Sabtu, 23 April 2011

analisis penyakit chikungunya

TUGAS EPIDEMIOLOGI
ANALISIS ARTIKEL PENYAKIT CHIKUNGUNYA











Disusun Oleh:
1. Evi Nurhidayah (B1003014)
2. Ferdian Indra S (B1003017)
3. Husni Mubarok (B1003022)



DIREKTORAT PERGURUAN TINGGI
PRODI DIII KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK BANJARNEGARA
2011

Chikungunya Menyerang Pekanbaru Lagi
Oleh : Drg. Burhanuddin Agung, MM, Kasubdin Yankes&Gizi
Rabu, 21 November 2007 | 10:38 WIB
Chikungunya ditemukan lagi di Pekanbaru. Pada tanggal 24 Oktober 2007,Dinkes Provinsi Riau menerima laporan W1 KLB Suspek Chikungunya di Kelurahan Delima Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru. Dari investigasi dilaporkan bahwa tanggal 24 Oktober 2007 terdapat 30 penderita dan pada tanggal 25 Oktober 2007 dilaporkan 80 kasus. Tim investigasi telah mengambil 8 sampel yang akan dikirimkan ke Balitbang DEPKES RI. Tim juga menemukan 5 rumah positif Aedes aegypti dari 15 rumah yang diperiksa. Dinkes telah melakukan penyuluhan, pengobatan massal, membuka posko, fogging dan abatisasi serta bersama masyarakat dan aparat daerah melakukan 3M. Fogging akan dilakukan 2 kali berselang seminggu. Kasus Chikungunya di Provinsi Riau pertama sekali dilaporkan di Kelurangan Tangkerang Selatan, Kecamatan Simpang Tiga Kota Pekanbaru pada bulan Mei 2007 dengan penderita sebanyak 44 orang. Dari 5 spesimen yang diambil dan dikirim ke Balitbang DEPKES RI, diperiksa 3 sampel dan satu diantaranya positif Chikungunya Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Ada juga literatur yang menyatakan bahwa penyakit ini dapat juga ditularkan oleh Aedes Albopictus. Virus ini digolongkan pada keluarga Togaviridae, genus alphavirus.
Pada umumnya virus ini menyerang kawasan tropis Asia dan Afrika. Sejak mulai teridentifikasi pada tahun 1952, epidemic ini terus berkembang hingga akhirnya menyebar di wilayah Indonesia. Demam chikungunya pertama kali terjadi di Samarinda tahun 1973. Kemudian berjangkit lagi pada tahun 1980, kali ini menyerang wilayah Jambi. Tahun 1983, chikungunya terjadi di Martapura, Ternate, dan Yogyakarta. Demam ini kemudian vakum selama lebih kurang 20 tahun hingga merebak besar-besaran pada tahun 2001 di Muara Enim, Sumatera Selatan. Setelah itu, demam ini seakan sudah populer di kawasan nusantara. Kata chikungunya berasal dari Swahili yang berarti ”yang berubah bentuk atau bungkuk”. Nama ini mengacu kepada postur tubuh penderita demam chikungunya, yang membungkuk, akibat nyeri sendi. Gejala demam chikungunya tidak jauh berbeda dengan gejala Demam Berdarah Dengue (DBD). Kedua penyakit ini, Chikungunya dan DBD, sama-sama disebabkan oleh virus yang dibawa lewat gigitan nyamuk aedes.
Chikungunya ini tergolong unik, pertama kali terjadi demam tinggi disertai menggigil yang mirip gejala influensa. Lalu disertai mual-muntah, sakit kepala dan sakit perut. Dalam 4 hari rasa nyeri dan ngilu mulai terasa di tulang kaki. Setelah itu di sekujur tubuh penderita timbul bercak-bercak merah. Pada tahap berikutnya, penderita akan mengalami kelumpuhan pada tangan dan kaki. Namun, kelumpuhan ini tidak berlansung lama. Penderita akan segera sembuh dalam beberapa hari saja. Meskipun mirip dengan demam berdarah dengue, demam chikungunya tidak mengakibatkan perdarahan hebat, renjatan (shock), ataupun kematian. Masa inkubasi chikungunya adalah 2 sampai 4 hari. Manifestasi penyakit berlangsung 3 sampai 10 hari. Virus ini termasuk self limiting disease yang artinya hilang dengan sendirinya. Namun rasa nyeri dan sakit masih tertinggal dalam hitungan minggu sampai bulan. Dalam prakteknya, tidak ada vaksin maupun obat khusus untuk Chikungunya. Penyakit ini hanya bisa dicegah. Diantaranya yaitu penghentian perkembangbiakan nyamuk dengan menggalakkan 3M (menutup saluran air, menguras penampungan air, mirip dengan pencegahan terhadap demam berdarah dengue (DBD).
Pemberantasan terhadap nyamuk ini harus dilaksanakan secara rutin dan berkala, karena berdasarkan penelitian dalam 10 hari sekali ratusan jentik berubah menjadi nyamuk. Jentik-jentik itu apabila dibiarkan akan berkembang pesat hingga membahayakan kehidupan manusia.

ANALISIS ARTIKEL
CHIKUNGUNYA
Dalam artikel ini dikatakan bahwa KLB Suspek Chikungunya ditemukan lagi di Pekanbaru di Kelurahan Delima Kecamatan Tampan pada tanggal 24 Oktober 2007. Dari investigasi terdapat 30 penderita dan pada tanggal 25 Oktober 2007 dilaporkan 80 kasus muncul. TIM dari Dinas Kesehatan Pekanbaru tersebut juga menemukan 5 rumah yang teridentivikasi positif Aedes Aegypti dari 15 rumah yang diperiksa.
Kasus Chikungunya di Provinsi Riau pertama kali dilaporkan di Kelurahan Tangkerang Selatan, Kecamatan Simpang Tiga Kota Pekanbaru pada bulan Mei 2007 dengan penderita sebanyak 44 orang. Meskipun Dinkes telah melakukan penyuluhan, pengobatan massal, membuka posko, fogging dan abatisasi serta bersama masyarakat dan aparat daerah melakukan 3M namun KLB tersebut masih terjadi.
Perkembangan penyakit Chikungunya mulai teridentifikasi pada tahun 1952, epidemic ini terus berkembang hingga akhirnya menyebar di wilayah Indonesia. Demam chikungunya pertama kali terjadi di Samarinda tahun 1973. Kemudian berjangkit lagi pada tahun 1980, kali ini menyerang wilayah Jambi. Tahun 1983, chikungunya terjadi di Martapura, Ternate, dan Yogyakarta. Demam ini kemudian vakum selama lebih kurang 20 tahun hingga merebak besar-besaran pada tahun 2001 di Muara Enim, Sumatera Selatan. Setelah itu penyakit Chikungunya tersebut menyebar hampir diseluruh kawasan Nusantara.
Chikungunya tergolong unik, pertama terjadi demam tinggi disertai menggigil yang mirip gejala influensa disertai mual-muntah, sakit kepala dan sakit perut. Dalam 4 hari rasa nyeri dan ngilu mulai terasa di tulang kaki. Setelah itu di sekujur tubuh penderita timbul bercak-bercak merah. Pada tahap berikutnya, