka yang telah melakukan seksual aktif tidak memiliki pengetahuan sedikitpun tentang kesehatan reproduksi, sedangkan selebihnya, pengetahuannya hanya sepotong-sepotong yang mereka peroleh dari teman ataumelalui media.
Dari data yang sama, teridentifikasi bahwa 18,55% dari responden yang telah aktif melakukan hubungan seksual pernah mengalami keluhan kesehatan reproduksin ( sakit dan berdarah pada saat buang air kecil). Survey lanjutan yang dilakukan oleh PKBI Jambi pada tahun 2004 terhadap 174 pasangan muda yang telah menikah, terungkap bahwa 68,54% yang menjadi responden menyatakan telah melakukan hubungan seks sebelum mereka resmi menjadi suami-isteri. (IRRMA 2004)
Satu yang menarik dan perlu mendapatkan perhatian serius dari banyak pihak adalah alasan mereka melakukan hubungan seksual. Sebanyak 67,5 % dari mereka miliki alasan coba-coba karena terangsang setelah menonton film porno, 22,5% beralasan suka sama suka, dan selebihnya 10% karena di paksa oleh pacar. Ironisnya, ketika ditanyakan apakah tidak takut hamil saat melakukan hubungan seksual ?Sebanyak 64,5% berpendapat tidak akan hamil jika melakukan hubungan seksualnya hanya sekali. Sementara, sebanyak 15,8 % menyatakan untuk menghindari kehamilan segera minum jamu atau minum sprit dan segara mencuci alat kelamin dengan anti septic setelah melakukan hubungan seksual, sedangkan 19,8% menyatakan tidak takut hamil, karena pacar akan bertanggungjawab. (IRRMA, 2004)
Selain rendahnya pengetahuan tentang kehamilan, pengetahuan remaja tentang penyakit hubungan seksual dan HIV/AIDS juga umumnya rendah. Dari 1,450 responden hanya 21,7 % yang memiliki pengetahuan memadai tentang Penyakit Menular Seksual dan HIV/AIDS, sementara sebanyak 78,3% tidak memiliki pengetahuan yang cukup, bahkan cenderung membahayakan kesehatan reproduksi. Hal ini disebabkan, keyakinan mereka bahwa melakukan hubungan seks dengan perempuan atau laki-laki yang berpenampilan bersih dan melakukannya dengan pacar tidak mungkin akan terinfeksi penyakit kelamin dan HIV/AIDS. Mereka juga beranggapan bahwa minum obat antibiotika sebelum atau sesudah melakukan hubungan seks, atau segera mencuci alat kelamin setelah berhubungan seks dengan pelacur akan terhindar dari penyakit kelamin dan HIV/AIDS.
Hasil survey IRRMA di atas juga tidak jauh berbeda dengan hasil-hasil penelitian dari berbagai wilayah di Indonesia. Jumlah remaja yang telah aktif melakukan hubungan seksual diperkirakan rata-rata mencapai 28,8%. Peningkatan remaja yang telah melakukan hubungan seksual aktif inilah yang memberikan kontribusi terhadap peningkatan unwanted pregnancy yang diperkirakan sekitar 1,5 juta per tahun, unsafe abortion mencapai 300,000 orang per tahun dan peningkatan kasus IMS, HIV/AIDS diperkirakan 75,000 – 150,000 per tahun. Lagi-lagi dari hasil penelitian inipun, terungkap pengetahuan mereka tentang kesehatan reproduksi dan seksual umumnya sangat buruk.
Sedangkan data kasus kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan di Rifka Annisa menunjukan angka yang tingi pada kasus kekerasan dalam pacaran, yaitu tertinggi setelah kekerasan terhadap istri.
Dok. Rifka Annisa 2007
Kenyatan ini sangat memprihatinkan mengingat kenyataan bahwa jumlah remaja di Indonesia yang berusia 12- 24 tahun mencapai 28% dari 220 juta jiwa penduduk Indonesia. Namun, sebagian besar dari mereka menghadapi berbagai masalah yang sangat kompleks berkaitan dengan kesehatan reproduksi dan seksualnya. Setiap hari, mereka harus menjalani kehidupan reproduksinya dengan penuh resiko; mulai resiko kehamilan yang tidak direncanakan (KTD), eksploitasi dan kekerasan seksual, penyakit hubungan seksual (IMS) sampai resiko terinfensi HIV/AIDS.
4. Apa yang Harus Segera Dilakukan?
Tidak dapat disangkal, terjadinya berbagai peningkatan kasus KTD, aborsi, IMS dan HIV/AIDS dikalangan remaja, disebabkan karena kesehatan reproduksi remaja di Indonesia sampai saat ini belum mendapat perhatian yang optimal dari orang tua, tokoh agama dan pemerintah. Remaja baik di kota maupun desa masih mengalami kesulitan untuk mendapatkan akses informasi, pendidikan dan pelayanan berkaitan dengan Kesehatan Reproduksinya. Sementara, disisi lain perkembangan teknologi informasi yang menyajikan berbagai informasi pornografi mudah diakses oleh remaja, sehingga mendorong remaja untuk melakukan hubungan seks bebas.
Padahal, menurut WHO remaja perempuan yang melakukan hubungan seks pada usia muda beresiko 10 kali lebih tinggi untuk terinfeksi kanker leher rahim, dan beresiko 2 kali lebih tinggi untuk terinfeksi STDs dan HIV/AIDS bila pasangannya sudah terinfeksi STDs sebelumnya.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan pengetahuan remaja terhadap kesehatan reproduksi dan seksual, sehingga remaja mampu membuat keputusan terhadap kebutuhan dan hak-hak reproduksinya secara sehat, aman dan bertanggungjawab, diperlukan langkah-langkah taktis dan strategis melalui pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan. Berkaitan dengan membuka akses informasi, pendidikan dan pelayanan kesehatan reproduksi bagi remaja diperlukan dukungan dari berbagai pihak, seperti; orang tua dan tokoh agama dan perhatian serta keseriusan dari pemerintah di semua level. Pembagian peran dan tanggung jawab berkaitan dengan membuka akses dan pelayanan terhadap remaja agar mereka dapat menjalani hak-hak kesehatan reproduksinya secara bertanggungjawab, dapat dilakukan sebagai berikut :
1) Keluarga dan masyarakat harus mulai membuka diri terhadap Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksual. Sikap keluarga dan masyarakat yang selama ini apriori dan ketakutan, jika remaja mendapat pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas akan semakin mendorong mereka melakukan seks bebas harus dihilangkan. Sebab, dari banyak penilitian dan pengalaman berbagai pihak yang secara intensif memberikan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual kepada remaja secara benar, mampu merubah perilaku seksual remaja untuk semakin bertanggungjawab. Penelitian dan pengalaman banyak pihak, mentabukan pendidikan seks di keluarga dan masyarakat semakin tidak dapat menyelesaikan masalah. Sebab, semakin pendidikan seks di tabukan, semakin mendorong remaja untuk ’ingin tahu dan ingin mencoba’. Sebab, faktanya remaja semakin mudah mendapatkan akses seksualitas yang menyesatkan melalui berbagai media electronik ( lihat di internal, puluhan jenis situs pornografi yang menyajikan rangsangan seksual remaja dapat dengan mudah diakses oleh remaja).
2) Pemerintah di semua level, harus menempatkan isu-isu kesehatan reproduksi remaja menjadi prioritas utama dalam penyusunan kebijakan. Kebijakan yang dihasilkan harus dapat memastikan remaja memperoleh hak-hak kesehatan reproduksinya.
3) Media Massa harus ikut bertanggung jawab dalam memberikan informasi dan pengetahuan kesehatan reproduksi dan seksual bagi remaja bukan malah membuat posisi remaja semakin sulit dalam menjalani hak-hak kesehatan reproduksinya akibat banyaknya informasi yang menyesatkan.
4) Membuka ruang dan akses bagi remaja untuk berpartisipasi dalam proses-proses pengambilan keputusan menyangkut kebutuhan remaja akan hak-hak kesehatan reproduksi dan seksualnya. Banyak program pemberdayaan remaja yang dilakukan selama ini tidak direspon secara positif oleh remaja, karena remaja tidak dilibatkan dalam proses-proses pengambilan keputusan menyangkut kebutuhannya.
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) adalah 12 sampai 24 tahun. Namun jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa atau bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih tergantung pada orang tua (tidak mandiri), maka dimasukkan ke dalam kelompok remaja.
Apa yang dimaksud dengan reproduksi?
Secara sederhana reproduksi berasal dari kata re = kembali dan produksi = membuat atau menghasilkan, jadi reproduksi mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidup.
Apasih Kesehatan reproduksi itu?
KESEHATAN REPRODUKSI (kespro) adalah Keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran & sistem reproduksi (Konferensi International Kependudukan dan Pembangunan, 1994).
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural.
Mengapa Remaja Perlu Mengetahui Kesehatan Reproduksi?
Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya. Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi.
Pengetahuan dasar apa yang perlu diberikan kepada remaja agar mereka mempunyai kesehatan reproduksi yang baik?
Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbuh kembang remaja)
mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin serta bagaimana merencanakan kehamilan agar sesuai dengan keinginnannya dan pasanganya
Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap kondisi kesehatan reproduksi
Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi
Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual
Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya
Mengambangkan kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat kepercayaan diri agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat negatif
Hak-hak reproduksi
laporan kegiatan praktikum kimia
LAPORAN KEGIATAN PRAKTIKUM
KIMIA LINGKUNGAN
Disusun Oleh :
1. Adrin Mutolib (B1003001)
2. Deviana Vinasih (B1003008)
3. Evi Nurhidayah (B1003014)
4. Gentur Tri Utomo (B1003020)
5. Ike Bhara W.S (B1003025)
DIREKTORAT PERGURUAN TINGGI
POLITEKNIK BANJARNEGARA
PRODI KESEHATAN LINGKUNGAN
2010
I. TUJUAN
Tujuan kegiatan praktikum ini adalah diharapkan praktikum dapat membuat larutan dengan konsentrasi larutan tertentu, mengencerkan larutan, dan menentukan konsentrasi larutan yang telah dibuat.
II. KAJIAN PUSTAKA
III. 1. Larutan
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih yang terdispersi baik sebagai molekul, atom, maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan, atau padatan. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sejumlah kecil solute, relatif terhadap jumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut, sedangkan pelarut adalah medium dalam solute terlarut. ( Baroroh, 2004 )
Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air, selain air yang berfungsi sebagai pelarut adalah alkohol amoniak, kloroform, benzena, minyak, asam asetat, akan tetapi kalau menggunakan air tidak disebutkan.
( Gunawan, 2004 )
Faktor- faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu temperatur, sifat pelarut, efek ion sejenis, efek ion berlainan, pH, hidrolisis, pengaruh kompleks dan lain- lain ( Khopkar, 2003 )
III. 2. Konsentrasi Larutan
Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif digunakan konsentrasi. Konsentrasi adalah perbandingan jumlah zat terlarut dan jumlah pelarut, dinyatakan dalam satuan volume ( berat, mol ) zat terlarut dalam sejumlah volume tertentu dari pelarut. Berdasarkan hal ini muncul satuan- satuan konsentrasi, yaitu fraksi mol, molaritas, molalitas, ppm, serta ditambah dengan persen massa dan persen volume ( Baroroh, 2004 )
Untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu harus diperhatikan :
1. Apabila dari padatan, pahami terlebih dahulu satuan yang diinginkan. Berapa volum atau massa larutan yang akan dibuat.
Mol zat terlarut
M =
Liter larutan
2. Pengenceran
V1 . M1 = V2 . M2
Apabila larutan yang lebih pekat, satuan konsentrasi larutan yang diketahui dengan satuan yang diinginkan harus disesuaikan. Jumlah zat terlarut sebelum dan sesudah pengenceran adalah sama, dan memenuhi persamaan :
M1 : Konsentrasi larutan sebelum diencerkan
V1 : Volume larutan sebelum diencerkan
M2 : Konsentrasi larutan sesudah diencerkan
V2 : Volume larutan sesudah diencerkan
Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat ( konsentrasi tinggi ) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang- kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini daat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebakan asam sulfat memercik. Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini merusak kulit ( Brady, 1999 )
3. Molaritas Campuran ( Mcamp )
Apabila dua buah larutan dengan konsentrasi yang berbeda dicampurkan maka akan didapatkan larutan dengan konsentrasi yang berbeda dengan konsentrasi awal, yang disebut sebagai konsentrai campuran, dengan rumus :
V1 . M1 + V2 . M2
Mcamp =
V1 + V2
III. ALAT DAN BAHAN
Alat Jumlah Bahan Jumlah
Gelas Erlenmeyer
Gelas kimia 50cm3/ 100cm3
Pengaduk
Neraca analitik
Pipet tetes
Pipet ukur
Gelas ukur 100cm3/250cm3
Labu takar
Kaca arloji 3
4
2
1
1
1
1
1
1 NaOH padat
NaCl serbuk
Akuades 2 gram
5, 85 gram
200 ml
IV. CARA KERJA
A. Larutan A
• Menimbang 2 gram NaOH menggunakan kaca arloji dan neraca analitik
• Memasukkan larutan tersebut ke dalam gelas ukur 100 cm3
• Menambahkan akuades hingga volume 50 ml
• Menghitung Molaritas larutan A
B. Larutan B
• Mengambil 30 ml dari larutan A menggunakan pipet ukur
• Memindahkan ke dalam labu takar
• Menambahkan akuades sebanyak 10 ml
• Menghitung Molaritas larutan B
C. Larutan Campuran
• Mencampurkan 10 ml larutan A dengan 10 ml larutan B ke dalam tabung Erlenmeyer
• Menghitung Molaritas campuran dari larutan A dengan larutan B
D. Larutan D
• Menimbang 5, 85 gram NaCl menggunakan neraca analitik
• Memasukkan ke dalam gelas ukur 250 ml
• Menambahkan akuades hingga volume menjadi 100 ml
• Menghitung Molaritas larutan D
E. Larutan E
• Mengambil 30 ml larutan E
• Mencampur dengan akuades sebanyak 20 ml
• Menghitung Molaritas larutan E
F. Larutan Campuran
• Mencampurkan 20 ml larutan D dengan 20 ml larutan E
• Memasukkan ke dalam tabung erlenmeyer
• Menghitung Molaritas campuran larutan tersebut
V. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
1. Larutan A mempunyai konsentrasi 1 M dari hasil pencampuran 2 gram NaOH dengan akuades sebanyak 50 ml.
Perhitungan :
gr / Mr
M = liter
= 2 / 40
0, 05
= 1 M
2. Larutan B mempunyai konsentrasi 0, 75 M dari hasil pengenceran 30 ml Larutan A dengan 10 ml akuades.
Perhitungan :
M1 . V1 = M2 . V2
30 . 1 = 40 . M2
M2 = 30 / 40
= 0, 75 M
3. Molaritas campuran antara 10 ml larutan A dengan 10 ml larutan B adalah 0, 875 M.
Perhitungan :
Mcamp = V1 . M1 + V2 . M2
V1 + V2
4. Larutan D mempunyai konsentrasi 1 M dari hasil pencampuran 5, 85 gram NaCl dengan 100 ml akuades.
5. Larutan E mempunyai konsentrasi 0, 6 M dari hasil pengenceran 30 ml Larutan D dengan 20 ml akuades.
6. Molaritas campuran antara 20 ml larutan D dengan 20 ml larutan E adalah 0, 8 M.
VI. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah kami lakukan, Molaritas suatu zat dapat dipengaruhi oleh basarnya konsentrasi larutan. Dan apabila ingin memperkecil besarnya Molaritas dapat dilakukan dengan cara pengenceran.
VII. JAWABAN PERTANYAAN
a) PERTANYAAN
1. Jika 8 gram NaOH (Mr = 40) dilarutkan dalam air hingga 100 ml. Tentukan Molaritas larutan tersebut !
2. Laruatn 50 ml H2SO4 0,4M diencerkan dengan air hingga 500 ml. Tentukan Molaritas setelah diencerkan !
3. Larutan 100 ml NaOH 0,8M diencerkan dengan penambahan 900 ml air. Tentukan kemolaran setelah diencerkan !
4. Dicampurkan 700 ml larutan HCL 0,2M dengan 300 ml larutan NaCL 0,1M. Tentukan Molaritas larutan setelah diencerkan !
b) JAWABAN
1. M = Mol = 8/40 = 2 M
Liter larutan 0,1
2. Diket : V1= 50
M1=0,4
V2=500
M2=?
Jawab : VI . MI = V2 . M2
50 . 0,4 = 500 M
20 M = 500 M2
M2 = 20 = 0,04 M
500
3. Diket : V1= 100
M1=0,8
V2=1000
M2=?
Jawab : VI . MI = V2 . M2
100 . 0,8 = 1000 M
80 M = 1000 M2
M2 = 80 = 0,08 M
1000
4. Diket : V1= 700
M1=0,2
V2=300
M2=O,1
Ditanya = Mcamp ?
Jawab :V1 . M1 + V2 . M2
V1 + V2
= 700 . 0,2 + 300 . 0,1
700+300
= 170 = 0,17 M
1000
KIMIA LINGKUNGAN
Disusun Oleh :
1. Adrin Mutolib (B1003001)
2. Deviana Vinasih (B1003008)
3. Evi Nurhidayah (B1003014)
4. Gentur Tri Utomo (B1003020)
5. Ike Bhara W.S (B1003025)
DIREKTORAT PERGURUAN TINGGI
POLITEKNIK BANJARNEGARA
PRODI KESEHATAN LINGKUNGAN
2010
I. TUJUAN
Tujuan kegiatan praktikum ini adalah diharapkan praktikum dapat membuat larutan dengan konsentrasi larutan tertentu, mengencerkan larutan, dan menentukan konsentrasi larutan yang telah dibuat.
II. KAJIAN PUSTAKA
III. 1. Larutan
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih yang terdispersi baik sebagai molekul, atom, maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan, atau padatan. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sejumlah kecil solute, relatif terhadap jumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut, sedangkan pelarut adalah medium dalam solute terlarut. ( Baroroh, 2004 )
Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air, selain air yang berfungsi sebagai pelarut adalah alkohol amoniak, kloroform, benzena, minyak, asam asetat, akan tetapi kalau menggunakan air tidak disebutkan.
( Gunawan, 2004 )
Faktor- faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu temperatur, sifat pelarut, efek ion sejenis, efek ion berlainan, pH, hidrolisis, pengaruh kompleks dan lain- lain ( Khopkar, 2003 )
III. 2. Konsentrasi Larutan
Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif digunakan konsentrasi. Konsentrasi adalah perbandingan jumlah zat terlarut dan jumlah pelarut, dinyatakan dalam satuan volume ( berat, mol ) zat terlarut dalam sejumlah volume tertentu dari pelarut. Berdasarkan hal ini muncul satuan- satuan konsentrasi, yaitu fraksi mol, molaritas, molalitas, ppm, serta ditambah dengan persen massa dan persen volume ( Baroroh, 2004 )
Untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu harus diperhatikan :
1. Apabila dari padatan, pahami terlebih dahulu satuan yang diinginkan. Berapa volum atau massa larutan yang akan dibuat.
Mol zat terlarut
M =
Liter larutan
2. Pengenceran
V1 . M1 = V2 . M2
Apabila larutan yang lebih pekat, satuan konsentrasi larutan yang diketahui dengan satuan yang diinginkan harus disesuaikan. Jumlah zat terlarut sebelum dan sesudah pengenceran adalah sama, dan memenuhi persamaan :
M1 : Konsentrasi larutan sebelum diencerkan
V1 : Volume larutan sebelum diencerkan
M2 : Konsentrasi larutan sesudah diencerkan
V2 : Volume larutan sesudah diencerkan
Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat ( konsentrasi tinggi ) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang- kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini daat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebakan asam sulfat memercik. Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini merusak kulit ( Brady, 1999 )
3. Molaritas Campuran ( Mcamp )
Apabila dua buah larutan dengan konsentrasi yang berbeda dicampurkan maka akan didapatkan larutan dengan konsentrasi yang berbeda dengan konsentrasi awal, yang disebut sebagai konsentrai campuran, dengan rumus :
V1 . M1 + V2 . M2
Mcamp =
V1 + V2
III. ALAT DAN BAHAN
Alat Jumlah Bahan Jumlah
Gelas Erlenmeyer
Gelas kimia 50cm3/ 100cm3
Pengaduk
Neraca analitik
Pipet tetes
Pipet ukur
Gelas ukur 100cm3/250cm3
Labu takar
Kaca arloji 3
4
2
1
1
1
1
1
1 NaOH padat
NaCl serbuk
Akuades 2 gram
5, 85 gram
200 ml
IV. CARA KERJA
A. Larutan A
• Menimbang 2 gram NaOH menggunakan kaca arloji dan neraca analitik
• Memasukkan larutan tersebut ke dalam gelas ukur 100 cm3
• Menambahkan akuades hingga volume 50 ml
• Menghitung Molaritas larutan A
B. Larutan B
• Mengambil 30 ml dari larutan A menggunakan pipet ukur
• Memindahkan ke dalam labu takar
• Menambahkan akuades sebanyak 10 ml
• Menghitung Molaritas larutan B
C. Larutan Campuran
• Mencampurkan 10 ml larutan A dengan 10 ml larutan B ke dalam tabung Erlenmeyer
• Menghitung Molaritas campuran dari larutan A dengan larutan B
D. Larutan D
• Menimbang 5, 85 gram NaCl menggunakan neraca analitik
• Memasukkan ke dalam gelas ukur 250 ml
• Menambahkan akuades hingga volume menjadi 100 ml
• Menghitung Molaritas larutan D
E. Larutan E
• Mengambil 30 ml larutan E
• Mencampur dengan akuades sebanyak 20 ml
• Menghitung Molaritas larutan E
F. Larutan Campuran
• Mencampurkan 20 ml larutan D dengan 20 ml larutan E
• Memasukkan ke dalam tabung erlenmeyer
• Menghitung Molaritas campuran larutan tersebut
V. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
1. Larutan A mempunyai konsentrasi 1 M dari hasil pencampuran 2 gram NaOH dengan akuades sebanyak 50 ml.
Perhitungan :
gr / Mr
M = liter
= 2 / 40
0, 05
= 1 M
2. Larutan B mempunyai konsentrasi 0, 75 M dari hasil pengenceran 30 ml Larutan A dengan 10 ml akuades.
Perhitungan :
M1 . V1 = M2 . V2
30 . 1 = 40 . M2
M2 = 30 / 40
= 0, 75 M
3. Molaritas campuran antara 10 ml larutan A dengan 10 ml larutan B adalah 0, 875 M.
Perhitungan :
Mcamp = V1 . M1 + V2 . M2
V1 + V2
4. Larutan D mempunyai konsentrasi 1 M dari hasil pencampuran 5, 85 gram NaCl dengan 100 ml akuades.
5. Larutan E mempunyai konsentrasi 0, 6 M dari hasil pengenceran 30 ml Larutan D dengan 20 ml akuades.
6. Molaritas campuran antara 20 ml larutan D dengan 20 ml larutan E adalah 0, 8 M.
VI. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah kami lakukan, Molaritas suatu zat dapat dipengaruhi oleh basarnya konsentrasi larutan. Dan apabila ingin memperkecil besarnya Molaritas dapat dilakukan dengan cara pengenceran.
VII. JAWABAN PERTANYAAN
a) PERTANYAAN
1. Jika 8 gram NaOH (Mr = 40) dilarutkan dalam air hingga 100 ml. Tentukan Molaritas larutan tersebut !
2. Laruatn 50 ml H2SO4 0,4M diencerkan dengan air hingga 500 ml. Tentukan Molaritas setelah diencerkan !
3. Larutan 100 ml NaOH 0,8M diencerkan dengan penambahan 900 ml air. Tentukan kemolaran setelah diencerkan !
4. Dicampurkan 700 ml larutan HCL 0,2M dengan 300 ml larutan NaCL 0,1M. Tentukan Molaritas larutan setelah diencerkan !
b) JAWABAN
1. M = Mol = 8/40 = 2 M
Liter larutan 0,1
2. Diket : V1= 50
M1=0,4
V2=500
M2=?
Jawab : VI . MI = V2 . M2
50 . 0,4 = 500 M
20 M = 500 M2
M2 = 20 = 0,04 M
500
3. Diket : V1= 100
M1=0,8
V2=1000
M2=?
Jawab : VI . MI = V2 . M2
100 . 0,8 = 1000 M
80 M = 1000 M2
M2 = 80 = 0,08 M
1000
4. Diket : V1= 700
M1=0,2
V2=300
M2=O,1
Ditanya = Mcamp ?
Jawab :V1 . M1 + V2 . M2
V1 + V2
= 700 . 0,2 + 300 . 0,1
700+300
= 170 = 0,17 M
1000
makalah pengaruh globalisasi
MAKALAH PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP EKSISTENSI KEBUDAYAAN DAERAH
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan. Globalisasi sendiri merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar dua puluh tahun yang lalu, dan mulai begitu populer sebagai ideologi baru sekitar lima atau sepuluh tahun terakhir. Sebagai istilah, globalisasi begitu mudah diterima atau dikenal masyarakat seluruh dunia. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar. Globalisasi sering diperbincangkan oleh banyak orang, mulai dari para pakar ekonomi, sampai penjual iklan. Dalam kata globalisasi tersebut mengandung suatu pengetian akan hilangnya satu situasi dimana berbagai pergerakan barang dan jasa antar negara diseluruh dunia dapat bergerak bebas dan terbuka dalam perdagangan. Dan dengan terbukanya satu negara terhadap negara lain, yang masuk bukan hanya barang dan jasa, tetapi juga teknologi, pola konsumsi, pendidikan, nilai budaya dan lain-lain. Konsep akan globalisasi menurut Robertson (1992), mengacu pada penyempitan dunia secara insentif dan peningkatan kesadaran kita akan dunia, yaitu semakin meningkatnya koneksi global dan pemahaman kita akan koneksi tersebut. Di sini penyempitan dunia dapat dipahami dalam konteks institusi modernitas dan intensifikasi kesadaran dunia dapat dipersepsikan refleksif dengan lebih baik secara budaya. Globalisasi memiliki banyak penafsiran dari berbagai sudut pandang. Sebagian orang menafsirkan globalisasi sebagai proses pengecilan dunia atau menjadikan dunia sebagaimana layaknya sebuah perkampungan kecil. Sebagian lainnya menyebutkan bahwa globalisasi adalah upaya penyatuan masyarakat dunia dari sisi gaya hidup, orientasi, dan budaya. Pengertian lain dari globalisasi seperti yang dikatakan oleh Barker (2004) adalah bahwa globalisasi merupakan koneksi global ekonomi, sosial, budaya dan politik yang semakin mengarah ke berbagai arah di seluruh penjuru dunia dan merasuk ke dalam kesadaran kita. Produksi global atas produk lokal dan lokalisasi produk global Globalisasi adalah proses dimana berbagai peristiwa, keputusan dan kegiatan di belahan dunia yang satu dapat membawa konsekuensi penting bagi berbagai individu dan masyarakat di belahan dunia yang lain.(A.G. Mc.Grew, 1992). Proses perkembangan globalisasi pada awalnya ditandai kemajuan bidang teknologi informasi dan komunikasi. Bidang tersebut merupakan penggerak globalisasi. Dari kemajuan bidang ini kemudian mempengaruhi sektor-sektor lain dalam kehidupan, seperti bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Contoh sederhana dengan teknologi internet, parabola dan TV, orang di belahan bumi manapun akan dapat mengakses berita dari belahan dunia yang lain secara cepat. Hal ini akan terjadi interaksi antarmasyarakat dunia secara luas, yang akhirnya akan saling mempengaruhi satu sama lain, terutama pada kebudayaan daerah,seperti kebudayaan gotong royong,menjenguk tetangga sakit dan lain-lain. Globalisasi juga berpengaruh terhadap pemuda dalam kehidupan sehari-hari, seperti budaya berpakaian, gaya rambut dan sebagainya
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Dalam perkembangannya globalisasi menimbulkan berbagai masalah dalam bidang kebudayaan,misalnya : - hilangnya budaya asli suatu daerah atau suatu negara - terjadinya erosi nilai-nilai budaya, - menurunnya rasa nasionalisme dan patriotisme - hilangnya sifat kekeluargaan dan gotong royong - kehilangan kepercayaan diri - gaya hidup kebarat-baratan
C. RUMUSAN MASALAH
Adanya globalisasi menimbulkan berbagai masalah terhadap eksistensi kebudayaan daerah, salah satunya adalah terjadinya penurunan rasa cinta terhadap kebudayaan yang merupakan jati diri suatu bangsa, erosi nilai-nilai budaya, terjadinya akulturasi budaya yang selanjutnya berkembang menjadi budaya massa.
D. TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu : 1. Mengetahui pengaruh globalisasi terhadap eksistensi kebudayaan daerah 2. Untuk meningkatkan kesadaran remaja untuk menjunjung tinggi kebudayaan bangsa sendiri karena kebudayaan merupakan jati diri bangsa
BAB II KERANGKA TEORITIK DAN RUMUSAN HIPOTESIS
A. BATASAN ISTILAH
Dalam pembuatan makalah ini menggunakan istilah-istilah yang sudah dimengerti oleh masyarakat banyak, adapun tujuan dari penggunaan istilah-istilah tersebut yaitu untuk memudahkan pembaca dalam membaca makalah ini.
B. SUDUT PANDANG PENDEKATAN
Sudut pandang yang kami gunakan dalam pembuatan mekalah ini yaitu sudut pandang secara sosiologis dan psikologis yaitu pengaruh globalisasi pada masyarakat umum dan sikap para pemuda dalam menyikapi pengaruh budaya asing.
C. KERANGKA BERPIKIR
Dalam pembuatan makalah ini kami menggunakan pola paragraf dari umum ke khusus, dengan alasan agar pembaca merasa bingung dalam membaca karena dalam membaca dimulai dari hal-hal yang ringan dulu baru meningkat ke hal-hal yang lebih kompleks.
D. RUMUSAN HIPOTESIS
Adanya globalisasi yang memiliki dampak positif maupun negative, maka perlu adanya tindak lanjut dalam menyikapi globalisasi tersebut. Adapun tindakan-tindakan yang dapat dilakukan yaitu : 1. Menambah porsi pengetahuan tentang kebudayaan bangsa di sekolah-sekolah baik mulai dari tingkat SD sampai perguruan tinggi 2. Menyeleksi kemunculan globalisasi kebudayaan baru, sehingga budaya yang masuk tidak merugikan dan berdampak negative. 3. Mengadakan berbagai pertunjukan kubudayaan 4. Membatasi acara-acara yang dapat memunculkan rasa cinta terhadap budaya asing.
BAB III PEMBAHASAN
A. GLOBALISASI DAN BUDAYA
Gaung globalisasi, yang sudah mulai terasa sejak akhir abad ke-20, telah membuat masyarakat dunia, termasuk bangsa Indonesia harus bersiap-siap menerima kenyataan masuknya pengaruh luar terhadap seluruh aspek kehidupan bangsa. Salah satu aspek yang terpengaruh adalah kebudayaan. Terkait dengan kebudayaan, kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Atau kebudayaan juga dapat didefinisikan sebagai wujudnya, yang mencakup gagasan atau ide, kelakuan dan hasil kelakuan (Koentjaraningrat), dimana hal-hal tersebut terwujud dalam kesenian tradisional kita. Oleh karena itu nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan atau psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan Bagi bangsa Indonesia aspek kebudayaan merupakan salah satu kekuatan bangsa yang memiliki kekayaan nilai yang beragam, termasuk keseniannya. Kesenian rakyat, salah satu bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia tidak luput dari pengaruh globalisasi. Globalisasi dalam kebudayaan dapat berkembang dengan cepat, hal ini tentunya dipengaruhi oleh adanya kecepatan dan kemudahan dalam memperoleh akses komunikasi dan berita namun hal ini justru menjadi bumerang tersendiri dan menjadi suatu masalah yang paling krusial atau penting dalam globalisasi, yaitu kenyataan bahwa perkembangan ilmu pengertahuan dikuasai oleh negara-negara maju, bukan negara-negara berkembang seperti Indonesia. Mereka yang memiliki dan mampu menggerakkan komunikasi internasional justru negara-negara maju. Akibatnya, negara-negara berkembang, seperti Indonesia selalu khawatir akan tertinggal dalam arus globalisai dalam berbagai bidang seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, termasuk kesenian kita. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar. Komunikasi dan transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Simon Kemoni, sosiolog asal Kenya mengatakan bahwa globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Dalam proses alami ini, setiap bangsa akan berusaha menyesuaikan budaya mereka dengan perkembangan baru sehingga mereka dapat melanjutkan kehidupan dan menghindari kehancuran. Tetapi, menurut Simon Kimoni, dalam proses ini, negara-negara harus memperkokoh dimensi budaya mereka dan memelihara struktur nilai-nilainya agar tidak dieliminasi oleh budaya asing. Dalam rangka ini, berbagai bangsa haruslah mendapatkan informasi ilmiah yang bermanfaat dan menambah pengalaman mereka. Terkait dengan seni dan budaya, Seorang penulis asal Kenya bernama Ngugi Wa Thiong’o menyebutkan bahwa perilaku dunia Barat, khususnya Amerika seolah-olah sedang melemparkan bom budaya terhadap rakyat dunia. Mereka berusaha untuk menghancurkan tradisi dan bahasa pribumi sehingga bangsa-bangsa tersebut kebingungan dalam upaya mencari indentitas budaya nasionalnya. Penulis Kenya ini meyakini bahwa budaya asing yang berkuasa di berbagai bangsa, yang dahulu dipaksakan melalui imperialisme, kini dilakukan dalam bentuk yang lebih luas dengan nama globalisasi.
B. GLOBALISASI DALAM KEBUDAYAAN TRADISIONAL DI INDONESIA
Proses saling mempengaruhi adalah gejala yang wajar dalam interaksi antar masyarakat. Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum Indonesia terbentuk) telah mengalami proses dipengaruhi dan mempengaruhi. Kemampuan berubah merupakan sifat yang penting dalam kebudayaan manusia. Tanpa itu kebudayaan tidak mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang senantiasa berubah. Perubahan yang terjadi saat ini berlangsung begitu cepat. Hanya dalam jangka waktu satu generasi banyak negara-negara berkembang telah berusaha melaksanakan perubahan kebudayaan, padahal di negara-negara maju perubahan demikian berlangsung selama beberapa generasi. Pada hakekatnya bangsa Indonesia, juga bangsa-bangsa lain, berkembang karena adanya pengaruh-pengaruh luar. Kemajuan bisa dihasilkan oleh interaksi dengan pihak luar, hal inilah yang terjadi dalam proses globalisasi. Oleh karena itu, globalisasi bukan hanya soal ekonomi namun juga terkait dengan masalah atau isu makna budaya dimana nilai dan makna yang terlekat di dalamnya masih tetap berarti.. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dalam berbagai hal, seperti anekaragaman budaya, lingkungan alam, dan wilayah geografisnya. Keanekaragaman masyarakat Indonesia ini dapat dicerminkan pula dalam berbagai ekspresi keseniannya. Dengan perkataan lain, dapat dikatakan pula bahwa berbagai kelompok masyarakat di Indonesia dapat mengembangkan keseniannya yang sangat khas. Kesenian yang dikembangkannya itu menjadi model-model pengetahuan dalam masyarakat.
C. PERUBAHAN BUDAYA DALAM GLOBALISASI ; KESENIAN YANG BERTAHAN DAN YANG TERSISIHKAN
Perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni perubahan dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai dan norma social merupakan salh satu dampak dari adanya globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara mendasar. Komunikasi dan sarana transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Misalnya saja khusus dalam bidang hiburan massa atau hiburan yang bersifat masal, makna globalisasi itu sudah sedemikian terasa. Sekarang ini setiap hari kita bisa menyimak tayangan film di tv yang bermuara dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea, dll melalui stasiun televisi di tanah air. Belum lagi siaran tv internasional yang bisa ditangkap melalui parabola yang kini makin banyak dimiliki masyarakat Indonesia. Sementara itu, kesenian-kesenian populer lain yang tersaji melalui kaset, vcd, dan dvd yang berasal dari manca negara pun makin marak kehadirannya di tengah-tengah kita. Fakta yang demikian memberikan bukti tentang betapa negara-negara penguasa teknologi mutakhir telah berhasil memegang kendali dalam globalisasi budaya khususnya di negara ke tiga. Peristiwa transkultural seperti itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap keberadaan kesenian kita. Padahal kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khasanah kebudayaan nasional yang perlu dijaga kelestariannya. Di saat yang lain dengan teknologi informasi yang semakin canggih seperti saat ini, kita disuguhi oleh banyak alternatif tawaran hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang mungkin lebih menarik jika dibandingkan dengan kesenian tradisional kita. Dengan parabola masyarakat bisa menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang bersifat mendunia yang berasal dari berbagai belahan bumi. Kondisi yang demikian mau tidak mau membuat semakin tersisihnya kesenian tradisional Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat akan pemaknaan dalam masyarakat Indonesia. Misalnya saja bentuk-bentuk ekspresi kesenian etnis Indonesia, baik yang rakyat maupun istana, selalu berkaitan erat dengan perilaku ritual masyarakat pertanian. Dengan datangnya perubahan sosial yang hadir sebagai akibat proses industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, dan globalisasi informasi, maka kesenian kita pun mulai bergeser ke arah kesenian yang berdimensi komersial. Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai tersingkir dan kehilangan fungsinya. Sekalipun demikian, bukan berarti semua kesenian tradisional kita lenyap begitu saja. Ada berbagai kesenian yang masih menunjukkan eksistensinya, bahkan secara kreatif terus berkembang tanpa harus tertindas proses modernisasi. Pesatnya laju teknologi informasi atau teknologi komunikasi telah menjadi sarana difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam bagi masyarakat luas. Akibatnya masyarakat tidak tertarik lagi menikmati berbagai seni pertunjukan tradisional yang sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka. Misalnya saja kesenian tradisional wayang orang Bharata, yang terdapat di Gedung Wayang Orang Bharata Jakarta kini tampak sepi seolah-olah tak ada pengunjungnya. Hal ini sangat disayangkan mengingat wayang merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional Indonesia yang sarat dan kaya akan pesan-pesan moral, dan merupakan salah satu agen penanaman nilai-nilai moral yang baik, menurut saya. Contoh lainnya adalah kesenian Ludruk yang sampai pada tahun 1980-an masih berjaya di Jawa Timur sekarang ini tengah mengalami “mati suri”. Wayang orang dan ludruk merupakan contoh kecil dari mulai terdepaknya kesenian tradisional akibat globalisasi. Bisa jadi fenomena demikian tidak hanya dialami oleh kesenian Jawa tradisional, melainkan juga dalam berbagai ekspresi kesenian tradisional di berbagai tempat di Indonesia. Sekalipun demikian bukan berarti semua kesenian tradisional mati begitu saja dengan merebaknya globalisasi. Di sisi lain, ada beberapa seni pertunjukan yang tetap eksis tetapi telah mengalami perubahan fungsi. Ada pula kesenian yang mampu beradaptasi dan mentransformasikan diri dengan teknologi komunikasi yang telah menyatu dengan kehidupan masyarakat, misalnya saja kesenian tradisional “Ketoprak” yang dipopulerkan ke layar kaca oleh kelompok Srimulat. Kenyataan di atas menunjukkan kesenian ketoprak sesungguhnya memiliki penggemar tersendiri, terutama ketoprak yang disajikan dalam bentuk siaran televisi, bukan ketoprak panggung. Dari segi bentuk pementasan atau penyajian, ketoprak termasuk kesenian tradisional yang telah terbukti mampu beradaptasi dengan perubahan zaman. Selain ketoprak masih ada kesenian lain yang tetap bertahan dan mampu beradaptasi dengan teknologi mutakhir yaitu wayang kulit. Beberapa dalang wayang kulit terkenal seperti Ki Manteb Sudarsono dan Ki Anom Suroto tetap diminati masyarakat, baik itu kaset rekaman pementasannya, maupun pertunjukan secara langsung. Keberanian stasiun televisi Indosiar yang sejak beberapa tahun lalu menayangkan wayang kulit setiap malam minggu cukup sebagai bukti akan besarnya minat masyarakat terhadap salah satu khasanah kebudayaan nasional kita. Bahkan Museum Nasional pun tetap mempertahankan eksistensi dari kesenian tradisonal seperti wayang kulit dengan mengadakan pagelaran wayang kulit tiap beberapa bulan sekali dan pagelaran musik gamelan tiap satu minggu atau satu bulan sekali yang diadakan di aula Kertarajasa, Museum Nasional.
D. PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP BUDAYA BANGSA
Arus globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan budaya bangsa Indonesia . Derasnya arus informasi dan telekomunikasi ternyata menimbulkan sebuah kecenderungan yang mengarah terhadap memudarnya nilai-nilai pelestarian budaya. Perkembangan 3T (Transportasi, Telekomunikasi, dan Teknologi) mengkibatkan berkurangnya keinginan untuk melestarikan budaya negeri sendiri . Budaya Indonesia yang dulunya ramah-tamah, gotong royong dan sopan berganti dengan budaya barat, misalnya pergaulan bebas. Di Tapanuli (Sumatera Utara) misalnya, duapuluh tahun yang lalu, anak-anak remajanya masih banyak yang berminat untuk belajar tari tor-tor dan tagading (alat musik batak). Hampir setiap minggu dan dalam acara ritual kehidupan, remaja di sana selalu diundang pentas sebagai hiburan budaya yang meriah. Saat ini, ketika teknologi semakin maju, ironisnya kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut semakin lenyap di masyarakat, bahkan hanya dapat disaksikan di televisi dan Taman Mini Indonesi Indah (TMII). Padahal kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut, bila dikelola dengan baik selain dapat menjadi pariwisata budaya yang menghasilkan pendapatan untuk pemerintah baik pusat maupun daerah, juga dapat menjadi lahan pekerjaan yang menjanjikan bagi masyarakat sekitarnya. Hal lain yang merupakan pengaruh globalisasi adalah dalam pemakaian bahasa indonesia yang baik dan benar (bahasa juga salah satu budaya bangsa). Sudah lazim di Indonesia untuk menyebut orang kedua tunggal dengan Bapak, Ibu, Pak, Bu, Saudara, Anda dibandingkan dengan kau atau kamu sebagai pertimbangan nilai rasa. Sekarang ada kecenderungan di kalangan anak muda yang lebih suka menggunakan bahasa Indonesia dialek Jakarta seperti penyebutan kata gue (saya) dan lu (kamu). Selain itu kita sering dengar anak muda mengunakan bahasa Indonesia dengan dicampur-campur bahasa inggris seperti OK, No problem dan Yes’, bahkan kata-kata makian (umpatan) sekalipun yang sering kita dengar di film-film barat, sering diucapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata ini disebarkan melalui media TV dalam film-film, iklan dan sinetron bersamaan dengan disebarkannya gaya hidup dan fashion . Gaya berpakaian remaja Indonesia yang dulunya menjunjung tinggi norma kesopanan telah berubah mengikuti perkembangan jaman. Ada kecenderungan bagi remaja putri di kota-kota besar memakai pakaian minim dan ketat yang memamerkan bagian tubuh tertentu. Budaya perpakaian minim ini dianut dari film-film dan majalah-majalah luar negeri yang ditransformasikan kedalam sinetron-sinetron Indonesia . Derasnya arus informasi, yang juga ditandai dengan hadirnya internet, turut serta `menyumbang` bagi perubahan cara berpakaian. Pakaian mini dan ketat telah menjadi trend dilingkungan anak muda. Salah satu keberhasilan penyebaran kebudayaan Barat ialah meluasnya anggapan bahwa ilmu dan teknologi yang berkembang di Barat merupakan suatu yang universal. Masuknya budaya barat (dalam kemasan ilmu dan teknologi) diterima dengan `baik`. Pada sisi inilah globalisasi telah merasuki berbagai sistem nilai sosial dan budaya Timur (termasuk Indonesia ) sehingga terbuka pula konflik nilai antara teknologi dan nilai-nilai ketimuran.
E. TINDAKAN YANG MENDORONG TIMBULNYA GLOBALISASI KEBUDAYAAN DAN CARA MENGANTISIPASI ADANYA GLOBALISASI KEBUDAYAAN
Peran kebijaksanaan pemerintah yang lebih mengarah kepada pertimbangan-pertimbangan ekonomi daripada cultural atau budaya dapat dikatakan merugikan suatu perkembangan kebudayaan. Jennifer Lindsay (1995) dalam bukunya yang berjudul ‘Cultural Policy And The Performing Arts In South-East Asia’, mengungkapkan kebijakan kultural di Asia Tenggara saat ini secara efektif mengubah dan merusak seni-seni pertunjukan tradisional, baik melalui campur tangan, penanganan yang berlebihan, kebijakan-kebijakan tanpa arah, dan tidak ada perhatian yang diberikan pemerintah kepada kebijakan kultural atau konteks kultural. Dalam pengamatan yang lebih sempit dapat kita melihat tingkah laku aparat pemerintah dalam menangani perkembangan kesenian rakyat, di mana banyaknya campur tangan dalam menentukan objek dan berusaha merubah agar sesuai dengan tuntutan pembangunan. Dalam kondisi seperti ini arti dari kesenian rakyat itu sendiri menjadi hambar dan tidak ada rasa seninya lagi. Melihat kecenderungan tersebut, aparat pemerintah telah menjadikan para seniman dipandang sebagai objek pembangunan dan diminta untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan simbol-simbol pembangunan. Hal ini tentu saja mengabaikan masalah pemeliharaan dan pengembangan kesenian secara murni, dalam arti benar-benar didukung oleh nilai seni yang mendalam dan bukan sekedar hanya dijadikan model saja dalam pembangunan. Dengan demikian, kesenian rakyat semakin lama tidak dapat mempunyai ruang yang cukup memadai untuk perkembangan secara alami atau natural, karena itu, secara tidak langsung kesenian rakyat akhirnya menjadi sangat tergantung oleh model-model pembangunan yang cenderung lebih modern dan rasional. Sebagai contoh dari permasalahan ini dapat kita lihat, misalnya kesenian asli daerah Betawi yaitu, tari cokek, tari lenong, dan sebagainya sudah diatur dan disesuaikan oleh aparat pemerintah untuk memenuhi tuntutan dan tujuan kebijakan-kebijakan politik pemerintah. Aparat pemerintah di sini turut mengatur secara normatif, sehingga kesenian Betawi tersebut tidak lagi terlihat keasliannya dan cenderung dapat membosankan. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak dikehendaki terhadap keaslian dan perkembangan yang murni bagi kesenian rakyat tersebut, maka pemerintah perlu mengembalikan fungsi pemerintah sebagai pelindung dan pengayom kesenian-kesenian tradisional tanpa harus turut campur dalam proses estetikanya. Memang diakui bahwa kesenian rakyat saat ini membutuhkan dana dan bantuan pemerintah sehingga sulit untuk menghindari keterlibatan pemerintah dan bagi para seniman rakyat ini merupakan sesuatu yang sulit pula membuat keputusan sendiri untuk sesuai dengan keaslian (oroginalitas) yang diinginkan para seniman rakyat tersebut. Oleh karena itu pemerintah harus ‘melakoni’ dengan benar-benar peranannya sebagai pengayom yang melindungi keaslian dan perkembangan secara estetis kesenian rakyat tersebut tanpa harus merubah dan menyesuaikan dengan kebijakan-kebijakan politik. Globalisasi informasi dan budaya yang terjadi menjelang millenium baru seperti saat ini adalah sesuatu yang tak dapat dielakkan. Kita harus beradaptasi dengannya karena banyak manfaat yang bisa diperoleh. Harus diakui bahwa teknologi komunikasi sebagai salah produk dari modernisasi bermanfaat besar bagi terciptanya dialog dan demokratisasi budaya secara masal dan merata. Globalisasi mempunyai dampak yang besar terhadap budaya. Kontak budaya melalui media massa menyadarkan dan memberikan informasi tentang keberadaan nilai-nilai budaya lain yang berbeda dari yang dimiliki dan dikenal selama ini. Kontak budaya ini memberikan masukan yang penting bagi perubahan-perubahan dan pengembangan-pengembangan nilai-nilai dan persepsi dikalangan masyarakat yang terlibat dalam proses ini. Kesenian bangsa Indonesia yang memiliki kekuatan etnis dari berbagai macam daerah juga tidak dapat lepas dari pengaruh kontak budaya ini. Sehingga untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap perubahan-perubahan diperlukan pengembangan-pengembangan yang bersifat global namun tetap bercirikan kekuatan lokal atau etnis. Globalisasi budaya yang begitu pesat harus diantisipasi dengan memperkuat identitas kebudayaan nasional. Berbagai kesenian tradisional yang sesungguhnya menjadi aset kekayaan kebudayaan nasional jangan sampai hanya menjadi alat atau slogan para pemegang kebijaksanaan, khususnya pemerintah, dalam rangka keperluan turisme, politik dsb. Selama ini pembinaan dan pengembangan kesenian tradisional yang dilakukan lembaga pemerintah masih sebatas pada unsur formalitas belaka, tanpa menyentuh esensi kehidupan kesenian yang bersangkutan. Akibatnya, kesenian tradisional tersebut bukannya berkembang dan lestari, namun justru semakin dijauhi masyarakat. Dengan demikian, tantangan yang dihadapi oleh kesenian rakyat cukup berat. Karena pada era teknologi dan komunikasi yang sangat canggih dan modern ini masyarakat dihadapkan kepada banyaknya alternatif sebagai pilihan, baik dalam menentukan kualitas maupun selera. Hal ini sangat memungkinkan keberadaan dan eksistensi kesenian rakyat dapat dipandang dengan sebelah mata oleh masyarakat, jika dibandingkan dengan kesenian modern yang merupakan imbas dari budaya pop. Untuk menghadapi hal-hal tersebut di atas ada beberapa alternatif untuk mengatasinya, yaitu meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM ) bagi para seniman rakyat. Selain itu, mengembalikan peran aparat pemerintah sebagai pengayom dan pelindung, dan bukan sebaliknya justru menghancurkannya demi kekuasaan dan pembangunan yang berorientasi pada dana-dana proyek atau dana-dana untuk pembangunan dalam bidang ekonomi saja
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengaruh globalisasi disatu sisi ternyata menimbulkan pengaruh yang negatif bagi kebudayaan bangsa Indonesia . Norma-norma yang terkandung dalam kebudayaan bangsa Indonesia perlahan-lahan mulai pudar. Gencarnya serbuan teknologi disertai nilai-nilai interinsik yang diberlakukan di dalamnya, telah menimbulkan isu mengenai globalisasi dan pada akhirnya menimbulkan nilai baru tentang kesatuan dunia. Radhakrishnan dalam bukunya Eastern Religion and Western Though (1924) menyatakan “untuk pertama kalinya dalam sejarah umat manusia, kesadaran akan kesatuan dunia telah menghentakkan kita, entah suka atau tidak, Timur dan Barat telah menyatu dan tidak pernah lagi terpisah�. Artinya adalah bahwa antara barat dan timur tidak ada lagi perbedaan. Atau dengan kata lain kebudayaan kita dilebur dengan kebudayaan asing. Apabila timur dan barat bersatu, masihkah ada ciri khas kebudayaan kita? Ataukah kita larut dalam budaya bangsa lain tanpa meninggalkan sedikitpun sistem nilai kita? Oleh karena itu perlu dipertahanan aspek sosial budaya Indonesia sebagai identitas bangsa. Caranya adalah dengan penyaringan budaya yang masuk ke Indonesia dan pelestarian budaya bangsa. Bagi masyarakat yang mencoba mengembangkan seni tradisional menjadi bagian dari kehidupan modern, tentu akan terus berupaya memodifikasi bentuk-bentuk seni yang masih berpolakan masa lalu untuk dijadikan komoditi yang dapat dikonsumsi masyarakat modern. Karena sebenarnya seni itu indah dan mahal. Kesenian adalah kekayaan bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya dan tidak dimiliki bangsa-bangsa asing. Oleh sebab itu, sebagai generasi muda, yang merupakan pewaris budaya bangsa, hendaknya memelihara seni budaya kita demi masa depan anak cucu.
B. SARAN – SARAN
Dari hasil pembahasan diatas, dapat dilakukan beberapa tindakan untuk mencegah terjadinya pergeseran kebudayaan yaitu : 1. Pemerintah perlu mengkaji ulang perturan-peraturan yang dapat menyebabkan pergeseran budaya bangsa 2. Masyarakat perlu berperan aktif dalam pelestarian budaya daerah masing-masing khususnya dan budaya bangsa pada umumnya 3. Para pelaku usaha media massa perlu mengadakan seleksi terhadap berbagai berita, hiburan dan informasi yang diberikan agar tidak menimbulkan pergeseran budaya 4. Masyarakat perlu menyeleksi kemunculan globalisasi kebudayaan baru, sehingga budaya yang masuk tidak merugikan dan berdampak negative. 5. Masyarakat harus berati-hati dalam meniru atau menerima kebudayaan baru, sehingga pengaruh globalisasi di negara kita tidak terlalu berpengaruh pada kebudayaan yang merupakan jati diri bangsa kita.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kuntowijoyo, Budaya Elite dan Budaya Massa dalam Ecstasy Gaya Hidup: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia, Mizan 1997. 2. Sapardi Djoko Damono, Kebudayaan Massa dalam Kebudayaan Indonesia: Sebuah Catatan Kecil dalam Ecstasy Gaya Hidup: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia, Mizan 1997. 3. Fuad Hassan. “Pokok-pokok Bahasan Mengenai Budaya Nusantara Indonesia”. Dalam http://kongres.budpar.go.id/news/article/Pokok_pokok_bahasan.htm, didownload 7/15/04. 4. Koenjaraningrat. 1990. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia. 5. Adeney, Bernard T. 1995. Etika Sosial Lintas Budaya. Yogyakarta: Kanisius. Al-Hadar Smith, “Syariah dan Tradisi Syi’ah Ternate”, dalam http://alhuda.or.id/rub_budaya.htm , didown load 7/15/04. 6. http://www.google=pengaruh globalisasi terhadap eksistensi kebudayaan daerah.com/
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan. Globalisasi sendiri merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar dua puluh tahun yang lalu, dan mulai begitu populer sebagai ideologi baru sekitar lima atau sepuluh tahun terakhir. Sebagai istilah, globalisasi begitu mudah diterima atau dikenal masyarakat seluruh dunia. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar. Globalisasi sering diperbincangkan oleh banyak orang, mulai dari para pakar ekonomi, sampai penjual iklan. Dalam kata globalisasi tersebut mengandung suatu pengetian akan hilangnya satu situasi dimana berbagai pergerakan barang dan jasa antar negara diseluruh dunia dapat bergerak bebas dan terbuka dalam perdagangan. Dan dengan terbukanya satu negara terhadap negara lain, yang masuk bukan hanya barang dan jasa, tetapi juga teknologi, pola konsumsi, pendidikan, nilai budaya dan lain-lain. Konsep akan globalisasi menurut Robertson (1992), mengacu pada penyempitan dunia secara insentif dan peningkatan kesadaran kita akan dunia, yaitu semakin meningkatnya koneksi global dan pemahaman kita akan koneksi tersebut. Di sini penyempitan dunia dapat dipahami dalam konteks institusi modernitas dan intensifikasi kesadaran dunia dapat dipersepsikan refleksif dengan lebih baik secara budaya. Globalisasi memiliki banyak penafsiran dari berbagai sudut pandang. Sebagian orang menafsirkan globalisasi sebagai proses pengecilan dunia atau menjadikan dunia sebagaimana layaknya sebuah perkampungan kecil. Sebagian lainnya menyebutkan bahwa globalisasi adalah upaya penyatuan masyarakat dunia dari sisi gaya hidup, orientasi, dan budaya. Pengertian lain dari globalisasi seperti yang dikatakan oleh Barker (2004) adalah bahwa globalisasi merupakan koneksi global ekonomi, sosial, budaya dan politik yang semakin mengarah ke berbagai arah di seluruh penjuru dunia dan merasuk ke dalam kesadaran kita. Produksi global atas produk lokal dan lokalisasi produk global Globalisasi adalah proses dimana berbagai peristiwa, keputusan dan kegiatan di belahan dunia yang satu dapat membawa konsekuensi penting bagi berbagai individu dan masyarakat di belahan dunia yang lain.(A.G. Mc.Grew, 1992). Proses perkembangan globalisasi pada awalnya ditandai kemajuan bidang teknologi informasi dan komunikasi. Bidang tersebut merupakan penggerak globalisasi. Dari kemajuan bidang ini kemudian mempengaruhi sektor-sektor lain dalam kehidupan, seperti bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Contoh sederhana dengan teknologi internet, parabola dan TV, orang di belahan bumi manapun akan dapat mengakses berita dari belahan dunia yang lain secara cepat. Hal ini akan terjadi interaksi antarmasyarakat dunia secara luas, yang akhirnya akan saling mempengaruhi satu sama lain, terutama pada kebudayaan daerah,seperti kebudayaan gotong royong,menjenguk tetangga sakit dan lain-lain. Globalisasi juga berpengaruh terhadap pemuda dalam kehidupan sehari-hari, seperti budaya berpakaian, gaya rambut dan sebagainya
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Dalam perkembangannya globalisasi menimbulkan berbagai masalah dalam bidang kebudayaan,misalnya : - hilangnya budaya asli suatu daerah atau suatu negara - terjadinya erosi nilai-nilai budaya, - menurunnya rasa nasionalisme dan patriotisme - hilangnya sifat kekeluargaan dan gotong royong - kehilangan kepercayaan diri - gaya hidup kebarat-baratan
C. RUMUSAN MASALAH
Adanya globalisasi menimbulkan berbagai masalah terhadap eksistensi kebudayaan daerah, salah satunya adalah terjadinya penurunan rasa cinta terhadap kebudayaan yang merupakan jati diri suatu bangsa, erosi nilai-nilai budaya, terjadinya akulturasi budaya yang selanjutnya berkembang menjadi budaya massa.
D. TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu : 1. Mengetahui pengaruh globalisasi terhadap eksistensi kebudayaan daerah 2. Untuk meningkatkan kesadaran remaja untuk menjunjung tinggi kebudayaan bangsa sendiri karena kebudayaan merupakan jati diri bangsa
BAB II KERANGKA TEORITIK DAN RUMUSAN HIPOTESIS
A. BATASAN ISTILAH
Dalam pembuatan makalah ini menggunakan istilah-istilah yang sudah dimengerti oleh masyarakat banyak, adapun tujuan dari penggunaan istilah-istilah tersebut yaitu untuk memudahkan pembaca dalam membaca makalah ini.
B. SUDUT PANDANG PENDEKATAN
Sudut pandang yang kami gunakan dalam pembuatan mekalah ini yaitu sudut pandang secara sosiologis dan psikologis yaitu pengaruh globalisasi pada masyarakat umum dan sikap para pemuda dalam menyikapi pengaruh budaya asing.
C. KERANGKA BERPIKIR
Dalam pembuatan makalah ini kami menggunakan pola paragraf dari umum ke khusus, dengan alasan agar pembaca merasa bingung dalam membaca karena dalam membaca dimulai dari hal-hal yang ringan dulu baru meningkat ke hal-hal yang lebih kompleks.
D. RUMUSAN HIPOTESIS
Adanya globalisasi yang memiliki dampak positif maupun negative, maka perlu adanya tindak lanjut dalam menyikapi globalisasi tersebut. Adapun tindakan-tindakan yang dapat dilakukan yaitu : 1. Menambah porsi pengetahuan tentang kebudayaan bangsa di sekolah-sekolah baik mulai dari tingkat SD sampai perguruan tinggi 2. Menyeleksi kemunculan globalisasi kebudayaan baru, sehingga budaya yang masuk tidak merugikan dan berdampak negative. 3. Mengadakan berbagai pertunjukan kubudayaan 4. Membatasi acara-acara yang dapat memunculkan rasa cinta terhadap budaya asing.
BAB III PEMBAHASAN
A. GLOBALISASI DAN BUDAYA
Gaung globalisasi, yang sudah mulai terasa sejak akhir abad ke-20, telah membuat masyarakat dunia, termasuk bangsa Indonesia harus bersiap-siap menerima kenyataan masuknya pengaruh luar terhadap seluruh aspek kehidupan bangsa. Salah satu aspek yang terpengaruh adalah kebudayaan. Terkait dengan kebudayaan, kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Atau kebudayaan juga dapat didefinisikan sebagai wujudnya, yang mencakup gagasan atau ide, kelakuan dan hasil kelakuan (Koentjaraningrat), dimana hal-hal tersebut terwujud dalam kesenian tradisional kita. Oleh karena itu nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan atau psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan Bagi bangsa Indonesia aspek kebudayaan merupakan salah satu kekuatan bangsa yang memiliki kekayaan nilai yang beragam, termasuk keseniannya. Kesenian rakyat, salah satu bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia tidak luput dari pengaruh globalisasi. Globalisasi dalam kebudayaan dapat berkembang dengan cepat, hal ini tentunya dipengaruhi oleh adanya kecepatan dan kemudahan dalam memperoleh akses komunikasi dan berita namun hal ini justru menjadi bumerang tersendiri dan menjadi suatu masalah yang paling krusial atau penting dalam globalisasi, yaitu kenyataan bahwa perkembangan ilmu pengertahuan dikuasai oleh negara-negara maju, bukan negara-negara berkembang seperti Indonesia. Mereka yang memiliki dan mampu menggerakkan komunikasi internasional justru negara-negara maju. Akibatnya, negara-negara berkembang, seperti Indonesia selalu khawatir akan tertinggal dalam arus globalisai dalam berbagai bidang seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, termasuk kesenian kita. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar. Komunikasi dan transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Simon Kemoni, sosiolog asal Kenya mengatakan bahwa globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Dalam proses alami ini, setiap bangsa akan berusaha menyesuaikan budaya mereka dengan perkembangan baru sehingga mereka dapat melanjutkan kehidupan dan menghindari kehancuran. Tetapi, menurut Simon Kimoni, dalam proses ini, negara-negara harus memperkokoh dimensi budaya mereka dan memelihara struktur nilai-nilainya agar tidak dieliminasi oleh budaya asing. Dalam rangka ini, berbagai bangsa haruslah mendapatkan informasi ilmiah yang bermanfaat dan menambah pengalaman mereka. Terkait dengan seni dan budaya, Seorang penulis asal Kenya bernama Ngugi Wa Thiong’o menyebutkan bahwa perilaku dunia Barat, khususnya Amerika seolah-olah sedang melemparkan bom budaya terhadap rakyat dunia. Mereka berusaha untuk menghancurkan tradisi dan bahasa pribumi sehingga bangsa-bangsa tersebut kebingungan dalam upaya mencari indentitas budaya nasionalnya. Penulis Kenya ini meyakini bahwa budaya asing yang berkuasa di berbagai bangsa, yang dahulu dipaksakan melalui imperialisme, kini dilakukan dalam bentuk yang lebih luas dengan nama globalisasi.
B. GLOBALISASI DALAM KEBUDAYAAN TRADISIONAL DI INDONESIA
Proses saling mempengaruhi adalah gejala yang wajar dalam interaksi antar masyarakat. Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum Indonesia terbentuk) telah mengalami proses dipengaruhi dan mempengaruhi. Kemampuan berubah merupakan sifat yang penting dalam kebudayaan manusia. Tanpa itu kebudayaan tidak mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang senantiasa berubah. Perubahan yang terjadi saat ini berlangsung begitu cepat. Hanya dalam jangka waktu satu generasi banyak negara-negara berkembang telah berusaha melaksanakan perubahan kebudayaan, padahal di negara-negara maju perubahan demikian berlangsung selama beberapa generasi. Pada hakekatnya bangsa Indonesia, juga bangsa-bangsa lain, berkembang karena adanya pengaruh-pengaruh luar. Kemajuan bisa dihasilkan oleh interaksi dengan pihak luar, hal inilah yang terjadi dalam proses globalisasi. Oleh karena itu, globalisasi bukan hanya soal ekonomi namun juga terkait dengan masalah atau isu makna budaya dimana nilai dan makna yang terlekat di dalamnya masih tetap berarti.. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dalam berbagai hal, seperti anekaragaman budaya, lingkungan alam, dan wilayah geografisnya. Keanekaragaman masyarakat Indonesia ini dapat dicerminkan pula dalam berbagai ekspresi keseniannya. Dengan perkataan lain, dapat dikatakan pula bahwa berbagai kelompok masyarakat di Indonesia dapat mengembangkan keseniannya yang sangat khas. Kesenian yang dikembangkannya itu menjadi model-model pengetahuan dalam masyarakat.
C. PERUBAHAN BUDAYA DALAM GLOBALISASI ; KESENIAN YANG BERTAHAN DAN YANG TERSISIHKAN
Perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni perubahan dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai dan norma social merupakan salh satu dampak dari adanya globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara mendasar. Komunikasi dan sarana transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Misalnya saja khusus dalam bidang hiburan massa atau hiburan yang bersifat masal, makna globalisasi itu sudah sedemikian terasa. Sekarang ini setiap hari kita bisa menyimak tayangan film di tv yang bermuara dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea, dll melalui stasiun televisi di tanah air. Belum lagi siaran tv internasional yang bisa ditangkap melalui parabola yang kini makin banyak dimiliki masyarakat Indonesia. Sementara itu, kesenian-kesenian populer lain yang tersaji melalui kaset, vcd, dan dvd yang berasal dari manca negara pun makin marak kehadirannya di tengah-tengah kita. Fakta yang demikian memberikan bukti tentang betapa negara-negara penguasa teknologi mutakhir telah berhasil memegang kendali dalam globalisasi budaya khususnya di negara ke tiga. Peristiwa transkultural seperti itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap keberadaan kesenian kita. Padahal kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khasanah kebudayaan nasional yang perlu dijaga kelestariannya. Di saat yang lain dengan teknologi informasi yang semakin canggih seperti saat ini, kita disuguhi oleh banyak alternatif tawaran hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang mungkin lebih menarik jika dibandingkan dengan kesenian tradisional kita. Dengan parabola masyarakat bisa menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang bersifat mendunia yang berasal dari berbagai belahan bumi. Kondisi yang demikian mau tidak mau membuat semakin tersisihnya kesenian tradisional Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat akan pemaknaan dalam masyarakat Indonesia. Misalnya saja bentuk-bentuk ekspresi kesenian etnis Indonesia, baik yang rakyat maupun istana, selalu berkaitan erat dengan perilaku ritual masyarakat pertanian. Dengan datangnya perubahan sosial yang hadir sebagai akibat proses industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, dan globalisasi informasi, maka kesenian kita pun mulai bergeser ke arah kesenian yang berdimensi komersial. Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai tersingkir dan kehilangan fungsinya. Sekalipun demikian, bukan berarti semua kesenian tradisional kita lenyap begitu saja. Ada berbagai kesenian yang masih menunjukkan eksistensinya, bahkan secara kreatif terus berkembang tanpa harus tertindas proses modernisasi. Pesatnya laju teknologi informasi atau teknologi komunikasi telah menjadi sarana difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam bagi masyarakat luas. Akibatnya masyarakat tidak tertarik lagi menikmati berbagai seni pertunjukan tradisional yang sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka. Misalnya saja kesenian tradisional wayang orang Bharata, yang terdapat di Gedung Wayang Orang Bharata Jakarta kini tampak sepi seolah-olah tak ada pengunjungnya. Hal ini sangat disayangkan mengingat wayang merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional Indonesia yang sarat dan kaya akan pesan-pesan moral, dan merupakan salah satu agen penanaman nilai-nilai moral yang baik, menurut saya. Contoh lainnya adalah kesenian Ludruk yang sampai pada tahun 1980-an masih berjaya di Jawa Timur sekarang ini tengah mengalami “mati suri”. Wayang orang dan ludruk merupakan contoh kecil dari mulai terdepaknya kesenian tradisional akibat globalisasi. Bisa jadi fenomena demikian tidak hanya dialami oleh kesenian Jawa tradisional, melainkan juga dalam berbagai ekspresi kesenian tradisional di berbagai tempat di Indonesia. Sekalipun demikian bukan berarti semua kesenian tradisional mati begitu saja dengan merebaknya globalisasi. Di sisi lain, ada beberapa seni pertunjukan yang tetap eksis tetapi telah mengalami perubahan fungsi. Ada pula kesenian yang mampu beradaptasi dan mentransformasikan diri dengan teknologi komunikasi yang telah menyatu dengan kehidupan masyarakat, misalnya saja kesenian tradisional “Ketoprak” yang dipopulerkan ke layar kaca oleh kelompok Srimulat. Kenyataan di atas menunjukkan kesenian ketoprak sesungguhnya memiliki penggemar tersendiri, terutama ketoprak yang disajikan dalam bentuk siaran televisi, bukan ketoprak panggung. Dari segi bentuk pementasan atau penyajian, ketoprak termasuk kesenian tradisional yang telah terbukti mampu beradaptasi dengan perubahan zaman. Selain ketoprak masih ada kesenian lain yang tetap bertahan dan mampu beradaptasi dengan teknologi mutakhir yaitu wayang kulit. Beberapa dalang wayang kulit terkenal seperti Ki Manteb Sudarsono dan Ki Anom Suroto tetap diminati masyarakat, baik itu kaset rekaman pementasannya, maupun pertunjukan secara langsung. Keberanian stasiun televisi Indosiar yang sejak beberapa tahun lalu menayangkan wayang kulit setiap malam minggu cukup sebagai bukti akan besarnya minat masyarakat terhadap salah satu khasanah kebudayaan nasional kita. Bahkan Museum Nasional pun tetap mempertahankan eksistensi dari kesenian tradisonal seperti wayang kulit dengan mengadakan pagelaran wayang kulit tiap beberapa bulan sekali dan pagelaran musik gamelan tiap satu minggu atau satu bulan sekali yang diadakan di aula Kertarajasa, Museum Nasional.
D. PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP BUDAYA BANGSA
Arus globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan budaya bangsa Indonesia . Derasnya arus informasi dan telekomunikasi ternyata menimbulkan sebuah kecenderungan yang mengarah terhadap memudarnya nilai-nilai pelestarian budaya. Perkembangan 3T (Transportasi, Telekomunikasi, dan Teknologi) mengkibatkan berkurangnya keinginan untuk melestarikan budaya negeri sendiri . Budaya Indonesia yang dulunya ramah-tamah, gotong royong dan sopan berganti dengan budaya barat, misalnya pergaulan bebas. Di Tapanuli (Sumatera Utara) misalnya, duapuluh tahun yang lalu, anak-anak remajanya masih banyak yang berminat untuk belajar tari tor-tor dan tagading (alat musik batak). Hampir setiap minggu dan dalam acara ritual kehidupan, remaja di sana selalu diundang pentas sebagai hiburan budaya yang meriah. Saat ini, ketika teknologi semakin maju, ironisnya kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut semakin lenyap di masyarakat, bahkan hanya dapat disaksikan di televisi dan Taman Mini Indonesi Indah (TMII). Padahal kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut, bila dikelola dengan baik selain dapat menjadi pariwisata budaya yang menghasilkan pendapatan untuk pemerintah baik pusat maupun daerah, juga dapat menjadi lahan pekerjaan yang menjanjikan bagi masyarakat sekitarnya. Hal lain yang merupakan pengaruh globalisasi adalah dalam pemakaian bahasa indonesia yang baik dan benar (bahasa juga salah satu budaya bangsa). Sudah lazim di Indonesia untuk menyebut orang kedua tunggal dengan Bapak, Ibu, Pak, Bu, Saudara, Anda dibandingkan dengan kau atau kamu sebagai pertimbangan nilai rasa. Sekarang ada kecenderungan di kalangan anak muda yang lebih suka menggunakan bahasa Indonesia dialek Jakarta seperti penyebutan kata gue (saya) dan lu (kamu). Selain itu kita sering dengar anak muda mengunakan bahasa Indonesia dengan dicampur-campur bahasa inggris seperti OK, No problem dan Yes’, bahkan kata-kata makian (umpatan) sekalipun yang sering kita dengar di film-film barat, sering diucapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata ini disebarkan melalui media TV dalam film-film, iklan dan sinetron bersamaan dengan disebarkannya gaya hidup dan fashion . Gaya berpakaian remaja Indonesia yang dulunya menjunjung tinggi norma kesopanan telah berubah mengikuti perkembangan jaman. Ada kecenderungan bagi remaja putri di kota-kota besar memakai pakaian minim dan ketat yang memamerkan bagian tubuh tertentu. Budaya perpakaian minim ini dianut dari film-film dan majalah-majalah luar negeri yang ditransformasikan kedalam sinetron-sinetron Indonesia . Derasnya arus informasi, yang juga ditandai dengan hadirnya internet, turut serta `menyumbang` bagi perubahan cara berpakaian. Pakaian mini dan ketat telah menjadi trend dilingkungan anak muda. Salah satu keberhasilan penyebaran kebudayaan Barat ialah meluasnya anggapan bahwa ilmu dan teknologi yang berkembang di Barat merupakan suatu yang universal. Masuknya budaya barat (dalam kemasan ilmu dan teknologi) diterima dengan `baik`. Pada sisi inilah globalisasi telah merasuki berbagai sistem nilai sosial dan budaya Timur (termasuk Indonesia ) sehingga terbuka pula konflik nilai antara teknologi dan nilai-nilai ketimuran.
E. TINDAKAN YANG MENDORONG TIMBULNYA GLOBALISASI KEBUDAYAAN DAN CARA MENGANTISIPASI ADANYA GLOBALISASI KEBUDAYAAN
Peran kebijaksanaan pemerintah yang lebih mengarah kepada pertimbangan-pertimbangan ekonomi daripada cultural atau budaya dapat dikatakan merugikan suatu perkembangan kebudayaan. Jennifer Lindsay (1995) dalam bukunya yang berjudul ‘Cultural Policy And The Performing Arts In South-East Asia’, mengungkapkan kebijakan kultural di Asia Tenggara saat ini secara efektif mengubah dan merusak seni-seni pertunjukan tradisional, baik melalui campur tangan, penanganan yang berlebihan, kebijakan-kebijakan tanpa arah, dan tidak ada perhatian yang diberikan pemerintah kepada kebijakan kultural atau konteks kultural. Dalam pengamatan yang lebih sempit dapat kita melihat tingkah laku aparat pemerintah dalam menangani perkembangan kesenian rakyat, di mana banyaknya campur tangan dalam menentukan objek dan berusaha merubah agar sesuai dengan tuntutan pembangunan. Dalam kondisi seperti ini arti dari kesenian rakyat itu sendiri menjadi hambar dan tidak ada rasa seninya lagi. Melihat kecenderungan tersebut, aparat pemerintah telah menjadikan para seniman dipandang sebagai objek pembangunan dan diminta untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan simbol-simbol pembangunan. Hal ini tentu saja mengabaikan masalah pemeliharaan dan pengembangan kesenian secara murni, dalam arti benar-benar didukung oleh nilai seni yang mendalam dan bukan sekedar hanya dijadikan model saja dalam pembangunan. Dengan demikian, kesenian rakyat semakin lama tidak dapat mempunyai ruang yang cukup memadai untuk perkembangan secara alami atau natural, karena itu, secara tidak langsung kesenian rakyat akhirnya menjadi sangat tergantung oleh model-model pembangunan yang cenderung lebih modern dan rasional. Sebagai contoh dari permasalahan ini dapat kita lihat, misalnya kesenian asli daerah Betawi yaitu, tari cokek, tari lenong, dan sebagainya sudah diatur dan disesuaikan oleh aparat pemerintah untuk memenuhi tuntutan dan tujuan kebijakan-kebijakan politik pemerintah. Aparat pemerintah di sini turut mengatur secara normatif, sehingga kesenian Betawi tersebut tidak lagi terlihat keasliannya dan cenderung dapat membosankan. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak dikehendaki terhadap keaslian dan perkembangan yang murni bagi kesenian rakyat tersebut, maka pemerintah perlu mengembalikan fungsi pemerintah sebagai pelindung dan pengayom kesenian-kesenian tradisional tanpa harus turut campur dalam proses estetikanya. Memang diakui bahwa kesenian rakyat saat ini membutuhkan dana dan bantuan pemerintah sehingga sulit untuk menghindari keterlibatan pemerintah dan bagi para seniman rakyat ini merupakan sesuatu yang sulit pula membuat keputusan sendiri untuk sesuai dengan keaslian (oroginalitas) yang diinginkan para seniman rakyat tersebut. Oleh karena itu pemerintah harus ‘melakoni’ dengan benar-benar peranannya sebagai pengayom yang melindungi keaslian dan perkembangan secara estetis kesenian rakyat tersebut tanpa harus merubah dan menyesuaikan dengan kebijakan-kebijakan politik. Globalisasi informasi dan budaya yang terjadi menjelang millenium baru seperti saat ini adalah sesuatu yang tak dapat dielakkan. Kita harus beradaptasi dengannya karena banyak manfaat yang bisa diperoleh. Harus diakui bahwa teknologi komunikasi sebagai salah produk dari modernisasi bermanfaat besar bagi terciptanya dialog dan demokratisasi budaya secara masal dan merata. Globalisasi mempunyai dampak yang besar terhadap budaya. Kontak budaya melalui media massa menyadarkan dan memberikan informasi tentang keberadaan nilai-nilai budaya lain yang berbeda dari yang dimiliki dan dikenal selama ini. Kontak budaya ini memberikan masukan yang penting bagi perubahan-perubahan dan pengembangan-pengembangan nilai-nilai dan persepsi dikalangan masyarakat yang terlibat dalam proses ini. Kesenian bangsa Indonesia yang memiliki kekuatan etnis dari berbagai macam daerah juga tidak dapat lepas dari pengaruh kontak budaya ini. Sehingga untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap perubahan-perubahan diperlukan pengembangan-pengembangan yang bersifat global namun tetap bercirikan kekuatan lokal atau etnis. Globalisasi budaya yang begitu pesat harus diantisipasi dengan memperkuat identitas kebudayaan nasional. Berbagai kesenian tradisional yang sesungguhnya menjadi aset kekayaan kebudayaan nasional jangan sampai hanya menjadi alat atau slogan para pemegang kebijaksanaan, khususnya pemerintah, dalam rangka keperluan turisme, politik dsb. Selama ini pembinaan dan pengembangan kesenian tradisional yang dilakukan lembaga pemerintah masih sebatas pada unsur formalitas belaka, tanpa menyentuh esensi kehidupan kesenian yang bersangkutan. Akibatnya, kesenian tradisional tersebut bukannya berkembang dan lestari, namun justru semakin dijauhi masyarakat. Dengan demikian, tantangan yang dihadapi oleh kesenian rakyat cukup berat. Karena pada era teknologi dan komunikasi yang sangat canggih dan modern ini masyarakat dihadapkan kepada banyaknya alternatif sebagai pilihan, baik dalam menentukan kualitas maupun selera. Hal ini sangat memungkinkan keberadaan dan eksistensi kesenian rakyat dapat dipandang dengan sebelah mata oleh masyarakat, jika dibandingkan dengan kesenian modern yang merupakan imbas dari budaya pop. Untuk menghadapi hal-hal tersebut di atas ada beberapa alternatif untuk mengatasinya, yaitu meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM ) bagi para seniman rakyat. Selain itu, mengembalikan peran aparat pemerintah sebagai pengayom dan pelindung, dan bukan sebaliknya justru menghancurkannya demi kekuasaan dan pembangunan yang berorientasi pada dana-dana proyek atau dana-dana untuk pembangunan dalam bidang ekonomi saja
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengaruh globalisasi disatu sisi ternyata menimbulkan pengaruh yang negatif bagi kebudayaan bangsa Indonesia . Norma-norma yang terkandung dalam kebudayaan bangsa Indonesia perlahan-lahan mulai pudar. Gencarnya serbuan teknologi disertai nilai-nilai interinsik yang diberlakukan di dalamnya, telah menimbulkan isu mengenai globalisasi dan pada akhirnya menimbulkan nilai baru tentang kesatuan dunia. Radhakrishnan dalam bukunya Eastern Religion and Western Though (1924) menyatakan “untuk pertama kalinya dalam sejarah umat manusia, kesadaran akan kesatuan dunia telah menghentakkan kita, entah suka atau tidak, Timur dan Barat telah menyatu dan tidak pernah lagi terpisah�. Artinya adalah bahwa antara barat dan timur tidak ada lagi perbedaan. Atau dengan kata lain kebudayaan kita dilebur dengan kebudayaan asing. Apabila timur dan barat bersatu, masihkah ada ciri khas kebudayaan kita? Ataukah kita larut dalam budaya bangsa lain tanpa meninggalkan sedikitpun sistem nilai kita? Oleh karena itu perlu dipertahanan aspek sosial budaya Indonesia sebagai identitas bangsa. Caranya adalah dengan penyaringan budaya yang masuk ke Indonesia dan pelestarian budaya bangsa. Bagi masyarakat yang mencoba mengembangkan seni tradisional menjadi bagian dari kehidupan modern, tentu akan terus berupaya memodifikasi bentuk-bentuk seni yang masih berpolakan masa lalu untuk dijadikan komoditi yang dapat dikonsumsi masyarakat modern. Karena sebenarnya seni itu indah dan mahal. Kesenian adalah kekayaan bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya dan tidak dimiliki bangsa-bangsa asing. Oleh sebab itu, sebagai generasi muda, yang merupakan pewaris budaya bangsa, hendaknya memelihara seni budaya kita demi masa depan anak cucu.
B. SARAN – SARAN
Dari hasil pembahasan diatas, dapat dilakukan beberapa tindakan untuk mencegah terjadinya pergeseran kebudayaan yaitu : 1. Pemerintah perlu mengkaji ulang perturan-peraturan yang dapat menyebabkan pergeseran budaya bangsa 2. Masyarakat perlu berperan aktif dalam pelestarian budaya daerah masing-masing khususnya dan budaya bangsa pada umumnya 3. Para pelaku usaha media massa perlu mengadakan seleksi terhadap berbagai berita, hiburan dan informasi yang diberikan agar tidak menimbulkan pergeseran budaya 4. Masyarakat perlu menyeleksi kemunculan globalisasi kebudayaan baru, sehingga budaya yang masuk tidak merugikan dan berdampak negative. 5. Masyarakat harus berati-hati dalam meniru atau menerima kebudayaan baru, sehingga pengaruh globalisasi di negara kita tidak terlalu berpengaruh pada kebudayaan yang merupakan jati diri bangsa kita.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kuntowijoyo, Budaya Elite dan Budaya Massa dalam Ecstasy Gaya Hidup: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia, Mizan 1997. 2. Sapardi Djoko Damono, Kebudayaan Massa dalam Kebudayaan Indonesia: Sebuah Catatan Kecil dalam Ecstasy Gaya Hidup: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia, Mizan 1997. 3. Fuad Hassan. “Pokok-pokok Bahasan Mengenai Budaya Nusantara Indonesia”. Dalam http://kongres.budpar.go.id/news/article/Pokok_pokok_bahasan.htm, didownload 7/15/04. 4. Koenjaraningrat. 1990. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia. 5. Adeney, Bernard T. 1995. Etika Sosial Lintas Budaya. Yogyakarta: Kanisius. Al-Hadar Smith, “Syariah dan Tradisi Syi’ah Ternate”, dalam http://alhuda.or.id/rub_budaya.htm , didown load 7/15/04. 6. http://www.google=pengaruh globalisasi terhadap eksistensi kebudayaan daerah.com/
laporan praktikum kimia lingkungan
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
Disusun oleh:
1. Evi Mustaviah (B1003013)
2. Evi Nurhidayah (B1003014)
3. Febriana Purwandani (B1003015)
4. Ferdian Bulan P. (B1003016)
5. Ferdian Indra S. (B1003017)
6. Feronika (B1003018)
DIREKTORAT PERGURUAN TINGGI
POLITEKNIK BANJARNEGARA
PRODI KESEHATAN LINGKUNGAN
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. ACARA
Judul: Pengenalan Alat
B. TUJUAN
Tujuan dari praktikum yang telah kami lakukan adalah untuk mengetahui nama dan fungsi dari alat-alat kimia yang akan digunakan didalam kegiatan praktikum.
C. TINJAUAN TEORI
• Labu Takar
Digunakan untuk menakar volume zat kimia dalam bentuk cair pada proses preparasi larutan. Alat ini tersedia berbagai macam ukuran.
• Gelas Ukur
Digunakan untuk mengukur volume zat kimia dalam bentuk cair. Alat ini mempunyai skala, tersedia bermacam-macam ukuran. Tidak boleh digunakan untuk mengukur larutan/pelarut dalam kondisi panas. Perhatikan meniscus pada saat pembacaan skala.
• Gelas Beker
Alat ini bukan alat pengukur (walaupun terdapat skala, namun ralatnya cukup besar). Digunakan untuk tempat larutan dan dapat juga untuk memanaskan larutan kimia. Untuk menguapkan solven/pelarut atau untuk memekatkan.
• Pengaduk Gelas
Digunakan untuk mengaduk suatu campuran atau larutan kimia pada waktu melakukan reaksi kimia. Digunakan juga untuk menolong pada waktu menuangkan/mendekantir cairan dalam proses penyaringan.
• Botol Pencuci
Bahan terbuat dari plastic. Merupakan botol tempat akuades, yang digunakan untuk mencuci, atau membantu pada saat pengenceran.
• Corong
Biasanya terbuat dari gelas namun ada juga yang terbuat dari plastic. Digunakan untuk menolong pada saat memasukkan cairan ke dalam suatu wadah dengan mulut sempit, seperti : botol, labu ukur, buret dan sebagainya.
• Tabung Reaksi
Terbuat dari gelas. Dapat dipanaskan. Digunakan untuk mereaksikan zat zat kimia
dalam jumlah sedikit.
• Kuvet
Bentuk serupa dengan tabung reaksi, namun ukurannya lebih kecil. Digunakan sebagai tempat sample untuk analisis dengan spektrofotometer. Kuvet tidak boleh dipanaskan. Bahan dapat dari silika (quartz), polistirena atau polimetakrilat.
• Rak Untuk tempat Tabung Reaksi
Rak terbuat dari kayu atau logam. Digunakan sebagai tempat meletakkan tabung reaksi.
• Kaca Preparat
Kawat Kasa Terbuat dari bahan logam dan digunakan untuk alas saat memanaskan alat gelas dengan alat pemanas/kompor listrik.
• Penjepit
Penjepit logam, digunakan untuk menjepit tabung reaksi pada saat pemanasan, atau untuk membantu mengambil kertas saring atau benda lain pada kondisi panas.
Spatula
Terbuat dari bahan logam dan digunakan untuk alat Bantu mengambil bahan padat atau kristal.
Kertas Lakmus
Merupakan indikator berbentuk kertas lembaran-lembaran kecil, berwarna merah dan biru. Indikator yang lain ada yang berbentuk cair missal indikator Phenolphtalein (PP), methyl orange (MO) dan sebagainya. Merupakan alat untuk mengukur atau mengetahui tingkat keasaman (pH) larutan.
Gelas Arloji
Terbuat dari gelas. Digunakan untuk tempat zat yang akan ditimbang.
Cawan Porselein
Alat ini digunakan untuk wadah suatu zat yang akan diuapkan dengan pemanasan.
Pipet Pasteur (Pipet Tetes)
Digunakan untuk mengambil bahan berbentuk larutan dalam jumlah yang kecil.
Sikat
Sikat dipergunakan untuk membersihkan (mencuci) tabung.
Pipet Ukur
Adalah alat yang terbuat dari gelas, berbentuk seperti gambar di bawah ini. Pipet ini memiliki skala. Digunakan untuk mengambil larutan dengan volume tertentu. Gunakan propipet atau pipet pump untuk menyedot larutan, jangan dihisap dengan mulut.
Pipet Gondok
Pipet ini berbentuk seperti dibawah ini. Digunkan untuk mengambil larutan dengan volume tepat sesuai dengan label yang tertera pada bagian yang menggelembung (gondok) pada bagian tengah pipet. Gunakan propipet atau pipet pump untuk menyedot larutan.
Buret
Terbuat dari gelas. Mempunyai skala dank ran. Digunakan untuk melakukan titrasi. Zat yang digunakan untuk menitrasi (titran) ditempatkan dalam buret, dan dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui kran. Volume dari zat yang dipakai dapat dilihat pada skala.
BAB II
ISI
A. Alat
• Buku tulis
• Bolpoint
B. Bahan
• Alat-alat praktikum kimia
C. Cara Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Menyiapkan alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan alat dan bahan
3. Mengamati dan memfoto alat-alat tersebut
4. Mencatat nama dan fungsi alat tersebut
5. Mengumpulkan catatan yang ada
6. Membuat laporan.
BAB III
HASIL DAN KESIMPULAN
A. HASIL
Alat menurut bahan:
1. Glass
2. Non glass
Alat menurut fungsinya:
1. Fungsi utama
2. Fungsi pendukung
Alat menurut ketelitiannya;
1. Tinggi : contohnya pipet ukur, labu ukur, glass ukur
2. Rendah : contohnya labu Erlenmeyer
3. Sedang : contohnya pipet, beker glass
NAMA ALAT DAN FUNGSI
Beker gelas 1000 ml Bahan: gelas borosilikat. Volume : 1000 ml. Berskala teratur dan permanen warna putih, tingkatan untuk percobaan siswa.
Kegunaan
Tempat untuk percobaan, proses difusi osmosis
Batang pengaduk Batang gelas, dengan ujung bulat dan ujung yang lain pipih. Panjang 15 cm.
Kegunaan
Pengocok larutan
KGS.02
Beker gelas 100 ml Bahan: gelas borosilikat. Volume : 100 ml. Berskala teratur dan permanen warna putih, tingkatan untuk percobaan siswa.
Kegunaan
Tempat membuat larutan
Boshead Dua pasang tempat jepitan, 2 pasang jepitan yang saling menyilang siku-siku.
Kegunaan
Penjepit klem universal
Erlenmeyer 100 ml Bahan: gelas borosilikat. Volume : 100 ml. Tingkatan untuk percobaan siswa.Mulut sempit.
Kegunaan
Tempat membuat larutan
Kaki tiga Satu ring diamater 80 mm dengan tiga kaki panjang 8 cm. Diameter luar : 8 mm.
Kegunaan
Untuk penyangga pembakar spirtus
Erlenmeyer 250 ml Bahan: gelas borosilikat. Volume : 250 ml. Tingkatan untuk percobaan siswa, mulut lebar.
Kegunaan
Tempat mereaksikan zat dan atau mencampur zat
02 indikator universal strips, satu boks isi: 100; pH: 0-14
Kegunaan
Untuk identifikasi keasamaan larutan/zat dan lainnya.
KK.03
Mortal dan alu Poslen di glasir. Diameter dalam: 8 cm. Alu panjang: 9 cm.
Kegunaan
Menghaluskan zat yang masing bersifat padat/kristal.
KK.03
KU.06
Neraca Kapasitas: 311 g, pan tunggal bahan stainless steel, ketelitian 10 mg. Bahan : Die-casting. Tipe: tiga lengan. cast aluminium body and beam, stainless steal pan and bow.
Kegunaan
Untuk menimbang zat.
KU.06
KGS.08
Pembakar spirtus Kapasitas 100 ml, bertutup untuk mencegah penguapan, bahan kaca.
Kegunaan
Untuk membakar zat atau memanasi larutan.
KGS.08
KK.04
Penjepit tabung reaksi Bentuk rahang: persegi. Pegas : dipoles nikel dengan diameter: 10 -25 mm.
Kegunaan
Untuk menjepit tabung reaksi.
KK.04
KGS.09
Pipa kapiler Diameter: 8 mm. Diameter dalam: 0.8 mm. Panjang 15 cm.
Kegunaan
Untuk mengalirkan gas ke spesimen tertentu.
KGS.09
KK.05
Pipet Filler (pengisap pipet) Tipe: bola karet kenyal dengan 3 knop. Bola karet tidak mudah lembek.
Kegunaan
Untuk menghisap larutan yang akan diukur
KK.05
KGS.10
volumetrik Bahan : gelas borosilikat, berskala tunggal, kelas A, kapasitas: 25 cm3. Jenis: amber.
Kegunaan
Untuk mengukur volume larutan
KGS.10
KGS.11
Pipet tetes
Bahan:Gelas. Panjang: 150 mm dengan karet kualitas baik.
Kegunaan
Untuk meneteskan larutan dengan jumlah kecil.
KGS.11
KK.07
Rak tabung reaksi Bahan: Plastik , jumlah lubang: 40 , diameter: 16 mm
Kegunaan
Tempat tabung reaksi
KK.09
Spatula plastik Bahan: plastik, kedua ujung bundar. Panjang: 150 mm.
Kegunaan
Pengambil zat kristal
KK.09
KK.10
Spatula logam Terbuat dari bahan stainles stail: bibir lonjong, panjang : 150 mm.
Kegunaan
Pengambil zat yang tidak bereaksi dengan logam.
KK.10
KK.10
Statif dasar persegi Dimensii: landasan: 210 x 145 mm.panjang batang: 600 dengan diamater batang: 10 mm. Material : cast iron di cat.
Kegunaan
Merangkai peralatan praktikum
KK.10
KGS.12
Tabung reaksi Bahan: gelas borosilikat, Ukuran: 15 x 150mm. Per pak 50 buah.
Kegunaan
Untuk mereaksikan zat.
KGS.12
KGS.13
Termometer alkohol Jangkauan pengukuran -10 oC – 110 oC.
Kegunaan
Untuk mengukur suhu larutan
KGS.13
KK
KGS.14
Kawat Nikrom Diameter 0.5 mm, panjang: 150 mm, Tangkai pemegang: gelas.
Kegunaan
Untuk megnidentifikasi zat dengan cara uji nyala
KGS.14
KBZ.01
Kertas saring Tingkatan untuk siswa (teknis). Ukuran: 58 x 58 cm,
Kegunaan
Untuk menyaring larutan.
Bahan percobaan, pelarut.
DAFTAR PUSTAKA
• http://www.jevuska.com/.../makalah+pengenalan+alat+alat+kimia.html - Tembolok
• http://www.minalove.com/.../artikel+pengenalan+alat+alat+dan+bahan+kimia - Tembolok
• http://www.elvinmiradi.com/.../makalah+pengenalan+alat+dan+bahan+kimia.html - Tembolok
• http://www.blogpendidikan.com/.../kesimpulan_pengenalan_alat_lab_kimia_dasar - Tembolok
• http://www.abynoel.wordpress.com/.../pengenalan-alat-labor-kelas-x/ - Tembolok - Mirip
• http://www.filestube.com/p/pengenalan+alat+alat+kimia - Tembolok - Mirip
BAB I
PENDAHULUAN
A. ACARA
Judul : Penentuan Konsentrasi Larutan
Metode : Titrasi Asam Basa
Prinsip : asam akan dinetralkan oleh basa menggunakan indicator phenol ptealin.
B. TUJUAN
Tujuan dari praktikum yang telah kami lakukan adalah untuk mengetahui cara melakukan titrasi asam basa dengan baik.
C. TINJAUAN TEORI
Titrasi merupakan salah satu aplikasi stoikiometri larutan. Pada umumnya digunakan dalam penenuan konsentrasi asam atau basa (titrasi asam basa atau asidi alkalimetri). Poses ini melibatkan larutan yang konsentrasinya telah diketahui (titran), kemudian larutan ini dikeluarkan dari buret ke dalam larutan yang akan ditentukan konsentrasinya sampai pada titik stoikiometri atau titik ekivalen. Namun pada prakteknya titik ekivalen ini tidak bisa diamati langsung dari percobaan. Yang bisa diamati adalh titik dimana saat warna indikator tepa berubah warna (titrasi dihentikan) yang disebut titik akhir titrasi.
Titrasi merupakan cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume tertentu dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya dan mengukur volumenya secara pasti. Bila titrasi menyangkut titrasi asam-basa maka disebut dengan titrasi adisi-alkalimetri.Larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut dengan titran.
Jika asam ditetesi basa, maka PH larutan naik, sebaliknya jika larutan basa ditetesi asam maka PH larutan akan turun.larutan asam bila direaksikan dengan larutan basa akan menghasilkan garam dan air. Sifat asam dan sifat basa akan hilang dengan terbentukanya zat baru yang disebut garam yang memiliki sifat berbeda dengan sifat zat asalnya (dalam percobaan ini adalah NaCl) . Karena hasil reaksinya adalah air yang memiliki sifat netral yang artinya jumlah ion H+ sama dengan jumlah ion OH- maka reaksi itu disebut dengan reaksi netralisasi atau penetralan.Pada reaksi penetralan, jumlah asam harus ekivalen dengan jumlah basa. Untuk itu perlu ditentukan titik ekivalen reaksi. Titik ekivalen merupakan keadaan dimana jumlah mol asam tepat habis bereaksi dengan jumlah mol basa. Untuk menentukan titik ekivalen pada reaksi asam-basa dapat digunakan indikator asam-basa. Ketepatan pemilihan indikator merupakan syarat keberhasilan dalam menentukan titik ekivalen. Pemilihan indikator didasarkan atas pH larutan hasil reaksi atau garam yang terjadi pada saat titik ekivalen.Salah satu kegunaan reaksi netralisasi adalah untuk menentukan konsesntrasi asam atau basa yang tidak diketahui. Penentuan konsentrasi ini dilakukan dengan titrasi asam-basa. Titran ditambahkan sedikit demi sedikit (dari dalam buret) pada titrat (larutan yang dititrasi) sampai terjadi perubahan warna indikator. Saat terjadi perubahan warna indikator, maka titrasi dihentikan. Saat terjadi perubahan warna indikator dan titrasi diakhiri disebut dengan titik akhir titrasi dan diharapkan titik akhir titrasi sama dengan titik ekivalen. Semakin jauh titik akhir titrasi dengan titik ekivalen maka semakin besar kesalahan titrasi dan oleh karena itu, pemilihan indikator menjadi sangat penting agar warna indikator berubah saat titik ekivalen tercapai. Pada saat tercapai titik ekivalen maka pH-nya 7 (netral).
BAB II
ISI
A. Alat
Alat yang digunakan adalah:
• Buret dan statif
• Erlenmeyer 250 ml
• Pipet Ukur
• Pipet Tetes
• Corong Gelas
• Bolpoint
• Kertas untuk mencatat
B. Bahan
Bahan yang digunakan adalah:
• Larutan NaOH 0,1 N
• Larutan HCL 0,1 N
• Indicator PP 0,1%
C. Cara Kerja
A. Konsentrasi Larutan Basa (HCL)
1. Mengambil 50 ml sample basa kedalam erlenmeyer
2. Menambahkan 3 tetes indicator PP, dan kemudian warna berubah menjadi merah muda (pink)
3. Memasukan HCL 0,1 N kedalam buret dan mencatat banyaknya sebagai p ml hingga warna menjadi jernih
4. Menghitung mg/l
B. Konsentrasi Larutan Asam (NaOH)
1. Mengambil 50 ml sample asam kedalam Erlenmeyer
2. Menambahkan 3 tetes indicator PP dan warna masih tetap jernih
3. Memasukan larutan NaOH 0,1 N kedalam buret dan melakukan titrasi hingga warna menjadi pink
4. Mencatat banyaknya NaOH sebagai q ml
5. Menghitung menggunakan rumus.
BAB III
HASIL DAN KESIMPULAN
A. HASIL
• Titrasi HCl / basa
DAFTAR PUSTAKA
• http://www.labipasmanf.files.wordpress.com/2010/04/lkstitrasiasambasa.pdf
• http://www.scribd.com/doc/11383094/Lap-Titrasi-Asam-Basa - Tembolok - Mirip
• http://www.lorpatongpelem.blogspot.com/2010/12/titrasi-asam-basa.html - Tembolok
• http://www.blackdumai.co.cc/.../hasil-laporan-penelitian-titrasi-asam.html - Tembolok
BAB I
PENDAHULUAN
A. ACARA
Judul : Analisa TSS (Total Suspended Solid)
Metode : Gravimetric
B. TUJUAN
Tujuan dari praktikum yang telah kami lakukan adalah untuk mengetahui cara melakukan
C. TINJAUAN TEORI
Analisis Gravimetric adalah suatu bentuk analisis kuantitatif yang berupa penambangan, yaitu suatu proses pemisahan dan penimbangan suatu komponen dalam suatu zat dengan jumlah tertentu dan dalam keadaan sempurna mungkin.
Secara mendasar gravimetri digolongkan menjadi empat bagian antara lain: gravimetri fisik, thermogravimetri, analisis pengendapan gravimetri, dan elektrodeposisi.
Beberapa hal tentang gravimetri:
1. Waktu yang diperlukan untuk analisa gravimetri, menguntungkan karena tidak memerlukan kalibrasi atau standarisasi. Waktu yang diperlukan dibedakan menjadi 2 macam yaitu: waktu total dan waktu kerja.
2. Kepekaan analisa gravimetri, lebih ditentukan oleh kesulitan untuk memisahkan endapan yang hanya sedikit dari larutan yang cukup besar volumenya.
3. Ketepatan analisa gravimetri, untuk bahan tunggal dengan kadar lebih dari 100 % jarang dapat ditandingi perolehannya.
4. Kekhususan cara gravimetri, pereaksi gravimetri yang khas (spesifik) bahkan hampir semua selektif dalam arti mengendapkan sekelompok ion.
Banyaknya komponen dari suatu analisis biasanya ditentukan melalui hubungan massa atom, massa molekul dan berat senyawa. Contoh : penentuan ion besi dalam suatu cuplikan. Pemisahan ion besi dilakukan dengan mereaksikan cuplikan de NH4OH sehingga terbentuk endapan Fe(OH)3 apabila berat cuplikan adalah A gram, berat senyawa Fe(OH)¬3 adalah a gram, maka persen Fe dalam Cuplikan adalah Terkadang senyawa yang ditimbang berbeda dengan senyawa yang dipisahkan dalam hal rumusnya.
Misal rumus kimia dari senyawa yang dipisahkan MgNH4PO4 setelah dipijarkan dan didinginkan ditimbang sebagai senyawa Mg2P2O7 kita misalkan berat cuplikan = B gram. Berat senyawa yang ditimbang = b. Maka akan diperoleh rumus : Catatan : angka 0,5234 dan 0,2162 adalah faktor kimia atau faktor Gravimetri.
Metode dalam Analisis Gravimetri adalah :
Metode Pengendapan
Metode Penguapan
Metode Elektrolisis
A.1. Metode Pengendapan
Pembentukan endapan dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
1. Endapan dibentuk dengan reaksi antar analit dengan suatu pereaksi, biasanya berupa senyawa baik kation maupun anion. Pengendapan dapat berupa anorganik maupun organic
2. Endapan dibentuk cara elektrokimia (analit dielektrolisa), sehingga terjadi logam sebagai endapan, dengan sendiri kation diendapkan.
Keadaan optimum untuk pengendapan
Untuk memperoleh keadaan optimum harus mengikuti aturan sbb:
a. Pengendapan harus dilakukan pada larutan encer, yang bertujuan untuk memperkecil kesalahan akibat koresipitasi.
b. Peraksi dicampur perlahan-lahan dan teratur dengan pengadukan tetap.
c. Pengendapan dilakukan pada larutan panas bila endapan yang terbentuk stabil pada temperatur tinggi.
d. Endapan kristal biasanya dibentuk dalam waktu yang lama dengan menggunakan pemanas uap untuk menghindari adanya koprespitasi.
e. Endapan harus dicuci dengan larutan encer.
f. Untuk menghindari postpresipitasi atau kopresipitasi sebaiknya dilakukan pengendapan ulang
Syarat- syarat endapan gravitasi
1. Kesempurnaan pengendapan: Pada pembuatan endapan harus diusahakan kesempurnaan pengendapan tersebut dimana kelarutan endapan dibuat sekecil mungkin.
2. Kemurnian endapan (kopresipitasi): Endapan murni adalah endapan yang bersih, tidak mengandung, molekul-molekul lain (zat-zat lain biasanya pengotor atau kontaminan)
3. Endapan yang kasar: Yaitu endapan yang butir-butirnya tidak keecil, halus melainkan
4. Endapan yang bulky: Endapan dengan volume atau berat besar, tetapi berasal dari analit yang hanya sedikit.
5. Endapan yang spesifik: Pereaksi yang digunakan hanya dapat mengendapkan komponen yang dianalisa.
Macam-macam endapan
1. Endapan koloid AgNO3(aq) + NaCl(aq) AgCl(s) + NaNO3(AQ) NaCl akan mengendapkan reagent: AgCl pembentukan endapan koloid (amorf)
2. Endapan kristal: Endapan tipe ini lebih mudah dikerjakan karen mudah disaring dan dibersihkan.
3. Endapan yang dibawa oleh pengotor (Co precipitation). Sumber-sumber Co prepicitation:1) absorbi permukaan, 2) pembentukan campuran kistal, 30 mekanika.
Napan homogen (homogenous precipitatoin): Endapan homogen adalah cara pembentukan endapan dengan menambahkan bahan pengandap tidak dalam bentuk jadi melainkan sebagai suatu senyawa yang dapat menghasilkan pengendap tersebut. Contoh: homogenos prepicitation tidak digunakan etil oksalat (C2H5O)C2O yang tidak dapat mengion menjadi C2O42- tetapi harus terhidrolisa sbb:
(C2H5O)2C2O4 + 2H2O 2C2H5OH + H2C2O4
Pengotoran endapan
Macam-macam pengotor yang dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Pengotoran karena pengendapan sesungguhnya adalah:
• Pengendapan bersama (simultaneous precipitation). Kotoran mengendap bersama waktu dengan endapan analit. Contoh: Al(OH) sebagai pengotor Fe(OH)3.
• Pengendapan susulan (post precipitation).
Pengotoran karena terbawa (Co-precipitation). Pengotoran ini tidak mengendap melainkan hanya terbawa ole endapan analat.
2. Kotoran isomorf dan dapat campur dengan inang ini dapat terjadi bila bahan pengotoran dan endapan mempunyai kesamaan tipe rumus molekul maupun bentuk molekul.
3. Kotoran larut dalam inang dimana zat sendiri larut dalam zat padat lalu ikut terbawa sebagai kotoran. Contohnya Ba(NO3)2 dan KNO3 yang larut dalam BaSO4 pada kedua jenis pengotoran diatas kotoran tersebar diseluruh kristal.
4. Kotoran teradsorpsi pada permukaan endapan. Terjadi karena gaya tarik menarik antara ion yang teradsorpsi dan ion-ion lawannya pada permukaan endapan
5. Kotoran teroklusi oleh inang (terkurung). Dapat terjadi apabila kristal tumbuh terlalu cepat dari butirn kecil menjadi besa dalam hal ini ion tidak sempat dilepaskan, tetapi sudah tertutup dalam kristal.
Usaha mengurangi pengotor:
1. Sebelum membentuk endapan dengan jalan menyingkirkan bahan-bahan yang akan mengotori
2. Selama membentuk endapan. Endapan hanya terbentuk bila larutan yang bersangkutan lewat jenuh terhadap endapan tersebut yaitu larutan mengandung zat itu melebihi konsentrasi larutan jenuh, dengan tahap-tahap sebagai berikut:
Tahap I: Pada pengembangan ialah nukleai dalam hal ini ion-ion dari molekul yang akan diendapkan mulai terbentuk inti yaitu pasangan beberapa ion menjadi butir-butir miniskus (sangat kecil).
Tahap II: Pertumbuhan kristal yaitu inti tersebut menarik molekul lain sehingg dari kumpulan hanya beberapa molekul tumbuh menjadi butiran lebih besar
Tahap tahap dari Metode Pengendapan:
1. Tambahkan pereaksi pada cuplikan
2. Pisahkan komponen yang akan dianalisis dengan pengendapan
3. Ditapis
4. Cuci dengan Elektrolit yang mengandung ion sejenis untuk menghilangkan kotoran-kotoran pada permukaan dan juga mencegah peptisasi.
5. Untuk mengetahui kadar kotoran setelah pencucian bisa dicari dengan rumus
keterangan: Cn = konsentrasi kotoran setelah dicuci sebanyak n kali
Co = konsentrasi kotoran sebelum dicuci
U = Volume sisa stelah endapan dikeringkan
V = Volume Cairan yang digunakan setiap pencucian
6. Panaskan
Alat yang biasanya digunakan sebagi penapis dalam analisis gravimetri adalah : kertas Saring, Gelas Sinter, krus gooch. Alat pemanasnya adalah Oven listrik dan tungku. Selain alat-alat diatas ada pula alat yang disebut Eksikator dengan fungsi untuk menyimpan suatu bahan agar memiliki kadar air yang tetap. Pereaksi yang digunakan dibagi dua: A.1.1. Pereaksi Organik
7. A.1.2 Pereaksi Anorganik
A.1.1. Pereaksi Organik
Prinsipnya dengan ion logam tertentu dapat membentuk senyawa komplek organik dengan massa molekul relatif tinggi, sehingga dengan ion logam yang sedikit didapat endapan logam yang banyak. Adapun beberapa pereaksi organik yang biasa digunakan yaitu : dimetilglioksin, α-benzeinoksin, Kupferron, 8-hidroksikuinolin, Asam antranilat, natriumdietilditiokarbonat.
A.1.2. Pereaksi Anorganik
Senyawa Anorganik yang digunakan dalam proses pengendapan adalah :
Asam Klorida à untuk pengendapan ion logam golongan IHidrogen Sulfida (dalam HCl encer) à untuk mengendapkan ion logam golongan IIH2S dalam keadaan Buffer Amoniak à untuk pengendapan ion logam golongan III B Buffer Amoniak à untuk pengendapan ion logam golongan III AGaram Amonium Karbonat (NH4)¬2CO3 (dalam Buffer Amoniak) à untuk pengendapan ion logam golongan IV Natrium Fosfat ( dalam buffer Amoniak) à untuk mengendapkan Ion Mg dari Magnesium Amonium Fossfat MgNH4PO4.6H2O Garam Uranil Magnesium Asetat à mengendapkan ion Na endapan kuning dari garam NaMg(UO2)3(C2H3O2)9 Natrium kokaanitritekbaltat (III) à ntuk mengendapkan Ion K dari K2NaCe(NO2)6.
A.1.3 Pemisahan Ion Logam Dalam Proses Pengendapan.
Pemisahan ion logam pada pengendapan bertingkat yang lebih penting yaitu :
a. pengendapan sebagai garam sulfide
Pengendapan Sebagai Sulfida
Misalkan larutan jenuh H2S (Ka1 = 9,1 x 10-8 ; Ka2 = 1,2 x 10-15 pada suhu 250C dan tekanan 1 atm mempunyai konsentrasi 0,1 M. apabila [H+] = [HS-] dan konsentrasi H2S = 0,1 M maka:
[H+] = [HS-] =
[S2-] = 1,2 x 10-15 M = Ka2
Menurut proses ionisasi
H2S 2 H+ + S2-
Ternyata besarnya konsentrasi sulfida bergantung pada besarnya ion hydrogen dalam larutan, sehingga konsentrasi sulfida bisa diatur dengan merubah konsentrasi hidrogen.
Pengendapan ion logam [Mn+] sebagai garam sulfidanya [M2Sn] apabila hasil kali kelarutan ion-ion logamnya dengan ion sulfidanya lebih besar dari harga
Ksp garam sulfidanya. Dan besarnya ion logam yang tertinggal dalam larutan bisa dihitung : [Mn+]=
b. Pengendapan Ion Logam sebagai Hidroksida pada pH tertentu
Tergantung pada Ksp ion Hidroksida dan konsentrasi ion OH- dari pereaksinya dan juga tergantung dari pH larutannya. Besar pH suatu larutan bisa diatur dengan menambahkan garamnya.
Campuran buffer amoniak dapat digunakan untuk menahan pengendapan Mg2+ sebagai Mg(OH)2 yang harga Ksp-nya 1,5x10-11
Misalnya : pengendapan ion Mg2+ sebagai Mg(OH)2 dari larutan yang mengandung Mg2+ dengan konsentrasi 0,1 M. maka besarnya OH- yang diperlukan adalah :
[OH-] <
Jadi besarnya pOH harus dibawah –log 1,225x10-5
Jika konsentrasi tersebut berasal dari NH4OH maka garam NH4Cl yang dibutuhkan adalah
A.2. Metode Penguapan
Digunakan untuk menetapkan komponen-komponen dari suatu senyawa yang relatif mudah menguap. Yaitu dengan cara: Pemanasan dalam udara atau gas tertentu, Penambahan pereaksi sehingga mudah mengua, Penambahan pereaksi sehingga tidak mudah menguap Zat-zat yang relatif mudah menguap bisa diabsorpsi dengan suatu absorben yang sesuai dan telah diketahui berat tetapnya.
Untuk penentuan kadar air suatu kristal dalam senyawa hidrat, dapat dilakukan dengan memanaskan senyawa dimaksud pada suhu 110O- 130O C. Berkurangnya berat sebelum pemanasan menjadi berat sesudah pemanasan merupakan berat air kristalnya. Asal senyawa tidak terurai oleh pemanasan. Atau bisa juga menggunakan zat pengering seperti : CaCl2, Mg(ClO4)2. Penentuan CO2 dalam senyawa karbonat dapat dilakukan dengan penambahan HCl berlebih, kemudian dipanaskan.gas CO2 yang sudah terjadi dialirkan dalam larutan alkali yaitu KOH (25-30%) atau larutan CaOH2 yang telah diketahui beratnya.
Penentuan NH3 dalam garam Amonium, yaitu garam ditambahkan larutan alkali kuat berlebih dan dipanaskan. Gas NH3 yang terjadi dialirkan dalam larutan standar asam berlebih kemudian kelebihannya dititrir dengan larutan standar basa.
Penentuan Nitrogen dalam protein, mula-mula senyawa didestruksi dengan H2SO4 pekat. Hasilnya ditambahkan basa berlebih dan dipanaskan. Selanjutnya kelebihan asam dititrir dengan larutan standar basa.
Penentuan unsur Natrium atau Kalium, yaitu larutan itu diuapkan dengan H2SO4 sampai kering. Kemudian sisanya berupa garam sulfat ditimbang. Dan segitulah berat unsur yang dicari. Unsur-unsur lain yang mengganggu seperti Si, dapat ditentukan dengan memanaskan cuplikan bersama H2SO4 dan HF dalam krus platina. Dimana Si berubah menjadi SiF4 yang menguap, sesuai persamaan
SiO2 + 6HF à H2SiF6 + 2H2O
H2SiF6 à SiF4 + 2HF
.
A.3. Metode Elektrolisis
Prinsipnya senyawa ion yang akan diendapkan dipisahkan secara elektrolisis pada elektrode-elektrode yang sesuai. Sehingga jika elektrolisisnya cermat dapat terhindar dari peristiwa kopresipitasi dan post-presipitasi.
A.3.1 Hukum Dasar dalam Elektrolisis
Hukum dasar yang digunakan dalam metode ini adalah : Hukum Faraday dan Hukum Ohm.
• Hukum Faraday I
Menyatakan hubungan antara banyaknya zat yang terendap atau terbebas pada elektroda dengan banyaknya listrik yang diperlukan pada proses tersebut.
W = e x Q/F W = Jumlah zat terendap/terbebaskan (gr)
Q = Jumlah listrik yang dibutuhkan (Colloumb)
e = berat ekivalen Elektrokimia
Berat Ekivalen elektrkimia adalah bilangan yang menyatakan banyaknya zat yang terendap atau oleh listrik sebanyak 1 colloumb.
Contoh : arus 0,2 colloumb dialirkan pada dua keping tembaga (Cu) yang telah ditentukan massa tetapnya. Dan dicelupkan dalam garam Kuprisulfat (CuSO4) selama t detik. Kemudian dicuci dan dikeringkan serta ditimbang, ternyata beratnya lebih berat dari pada sebelum dielektrolisis. Karena adanya logam Cu yang terendapkan pada elektroda. Dimana banyaknya logam Cu yang terendapkan bertambah setiap penambahan arus maupun waktu. Adapun listrik yang dibutuhkan adalah : Q = i x t dengan i = arus, t = waktu dan Q = listrik yang dibutuhkan.
• Hukum Faraday II
Menyatakan Hubungan antara banyaknya zat terendap atau terbebaskan pada elektrolisis bertahap dalam seri larutan.
Bunyi hukumnya : ”banyaknya zat terendap atau terpisahkan dari masing-masing elektroda yang disebabkan oleh listrik yang sama banyaknya dan mengalir dalam seri larutan adalah sebanding dengan berat ekivalen kimianya”
Misalnya : arus 1 amper dialirkan dalam suatu seri larutan : kupri sulfat (CuSO4) dan perak nitrat (AgNO3) dalam waktu t, banyaknya logam Cu dan Ag yang terendapkan pada masing-masing elektroda
• Hukum Ohm
Menyatakan hubungan antar tiga besaran listrik yaitu : tegangan (E), arus (I) dan tahanan (R) yang memenuhi persamaan
A.3.2 Tegangan Peruraian
Misalnya tegangan 0,5 Volt digunakan pada 2 buah elektroda platina halus yang masing-masing dicelupkan dalam larutan H2SO4 1M, maka amperemeter akan menunjukan adanya arus yang mengalir pada larutan. Jika tegangan diperbesar maka aruspun bertambah. Sehingga pada tegangan tertentu arus akan naik secara cepat. Pada saat ini timbul gelembung-gelembung pada elektroda.
Tegangan peruraian adalah besarnya tegangan luar minimum yang harus diberikan agar terjadi proses elektrolisis yang kontinyu.
Jika Arus diputus, tegangan pada voltmeter tidak berubah, tetapi semakin lama arus makin lemah dan pada akhirnya nol. Pada saat itu sel E berfungsi sebagai sumber arus dan tegangannya disebut tegangan Polarisasi. Dilihat dari besarnya tegangan peruraian larutan asam dan basa dapat disimpulkan bahwa pada proses elektrolisis larutan asam dan basa relatif sama, yaitu terjadinya proses pembebasan gas.
A.3.3. Reaksi Elektroda
Elektroda Pt dan C Pada katoda terjadi proses Reduksi dan pada Anoda terjadi proses Oksidasi.
a.Proses Reduksi pada Katoda
Jika Larutan mengandung
a.1. Ion logam alkali, alkali tanah, Al3+,Mn2+, didalam larutan ion-ion tersebut tidak dapat tereduksi. Sehingga palrtlah yang akan mengalami reduksi.
2 H2O + 2 e- à 2 OH- + H2
a.2. Asam, ion H+ dari asam tersebut akan tereduksi menjadi gas H2 2 H+ + 2 e- à H2
a.3. ion logam lain selain poin a.1, dimana ion tersebut akan tereduksi menjadi logam bebasnya.
Zn++ + 2e- + à Zn
Ag+ + e- à Ag
b.Proses Oksidasi pada Anoda
Apabila larutan mengandung :
b.1. ion halida, akan tereduksi menjadi halogen
2 Hal- à Hal2 + 2 e-
b.2. ion OH- dari suatu basa, teroksidasi menjadi okisigen.
4 OH- à 2 H2O + O2 + 4 e-
b.3. Anion lain selain halogen dan OH-, ion tersebut tidak teroksidasi sehingga pelarutnya yang teroksidasi.
Elektroda selain Pt dan C
Logam lainnya yang biasa digunakan sebagai elektroda adalah : Cu, Zn, Fe, Au dan lain-lain. Perbedaan dengan elektroda Pt dan Cu yaitu hanya pada reaksi Anodanya sedang katodanya relatif sama. Dimana anodanya teroksidasi menjadi ionnya. Contoh: elektrolisis larutan CuSO4 dengan elektroda Zn.
Reaksi anodanya : Zn à Zn2+ + 2 e-
Contoh menentukan tegangan peruraian
K dalam larutan molar ZnBr2, dicelupkan elektroda Pt yang halus.dan diberikan beda potensial sehingga terjadi proses elektrolisis. Dimana pada katoda berlangsung proses : Zn2+ + 2 e- à Zn dan pada anoda : 2 Br- Br2 + 2 e-
A.3.4. Tegangan Kelebihan
Pada kenyataannya besarnya tegangan peruraian tergantung pada jenis elektroda yang digunakan dan biasanya ebih tinggi dari yang dihitung dengan rumus diatas. Perbedaan besarnya tegangan tersebut yang disebut tegangan kelebihan. Dengan adanya tegngan tersebut maka tegangan peruraian menjadi :
dengan Eekat = tegangan kelebihan pada katoda, dan Eeand = tegangan kelebihan pada anoda. Besarnya tegangan kelebihan baik pada katoda mapun anoda merupakan fungsi dari : Jenis dan sifat fisik logam dari elektroda
Sifat fisik zat yang terendap atau terbebas, jika logam tegangan kelebihannya kecil dan jika gas relatif lebih besar Kerapatan arus yang digunakan Perubahan konsentrasi larutan
A.3.5. Pengendapan Sempurna
Perubahan tegangan pada pada katoda selama proses elektrolisis, terutama pada proses pengendapan, besarnya potensial katoda dinyatakan dengan persamaan Nernst.
Besarnya potensial ini tidak bergantung pada besarnya konsentrasi ion logamnya tetapi tergantung dari biloks ion logam dalam larutan. Jika ion logam selama proses telah tereduksi 10-4 Kali proses semula, maka untuk ion logam:
Univalent potensial katodanya akan berubah sebesar 4 x 0,591 Volt..
BAB II
ISI
A. Alat
Alat yang digunakan adalah:
• Gelas Ukur
• Kertas Saring
• Labu Erlenmeyer
• Desikator
• Corong Gelas
• Neraca Analitic
• Pinset
• Bolpoint
• Kertas Untuk Mencatat
B. Bahan
Bahan yang digunakan adalah:
• Air Keruh
C. Cara Kerja
1. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Memanaskan kertas 105 oC
3. Setelah itu masukan kedalam desikator selama 15 menit
4. Menimbang kertas (a mg) dan gunakan sebagai filter
5. Menambahkan sample 50 ml
6. Mengambil kertas oven 105 oC
7. Memasukan kedalam desikator selama 15 menit
8. Menimbang sebagai (b mg)
BAB III
HASIL DAN KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
• http://www.sitzkrieg-awan.blogspot.com/.../kimia-makalah-gravimetri.html - Tembolok - Mirip
• http://www.tenangjaya.com/.../KIMIA-UNIPA%3A-makalah-gravimetri.html - Tembolok
BAB I
PENDAHULUAN
A. ACARA
Judul : Analisa TDS (Total Disolved Solid)
B. TUJUAN
Tujuan dari praktikum yang telah kami lakukan adalah untuk mengetahui cara melakukan
C. TINJAUAN TEORI
BAB II
ISI
A. Alat
Alat yang digunakan adalah:
• Cawan Porselin
B. Bahan
Bahan yang digunakan adalah:
• Sample air yang lolos di kertas saring
C. Cara Kerja
1. Memasukan cawan dalam oven 105 oC
2. Setelah itu masukan kedalam desikator selama 15 menit
3. Menimbang cawan (d mg)
4. Memasukan air sample kedalam cawan tersebut
5. Mengasatkan dalam waterbath
6. Panaskan dalam oven 105 oC
7. Memasukan kedalam desikator
8. Menimbang cawan sebagai ( e mg)
BAB III
HASIL DAN KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. ACARA
Judul : Analisa Volume Lumpur
Metode : Kerucut
B. TUJUAN
Tujuan dari praktikum yang telah kami lakukan adalah untuk mengetahui cara melakukan
C. TINJAUAN TEORI
BAB II
ISI
A. Alat
Alat yang digunakan adalah:
• Kerucut imhof
B. Bahan
Bahan yang digunakan adalah:
• Air Keruh
C. Cara Kerja
1. Memasang kerucut imhof kedalam statif
2. Memasukan air sample sampai batas 1000 ml
3. Menunggu selama 60 menit
4. Menghitung banyaknya endapan
Disusun oleh:
1. Evi Mustaviah (B1003013)
2. Evi Nurhidayah (B1003014)
3. Febriana Purwandani (B1003015)
4. Ferdian Bulan P. (B1003016)
5. Ferdian Indra S. (B1003017)
6. Feronika (B1003018)
DIREKTORAT PERGURUAN TINGGI
POLITEKNIK BANJARNEGARA
PRODI KESEHATAN LINGKUNGAN
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. ACARA
Judul: Pengenalan Alat
B. TUJUAN
Tujuan dari praktikum yang telah kami lakukan adalah untuk mengetahui nama dan fungsi dari alat-alat kimia yang akan digunakan didalam kegiatan praktikum.
C. TINJAUAN TEORI
• Labu Takar
Digunakan untuk menakar volume zat kimia dalam bentuk cair pada proses preparasi larutan. Alat ini tersedia berbagai macam ukuran.
• Gelas Ukur
Digunakan untuk mengukur volume zat kimia dalam bentuk cair. Alat ini mempunyai skala, tersedia bermacam-macam ukuran. Tidak boleh digunakan untuk mengukur larutan/pelarut dalam kondisi panas. Perhatikan meniscus pada saat pembacaan skala.
• Gelas Beker
Alat ini bukan alat pengukur (walaupun terdapat skala, namun ralatnya cukup besar). Digunakan untuk tempat larutan dan dapat juga untuk memanaskan larutan kimia. Untuk menguapkan solven/pelarut atau untuk memekatkan.
• Pengaduk Gelas
Digunakan untuk mengaduk suatu campuran atau larutan kimia pada waktu melakukan reaksi kimia. Digunakan juga untuk menolong pada waktu menuangkan/mendekantir cairan dalam proses penyaringan.
• Botol Pencuci
Bahan terbuat dari plastic. Merupakan botol tempat akuades, yang digunakan untuk mencuci, atau membantu pada saat pengenceran.
• Corong
Biasanya terbuat dari gelas namun ada juga yang terbuat dari plastic. Digunakan untuk menolong pada saat memasukkan cairan ke dalam suatu wadah dengan mulut sempit, seperti : botol, labu ukur, buret dan sebagainya.
• Tabung Reaksi
Terbuat dari gelas. Dapat dipanaskan. Digunakan untuk mereaksikan zat zat kimia
dalam jumlah sedikit.
• Kuvet
Bentuk serupa dengan tabung reaksi, namun ukurannya lebih kecil. Digunakan sebagai tempat sample untuk analisis dengan spektrofotometer. Kuvet tidak boleh dipanaskan. Bahan dapat dari silika (quartz), polistirena atau polimetakrilat.
• Rak Untuk tempat Tabung Reaksi
Rak terbuat dari kayu atau logam. Digunakan sebagai tempat meletakkan tabung reaksi.
• Kaca Preparat
Kawat Kasa Terbuat dari bahan logam dan digunakan untuk alas saat memanaskan alat gelas dengan alat pemanas/kompor listrik.
• Penjepit
Penjepit logam, digunakan untuk menjepit tabung reaksi pada saat pemanasan, atau untuk membantu mengambil kertas saring atau benda lain pada kondisi panas.
Spatula
Terbuat dari bahan logam dan digunakan untuk alat Bantu mengambil bahan padat atau kristal.
Kertas Lakmus
Merupakan indikator berbentuk kertas lembaran-lembaran kecil, berwarna merah dan biru. Indikator yang lain ada yang berbentuk cair missal indikator Phenolphtalein (PP), methyl orange (MO) dan sebagainya. Merupakan alat untuk mengukur atau mengetahui tingkat keasaman (pH) larutan.
Gelas Arloji
Terbuat dari gelas. Digunakan untuk tempat zat yang akan ditimbang.
Cawan Porselein
Alat ini digunakan untuk wadah suatu zat yang akan diuapkan dengan pemanasan.
Pipet Pasteur (Pipet Tetes)
Digunakan untuk mengambil bahan berbentuk larutan dalam jumlah yang kecil.
Sikat
Sikat dipergunakan untuk membersihkan (mencuci) tabung.
Pipet Ukur
Adalah alat yang terbuat dari gelas, berbentuk seperti gambar di bawah ini. Pipet ini memiliki skala. Digunakan untuk mengambil larutan dengan volume tertentu. Gunakan propipet atau pipet pump untuk menyedot larutan, jangan dihisap dengan mulut.
Pipet Gondok
Pipet ini berbentuk seperti dibawah ini. Digunkan untuk mengambil larutan dengan volume tepat sesuai dengan label yang tertera pada bagian yang menggelembung (gondok) pada bagian tengah pipet. Gunakan propipet atau pipet pump untuk menyedot larutan.
Buret
Terbuat dari gelas. Mempunyai skala dank ran. Digunakan untuk melakukan titrasi. Zat yang digunakan untuk menitrasi (titran) ditempatkan dalam buret, dan dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui kran. Volume dari zat yang dipakai dapat dilihat pada skala.
BAB II
ISI
A. Alat
• Buku tulis
• Bolpoint
B. Bahan
• Alat-alat praktikum kimia
C. Cara Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Menyiapkan alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan alat dan bahan
3. Mengamati dan memfoto alat-alat tersebut
4. Mencatat nama dan fungsi alat tersebut
5. Mengumpulkan catatan yang ada
6. Membuat laporan.
BAB III
HASIL DAN KESIMPULAN
A. HASIL
Alat menurut bahan:
1. Glass
2. Non glass
Alat menurut fungsinya:
1. Fungsi utama
2. Fungsi pendukung
Alat menurut ketelitiannya;
1. Tinggi : contohnya pipet ukur, labu ukur, glass ukur
2. Rendah : contohnya labu Erlenmeyer
3. Sedang : contohnya pipet, beker glass
NAMA ALAT DAN FUNGSI
Beker gelas 1000 ml Bahan: gelas borosilikat. Volume : 1000 ml. Berskala teratur dan permanen warna putih, tingkatan untuk percobaan siswa.
Kegunaan
Tempat untuk percobaan, proses difusi osmosis
Batang pengaduk Batang gelas, dengan ujung bulat dan ujung yang lain pipih. Panjang 15 cm.
Kegunaan
Pengocok larutan
KGS.02
Beker gelas 100 ml Bahan: gelas borosilikat. Volume : 100 ml. Berskala teratur dan permanen warna putih, tingkatan untuk percobaan siswa.
Kegunaan
Tempat membuat larutan
Boshead Dua pasang tempat jepitan, 2 pasang jepitan yang saling menyilang siku-siku.
Kegunaan
Penjepit klem universal
Erlenmeyer 100 ml Bahan: gelas borosilikat. Volume : 100 ml. Tingkatan untuk percobaan siswa.Mulut sempit.
Kegunaan
Tempat membuat larutan
Kaki tiga Satu ring diamater 80 mm dengan tiga kaki panjang 8 cm. Diameter luar : 8 mm.
Kegunaan
Untuk penyangga pembakar spirtus
Erlenmeyer 250 ml Bahan: gelas borosilikat. Volume : 250 ml. Tingkatan untuk percobaan siswa, mulut lebar.
Kegunaan
Tempat mereaksikan zat dan atau mencampur zat
02 indikator universal strips, satu boks isi: 100; pH: 0-14
Kegunaan
Untuk identifikasi keasamaan larutan/zat dan lainnya.
KK.03
Mortal dan alu Poslen di glasir. Diameter dalam: 8 cm. Alu panjang: 9 cm.
Kegunaan
Menghaluskan zat yang masing bersifat padat/kristal.
KK.03
KU.06
Neraca Kapasitas: 311 g, pan tunggal bahan stainless steel, ketelitian 10 mg. Bahan : Die-casting. Tipe: tiga lengan. cast aluminium body and beam, stainless steal pan and bow.
Kegunaan
Untuk menimbang zat.
KU.06
KGS.08
Pembakar spirtus Kapasitas 100 ml, bertutup untuk mencegah penguapan, bahan kaca.
Kegunaan
Untuk membakar zat atau memanasi larutan.
KGS.08
KK.04
Penjepit tabung reaksi Bentuk rahang: persegi. Pegas : dipoles nikel dengan diameter: 10 -25 mm.
Kegunaan
Untuk menjepit tabung reaksi.
KK.04
KGS.09
Pipa kapiler Diameter: 8 mm. Diameter dalam: 0.8 mm. Panjang 15 cm.
Kegunaan
Untuk mengalirkan gas ke spesimen tertentu.
KGS.09
KK.05
Pipet Filler (pengisap pipet) Tipe: bola karet kenyal dengan 3 knop. Bola karet tidak mudah lembek.
Kegunaan
Untuk menghisap larutan yang akan diukur
KK.05
KGS.10
volumetrik Bahan : gelas borosilikat, berskala tunggal, kelas A, kapasitas: 25 cm3. Jenis: amber.
Kegunaan
Untuk mengukur volume larutan
KGS.10
KGS.11
Pipet tetes
Bahan:Gelas. Panjang: 150 mm dengan karet kualitas baik.
Kegunaan
Untuk meneteskan larutan dengan jumlah kecil.
KGS.11
KK.07
Rak tabung reaksi Bahan: Plastik , jumlah lubang: 40 , diameter: 16 mm
Kegunaan
Tempat tabung reaksi
KK.09
Spatula plastik Bahan: plastik, kedua ujung bundar. Panjang: 150 mm.
Kegunaan
Pengambil zat kristal
KK.09
KK.10
Spatula logam Terbuat dari bahan stainles stail: bibir lonjong, panjang : 150 mm.
Kegunaan
Pengambil zat yang tidak bereaksi dengan logam.
KK.10
KK.10
Statif dasar persegi Dimensii: landasan: 210 x 145 mm.panjang batang: 600 dengan diamater batang: 10 mm. Material : cast iron di cat.
Kegunaan
Merangkai peralatan praktikum
KK.10
KGS.12
Tabung reaksi Bahan: gelas borosilikat, Ukuran: 15 x 150mm. Per pak 50 buah.
Kegunaan
Untuk mereaksikan zat.
KGS.12
KGS.13
Termometer alkohol Jangkauan pengukuran -10 oC – 110 oC.
Kegunaan
Untuk mengukur suhu larutan
KGS.13
KK
KGS.14
Kawat Nikrom Diameter 0.5 mm, panjang: 150 mm, Tangkai pemegang: gelas.
Kegunaan
Untuk megnidentifikasi zat dengan cara uji nyala
KGS.14
KBZ.01
Kertas saring Tingkatan untuk siswa (teknis). Ukuran: 58 x 58 cm,
Kegunaan
Untuk menyaring larutan.
Bahan percobaan, pelarut.
DAFTAR PUSTAKA
• http://www.jevuska.com/.../makalah+pengenalan+alat+alat+kimia.html - Tembolok
• http://www.minalove.com/.../artikel+pengenalan+alat+alat+dan+bahan+kimia - Tembolok
• http://www.elvinmiradi.com/.../makalah+pengenalan+alat+dan+bahan+kimia.html - Tembolok
• http://www.blogpendidikan.com/.../kesimpulan_pengenalan_alat_lab_kimia_dasar - Tembolok
• http://www.abynoel.wordpress.com/.../pengenalan-alat-labor-kelas-x/ - Tembolok - Mirip
• http://www.filestube.com/p/pengenalan+alat+alat+kimia - Tembolok - Mirip
BAB I
PENDAHULUAN
A. ACARA
Judul : Penentuan Konsentrasi Larutan
Metode : Titrasi Asam Basa
Prinsip : asam akan dinetralkan oleh basa menggunakan indicator phenol ptealin.
B. TUJUAN
Tujuan dari praktikum yang telah kami lakukan adalah untuk mengetahui cara melakukan titrasi asam basa dengan baik.
C. TINJAUAN TEORI
Titrasi merupakan salah satu aplikasi stoikiometri larutan. Pada umumnya digunakan dalam penenuan konsentrasi asam atau basa (titrasi asam basa atau asidi alkalimetri). Poses ini melibatkan larutan yang konsentrasinya telah diketahui (titran), kemudian larutan ini dikeluarkan dari buret ke dalam larutan yang akan ditentukan konsentrasinya sampai pada titik stoikiometri atau titik ekivalen. Namun pada prakteknya titik ekivalen ini tidak bisa diamati langsung dari percobaan. Yang bisa diamati adalh titik dimana saat warna indikator tepa berubah warna (titrasi dihentikan) yang disebut titik akhir titrasi.
Titrasi merupakan cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume tertentu dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya dan mengukur volumenya secara pasti. Bila titrasi menyangkut titrasi asam-basa maka disebut dengan titrasi adisi-alkalimetri.Larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut dengan titran.
Jika asam ditetesi basa, maka PH larutan naik, sebaliknya jika larutan basa ditetesi asam maka PH larutan akan turun.larutan asam bila direaksikan dengan larutan basa akan menghasilkan garam dan air. Sifat asam dan sifat basa akan hilang dengan terbentukanya zat baru yang disebut garam yang memiliki sifat berbeda dengan sifat zat asalnya (dalam percobaan ini adalah NaCl) . Karena hasil reaksinya adalah air yang memiliki sifat netral yang artinya jumlah ion H+ sama dengan jumlah ion OH- maka reaksi itu disebut dengan reaksi netralisasi atau penetralan.Pada reaksi penetralan, jumlah asam harus ekivalen dengan jumlah basa. Untuk itu perlu ditentukan titik ekivalen reaksi. Titik ekivalen merupakan keadaan dimana jumlah mol asam tepat habis bereaksi dengan jumlah mol basa. Untuk menentukan titik ekivalen pada reaksi asam-basa dapat digunakan indikator asam-basa. Ketepatan pemilihan indikator merupakan syarat keberhasilan dalam menentukan titik ekivalen. Pemilihan indikator didasarkan atas pH larutan hasil reaksi atau garam yang terjadi pada saat titik ekivalen.Salah satu kegunaan reaksi netralisasi adalah untuk menentukan konsesntrasi asam atau basa yang tidak diketahui. Penentuan konsentrasi ini dilakukan dengan titrasi asam-basa. Titran ditambahkan sedikit demi sedikit (dari dalam buret) pada titrat (larutan yang dititrasi) sampai terjadi perubahan warna indikator. Saat terjadi perubahan warna indikator, maka titrasi dihentikan. Saat terjadi perubahan warna indikator dan titrasi diakhiri disebut dengan titik akhir titrasi dan diharapkan titik akhir titrasi sama dengan titik ekivalen. Semakin jauh titik akhir titrasi dengan titik ekivalen maka semakin besar kesalahan titrasi dan oleh karena itu, pemilihan indikator menjadi sangat penting agar warna indikator berubah saat titik ekivalen tercapai. Pada saat tercapai titik ekivalen maka pH-nya 7 (netral).
BAB II
ISI
A. Alat
Alat yang digunakan adalah:
• Buret dan statif
• Erlenmeyer 250 ml
• Pipet Ukur
• Pipet Tetes
• Corong Gelas
• Bolpoint
• Kertas untuk mencatat
B. Bahan
Bahan yang digunakan adalah:
• Larutan NaOH 0,1 N
• Larutan HCL 0,1 N
• Indicator PP 0,1%
C. Cara Kerja
A. Konsentrasi Larutan Basa (HCL)
1. Mengambil 50 ml sample basa kedalam erlenmeyer
2. Menambahkan 3 tetes indicator PP, dan kemudian warna berubah menjadi merah muda (pink)
3. Memasukan HCL 0,1 N kedalam buret dan mencatat banyaknya sebagai p ml hingga warna menjadi jernih
4. Menghitung mg/l
B. Konsentrasi Larutan Asam (NaOH)
1. Mengambil 50 ml sample asam kedalam Erlenmeyer
2. Menambahkan 3 tetes indicator PP dan warna masih tetap jernih
3. Memasukan larutan NaOH 0,1 N kedalam buret dan melakukan titrasi hingga warna menjadi pink
4. Mencatat banyaknya NaOH sebagai q ml
5. Menghitung menggunakan rumus.
BAB III
HASIL DAN KESIMPULAN
A. HASIL
• Titrasi HCl / basa
DAFTAR PUSTAKA
• http://www.labipasmanf.files.wordpress.com/2010/04/lkstitrasiasambasa.pdf
• http://www.scribd.com/doc/11383094/Lap-Titrasi-Asam-Basa - Tembolok - Mirip
• http://www.lorpatongpelem.blogspot.com/2010/12/titrasi-asam-basa.html - Tembolok
• http://www.blackdumai.co.cc/.../hasil-laporan-penelitian-titrasi-asam.html - Tembolok
BAB I
PENDAHULUAN
A. ACARA
Judul : Analisa TSS (Total Suspended Solid)
Metode : Gravimetric
B. TUJUAN
Tujuan dari praktikum yang telah kami lakukan adalah untuk mengetahui cara melakukan
C. TINJAUAN TEORI
Analisis Gravimetric adalah suatu bentuk analisis kuantitatif yang berupa penambangan, yaitu suatu proses pemisahan dan penimbangan suatu komponen dalam suatu zat dengan jumlah tertentu dan dalam keadaan sempurna mungkin.
Secara mendasar gravimetri digolongkan menjadi empat bagian antara lain: gravimetri fisik, thermogravimetri, analisis pengendapan gravimetri, dan elektrodeposisi.
Beberapa hal tentang gravimetri:
1. Waktu yang diperlukan untuk analisa gravimetri, menguntungkan karena tidak memerlukan kalibrasi atau standarisasi. Waktu yang diperlukan dibedakan menjadi 2 macam yaitu: waktu total dan waktu kerja.
2. Kepekaan analisa gravimetri, lebih ditentukan oleh kesulitan untuk memisahkan endapan yang hanya sedikit dari larutan yang cukup besar volumenya.
3. Ketepatan analisa gravimetri, untuk bahan tunggal dengan kadar lebih dari 100 % jarang dapat ditandingi perolehannya.
4. Kekhususan cara gravimetri, pereaksi gravimetri yang khas (spesifik) bahkan hampir semua selektif dalam arti mengendapkan sekelompok ion.
Banyaknya komponen dari suatu analisis biasanya ditentukan melalui hubungan massa atom, massa molekul dan berat senyawa. Contoh : penentuan ion besi dalam suatu cuplikan. Pemisahan ion besi dilakukan dengan mereaksikan cuplikan de NH4OH sehingga terbentuk endapan Fe(OH)3 apabila berat cuplikan adalah A gram, berat senyawa Fe(OH)¬3 adalah a gram, maka persen Fe dalam Cuplikan adalah Terkadang senyawa yang ditimbang berbeda dengan senyawa yang dipisahkan dalam hal rumusnya.
Misal rumus kimia dari senyawa yang dipisahkan MgNH4PO4 setelah dipijarkan dan didinginkan ditimbang sebagai senyawa Mg2P2O7 kita misalkan berat cuplikan = B gram. Berat senyawa yang ditimbang = b. Maka akan diperoleh rumus : Catatan : angka 0,5234 dan 0,2162 adalah faktor kimia atau faktor Gravimetri.
Metode dalam Analisis Gravimetri adalah :
Metode Pengendapan
Metode Penguapan
Metode Elektrolisis
A.1. Metode Pengendapan
Pembentukan endapan dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
1. Endapan dibentuk dengan reaksi antar analit dengan suatu pereaksi, biasanya berupa senyawa baik kation maupun anion. Pengendapan dapat berupa anorganik maupun organic
2. Endapan dibentuk cara elektrokimia (analit dielektrolisa), sehingga terjadi logam sebagai endapan, dengan sendiri kation diendapkan.
Keadaan optimum untuk pengendapan
Untuk memperoleh keadaan optimum harus mengikuti aturan sbb:
a. Pengendapan harus dilakukan pada larutan encer, yang bertujuan untuk memperkecil kesalahan akibat koresipitasi.
b. Peraksi dicampur perlahan-lahan dan teratur dengan pengadukan tetap.
c. Pengendapan dilakukan pada larutan panas bila endapan yang terbentuk stabil pada temperatur tinggi.
d. Endapan kristal biasanya dibentuk dalam waktu yang lama dengan menggunakan pemanas uap untuk menghindari adanya koprespitasi.
e. Endapan harus dicuci dengan larutan encer.
f. Untuk menghindari postpresipitasi atau kopresipitasi sebaiknya dilakukan pengendapan ulang
Syarat- syarat endapan gravitasi
1. Kesempurnaan pengendapan: Pada pembuatan endapan harus diusahakan kesempurnaan pengendapan tersebut dimana kelarutan endapan dibuat sekecil mungkin.
2. Kemurnian endapan (kopresipitasi): Endapan murni adalah endapan yang bersih, tidak mengandung, molekul-molekul lain (zat-zat lain biasanya pengotor atau kontaminan)
3. Endapan yang kasar: Yaitu endapan yang butir-butirnya tidak keecil, halus melainkan
4. Endapan yang bulky: Endapan dengan volume atau berat besar, tetapi berasal dari analit yang hanya sedikit.
5. Endapan yang spesifik: Pereaksi yang digunakan hanya dapat mengendapkan komponen yang dianalisa.
Macam-macam endapan
1. Endapan koloid AgNO3(aq) + NaCl(aq) AgCl(s) + NaNO3(AQ) NaCl akan mengendapkan reagent: AgCl pembentukan endapan koloid (amorf)
2. Endapan kristal: Endapan tipe ini lebih mudah dikerjakan karen mudah disaring dan dibersihkan.
3. Endapan yang dibawa oleh pengotor (Co precipitation). Sumber-sumber Co prepicitation:1) absorbi permukaan, 2) pembentukan campuran kistal, 30 mekanika.
Napan homogen (homogenous precipitatoin): Endapan homogen adalah cara pembentukan endapan dengan menambahkan bahan pengandap tidak dalam bentuk jadi melainkan sebagai suatu senyawa yang dapat menghasilkan pengendap tersebut. Contoh: homogenos prepicitation tidak digunakan etil oksalat (C2H5O)C2O yang tidak dapat mengion menjadi C2O42- tetapi harus terhidrolisa sbb:
(C2H5O)2C2O4 + 2H2O 2C2H5OH + H2C2O4
Pengotoran endapan
Macam-macam pengotor yang dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Pengotoran karena pengendapan sesungguhnya adalah:
• Pengendapan bersama (simultaneous precipitation). Kotoran mengendap bersama waktu dengan endapan analit. Contoh: Al(OH) sebagai pengotor Fe(OH)3.
• Pengendapan susulan (post precipitation).
Pengotoran karena terbawa (Co-precipitation). Pengotoran ini tidak mengendap melainkan hanya terbawa ole endapan analat.
2. Kotoran isomorf dan dapat campur dengan inang ini dapat terjadi bila bahan pengotoran dan endapan mempunyai kesamaan tipe rumus molekul maupun bentuk molekul.
3. Kotoran larut dalam inang dimana zat sendiri larut dalam zat padat lalu ikut terbawa sebagai kotoran. Contohnya Ba(NO3)2 dan KNO3 yang larut dalam BaSO4 pada kedua jenis pengotoran diatas kotoran tersebar diseluruh kristal.
4. Kotoran teradsorpsi pada permukaan endapan. Terjadi karena gaya tarik menarik antara ion yang teradsorpsi dan ion-ion lawannya pada permukaan endapan
5. Kotoran teroklusi oleh inang (terkurung). Dapat terjadi apabila kristal tumbuh terlalu cepat dari butirn kecil menjadi besa dalam hal ini ion tidak sempat dilepaskan, tetapi sudah tertutup dalam kristal.
Usaha mengurangi pengotor:
1. Sebelum membentuk endapan dengan jalan menyingkirkan bahan-bahan yang akan mengotori
2. Selama membentuk endapan. Endapan hanya terbentuk bila larutan yang bersangkutan lewat jenuh terhadap endapan tersebut yaitu larutan mengandung zat itu melebihi konsentrasi larutan jenuh, dengan tahap-tahap sebagai berikut:
Tahap I: Pada pengembangan ialah nukleai dalam hal ini ion-ion dari molekul yang akan diendapkan mulai terbentuk inti yaitu pasangan beberapa ion menjadi butir-butir miniskus (sangat kecil).
Tahap II: Pertumbuhan kristal yaitu inti tersebut menarik molekul lain sehingg dari kumpulan hanya beberapa molekul tumbuh menjadi butiran lebih besar
Tahap tahap dari Metode Pengendapan:
1. Tambahkan pereaksi pada cuplikan
2. Pisahkan komponen yang akan dianalisis dengan pengendapan
3. Ditapis
4. Cuci dengan Elektrolit yang mengandung ion sejenis untuk menghilangkan kotoran-kotoran pada permukaan dan juga mencegah peptisasi.
5. Untuk mengetahui kadar kotoran setelah pencucian bisa dicari dengan rumus
keterangan: Cn = konsentrasi kotoran setelah dicuci sebanyak n kali
Co = konsentrasi kotoran sebelum dicuci
U = Volume sisa stelah endapan dikeringkan
V = Volume Cairan yang digunakan setiap pencucian
6. Panaskan
Alat yang biasanya digunakan sebagi penapis dalam analisis gravimetri adalah : kertas Saring, Gelas Sinter, krus gooch. Alat pemanasnya adalah Oven listrik dan tungku. Selain alat-alat diatas ada pula alat yang disebut Eksikator dengan fungsi untuk menyimpan suatu bahan agar memiliki kadar air yang tetap. Pereaksi yang digunakan dibagi dua: A.1.1. Pereaksi Organik
7. A.1.2 Pereaksi Anorganik
A.1.1. Pereaksi Organik
Prinsipnya dengan ion logam tertentu dapat membentuk senyawa komplek organik dengan massa molekul relatif tinggi, sehingga dengan ion logam yang sedikit didapat endapan logam yang banyak. Adapun beberapa pereaksi organik yang biasa digunakan yaitu : dimetilglioksin, α-benzeinoksin, Kupferron, 8-hidroksikuinolin, Asam antranilat, natriumdietilditiokarbonat.
A.1.2. Pereaksi Anorganik
Senyawa Anorganik yang digunakan dalam proses pengendapan adalah :
Asam Klorida à untuk pengendapan ion logam golongan IHidrogen Sulfida (dalam HCl encer) à untuk mengendapkan ion logam golongan IIH2S dalam keadaan Buffer Amoniak à untuk pengendapan ion logam golongan III B Buffer Amoniak à untuk pengendapan ion logam golongan III AGaram Amonium Karbonat (NH4)¬2CO3 (dalam Buffer Amoniak) à untuk pengendapan ion logam golongan IV Natrium Fosfat ( dalam buffer Amoniak) à untuk mengendapkan Ion Mg dari Magnesium Amonium Fossfat MgNH4PO4.6H2O Garam Uranil Magnesium Asetat à mengendapkan ion Na endapan kuning dari garam NaMg(UO2)3(C2H3O2)9 Natrium kokaanitritekbaltat (III) à ntuk mengendapkan Ion K dari K2NaCe(NO2)6.
A.1.3 Pemisahan Ion Logam Dalam Proses Pengendapan.
Pemisahan ion logam pada pengendapan bertingkat yang lebih penting yaitu :
a. pengendapan sebagai garam sulfide
Pengendapan Sebagai Sulfida
Misalkan larutan jenuh H2S (Ka1 = 9,1 x 10-8 ; Ka2 = 1,2 x 10-15 pada suhu 250C dan tekanan 1 atm mempunyai konsentrasi 0,1 M. apabila [H+] = [HS-] dan konsentrasi H2S = 0,1 M maka:
[H+] = [HS-] =
[S2-] = 1,2 x 10-15 M = Ka2
Menurut proses ionisasi
H2S 2 H+ + S2-
Ternyata besarnya konsentrasi sulfida bergantung pada besarnya ion hydrogen dalam larutan, sehingga konsentrasi sulfida bisa diatur dengan merubah konsentrasi hidrogen.
Pengendapan ion logam [Mn+] sebagai garam sulfidanya [M2Sn] apabila hasil kali kelarutan ion-ion logamnya dengan ion sulfidanya lebih besar dari harga
Ksp garam sulfidanya. Dan besarnya ion logam yang tertinggal dalam larutan bisa dihitung : [Mn+]=
b. Pengendapan Ion Logam sebagai Hidroksida pada pH tertentu
Tergantung pada Ksp ion Hidroksida dan konsentrasi ion OH- dari pereaksinya dan juga tergantung dari pH larutannya. Besar pH suatu larutan bisa diatur dengan menambahkan garamnya.
Campuran buffer amoniak dapat digunakan untuk menahan pengendapan Mg2+ sebagai Mg(OH)2 yang harga Ksp-nya 1,5x10-11
Misalnya : pengendapan ion Mg2+ sebagai Mg(OH)2 dari larutan yang mengandung Mg2+ dengan konsentrasi 0,1 M. maka besarnya OH- yang diperlukan adalah :
[OH-] <
Jadi besarnya pOH harus dibawah –log 1,225x10-5
Jika konsentrasi tersebut berasal dari NH4OH maka garam NH4Cl yang dibutuhkan adalah
A.2. Metode Penguapan
Digunakan untuk menetapkan komponen-komponen dari suatu senyawa yang relatif mudah menguap. Yaitu dengan cara: Pemanasan dalam udara atau gas tertentu, Penambahan pereaksi sehingga mudah mengua, Penambahan pereaksi sehingga tidak mudah menguap Zat-zat yang relatif mudah menguap bisa diabsorpsi dengan suatu absorben yang sesuai dan telah diketahui berat tetapnya.
Untuk penentuan kadar air suatu kristal dalam senyawa hidrat, dapat dilakukan dengan memanaskan senyawa dimaksud pada suhu 110O- 130O C. Berkurangnya berat sebelum pemanasan menjadi berat sesudah pemanasan merupakan berat air kristalnya. Asal senyawa tidak terurai oleh pemanasan. Atau bisa juga menggunakan zat pengering seperti : CaCl2, Mg(ClO4)2. Penentuan CO2 dalam senyawa karbonat dapat dilakukan dengan penambahan HCl berlebih, kemudian dipanaskan.gas CO2 yang sudah terjadi dialirkan dalam larutan alkali yaitu KOH (25-30%) atau larutan CaOH2 yang telah diketahui beratnya.
Penentuan NH3 dalam garam Amonium, yaitu garam ditambahkan larutan alkali kuat berlebih dan dipanaskan. Gas NH3 yang terjadi dialirkan dalam larutan standar asam berlebih kemudian kelebihannya dititrir dengan larutan standar basa.
Penentuan Nitrogen dalam protein, mula-mula senyawa didestruksi dengan H2SO4 pekat. Hasilnya ditambahkan basa berlebih dan dipanaskan. Selanjutnya kelebihan asam dititrir dengan larutan standar basa.
Penentuan unsur Natrium atau Kalium, yaitu larutan itu diuapkan dengan H2SO4 sampai kering. Kemudian sisanya berupa garam sulfat ditimbang. Dan segitulah berat unsur yang dicari. Unsur-unsur lain yang mengganggu seperti Si, dapat ditentukan dengan memanaskan cuplikan bersama H2SO4 dan HF dalam krus platina. Dimana Si berubah menjadi SiF4 yang menguap, sesuai persamaan
SiO2 + 6HF à H2SiF6 + 2H2O
H2SiF6 à SiF4 + 2HF
.
A.3. Metode Elektrolisis
Prinsipnya senyawa ion yang akan diendapkan dipisahkan secara elektrolisis pada elektrode-elektrode yang sesuai. Sehingga jika elektrolisisnya cermat dapat terhindar dari peristiwa kopresipitasi dan post-presipitasi.
A.3.1 Hukum Dasar dalam Elektrolisis
Hukum dasar yang digunakan dalam metode ini adalah : Hukum Faraday dan Hukum Ohm.
• Hukum Faraday I
Menyatakan hubungan antara banyaknya zat yang terendap atau terbebas pada elektroda dengan banyaknya listrik yang diperlukan pada proses tersebut.
W = e x Q/F W = Jumlah zat terendap/terbebaskan (gr)
Q = Jumlah listrik yang dibutuhkan (Colloumb)
e = berat ekivalen Elektrokimia
Berat Ekivalen elektrkimia adalah bilangan yang menyatakan banyaknya zat yang terendap atau oleh listrik sebanyak 1 colloumb.
Contoh : arus 0,2 colloumb dialirkan pada dua keping tembaga (Cu) yang telah ditentukan massa tetapnya. Dan dicelupkan dalam garam Kuprisulfat (CuSO4) selama t detik. Kemudian dicuci dan dikeringkan serta ditimbang, ternyata beratnya lebih berat dari pada sebelum dielektrolisis. Karena adanya logam Cu yang terendapkan pada elektroda. Dimana banyaknya logam Cu yang terendapkan bertambah setiap penambahan arus maupun waktu. Adapun listrik yang dibutuhkan adalah : Q = i x t dengan i = arus, t = waktu dan Q = listrik yang dibutuhkan.
• Hukum Faraday II
Menyatakan Hubungan antara banyaknya zat terendap atau terbebaskan pada elektrolisis bertahap dalam seri larutan.
Bunyi hukumnya : ”banyaknya zat terendap atau terpisahkan dari masing-masing elektroda yang disebabkan oleh listrik yang sama banyaknya dan mengalir dalam seri larutan adalah sebanding dengan berat ekivalen kimianya”
Misalnya : arus 1 amper dialirkan dalam suatu seri larutan : kupri sulfat (CuSO4) dan perak nitrat (AgNO3) dalam waktu t, banyaknya logam Cu dan Ag yang terendapkan pada masing-masing elektroda
• Hukum Ohm
Menyatakan hubungan antar tiga besaran listrik yaitu : tegangan (E), arus (I) dan tahanan (R) yang memenuhi persamaan
A.3.2 Tegangan Peruraian
Misalnya tegangan 0,5 Volt digunakan pada 2 buah elektroda platina halus yang masing-masing dicelupkan dalam larutan H2SO4 1M, maka amperemeter akan menunjukan adanya arus yang mengalir pada larutan. Jika tegangan diperbesar maka aruspun bertambah. Sehingga pada tegangan tertentu arus akan naik secara cepat. Pada saat ini timbul gelembung-gelembung pada elektroda.
Tegangan peruraian adalah besarnya tegangan luar minimum yang harus diberikan agar terjadi proses elektrolisis yang kontinyu.
Jika Arus diputus, tegangan pada voltmeter tidak berubah, tetapi semakin lama arus makin lemah dan pada akhirnya nol. Pada saat itu sel E berfungsi sebagai sumber arus dan tegangannya disebut tegangan Polarisasi. Dilihat dari besarnya tegangan peruraian larutan asam dan basa dapat disimpulkan bahwa pada proses elektrolisis larutan asam dan basa relatif sama, yaitu terjadinya proses pembebasan gas.
A.3.3. Reaksi Elektroda
Elektroda Pt dan C Pada katoda terjadi proses Reduksi dan pada Anoda terjadi proses Oksidasi.
a.Proses Reduksi pada Katoda
Jika Larutan mengandung
a.1. Ion logam alkali, alkali tanah, Al3+,Mn2+, didalam larutan ion-ion tersebut tidak dapat tereduksi. Sehingga palrtlah yang akan mengalami reduksi.
2 H2O + 2 e- à 2 OH- + H2
a.2. Asam, ion H+ dari asam tersebut akan tereduksi menjadi gas H2 2 H+ + 2 e- à H2
a.3. ion logam lain selain poin a.1, dimana ion tersebut akan tereduksi menjadi logam bebasnya.
Zn++ + 2e- + à Zn
Ag+ + e- à Ag
b.Proses Oksidasi pada Anoda
Apabila larutan mengandung :
b.1. ion halida, akan tereduksi menjadi halogen
2 Hal- à Hal2 + 2 e-
b.2. ion OH- dari suatu basa, teroksidasi menjadi okisigen.
4 OH- à 2 H2O + O2 + 4 e-
b.3. Anion lain selain halogen dan OH-, ion tersebut tidak teroksidasi sehingga pelarutnya yang teroksidasi.
Elektroda selain Pt dan C
Logam lainnya yang biasa digunakan sebagai elektroda adalah : Cu, Zn, Fe, Au dan lain-lain. Perbedaan dengan elektroda Pt dan Cu yaitu hanya pada reaksi Anodanya sedang katodanya relatif sama. Dimana anodanya teroksidasi menjadi ionnya. Contoh: elektrolisis larutan CuSO4 dengan elektroda Zn.
Reaksi anodanya : Zn à Zn2+ + 2 e-
Contoh menentukan tegangan peruraian
K dalam larutan molar ZnBr2, dicelupkan elektroda Pt yang halus.dan diberikan beda potensial sehingga terjadi proses elektrolisis. Dimana pada katoda berlangsung proses : Zn2+ + 2 e- à Zn dan pada anoda : 2 Br- Br2 + 2 e-
A.3.4. Tegangan Kelebihan
Pada kenyataannya besarnya tegangan peruraian tergantung pada jenis elektroda yang digunakan dan biasanya ebih tinggi dari yang dihitung dengan rumus diatas. Perbedaan besarnya tegangan tersebut yang disebut tegangan kelebihan. Dengan adanya tegngan tersebut maka tegangan peruraian menjadi :
dengan Eekat = tegangan kelebihan pada katoda, dan Eeand = tegangan kelebihan pada anoda. Besarnya tegangan kelebihan baik pada katoda mapun anoda merupakan fungsi dari : Jenis dan sifat fisik logam dari elektroda
Sifat fisik zat yang terendap atau terbebas, jika logam tegangan kelebihannya kecil dan jika gas relatif lebih besar Kerapatan arus yang digunakan Perubahan konsentrasi larutan
A.3.5. Pengendapan Sempurna
Perubahan tegangan pada pada katoda selama proses elektrolisis, terutama pada proses pengendapan, besarnya potensial katoda dinyatakan dengan persamaan Nernst.
Besarnya potensial ini tidak bergantung pada besarnya konsentrasi ion logamnya tetapi tergantung dari biloks ion logam dalam larutan. Jika ion logam selama proses telah tereduksi 10-4 Kali proses semula, maka untuk ion logam:
Univalent potensial katodanya akan berubah sebesar 4 x 0,591 Volt..
BAB II
ISI
A. Alat
Alat yang digunakan adalah:
• Gelas Ukur
• Kertas Saring
• Labu Erlenmeyer
• Desikator
• Corong Gelas
• Neraca Analitic
• Pinset
• Bolpoint
• Kertas Untuk Mencatat
B. Bahan
Bahan yang digunakan adalah:
• Air Keruh
C. Cara Kerja
1. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Memanaskan kertas 105 oC
3. Setelah itu masukan kedalam desikator selama 15 menit
4. Menimbang kertas (a mg) dan gunakan sebagai filter
5. Menambahkan sample 50 ml
6. Mengambil kertas oven 105 oC
7. Memasukan kedalam desikator selama 15 menit
8. Menimbang sebagai (b mg)
BAB III
HASIL DAN KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
• http://www.sitzkrieg-awan.blogspot.com/.../kimia-makalah-gravimetri.html - Tembolok - Mirip
• http://www.tenangjaya.com/.../KIMIA-UNIPA%3A-makalah-gravimetri.html - Tembolok
BAB I
PENDAHULUAN
A. ACARA
Judul : Analisa TDS (Total Disolved Solid)
B. TUJUAN
Tujuan dari praktikum yang telah kami lakukan adalah untuk mengetahui cara melakukan
C. TINJAUAN TEORI
BAB II
ISI
A. Alat
Alat yang digunakan adalah:
• Cawan Porselin
B. Bahan
Bahan yang digunakan adalah:
• Sample air yang lolos di kertas saring
C. Cara Kerja
1. Memasukan cawan dalam oven 105 oC
2. Setelah itu masukan kedalam desikator selama 15 menit
3. Menimbang cawan (d mg)
4. Memasukan air sample kedalam cawan tersebut
5. Mengasatkan dalam waterbath
6. Panaskan dalam oven 105 oC
7. Memasukan kedalam desikator
8. Menimbang cawan sebagai ( e mg)
BAB III
HASIL DAN KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. ACARA
Judul : Analisa Volume Lumpur
Metode : Kerucut
B. TUJUAN
Tujuan dari praktikum yang telah kami lakukan adalah untuk mengetahui cara melakukan
C. TINJAUAN TEORI
BAB II
ISI
A. Alat
Alat yang digunakan adalah:
• Kerucut imhof
B. Bahan
Bahan yang digunakan adalah:
• Air Keruh
C. Cara Kerja
1. Memasang kerucut imhof kedalam statif
2. Memasukan air sample sampai batas 1000 ml
3. Menunggu selama 60 menit
4. Menghitung banyaknya endapan
Langganan:
Postingan (Atom)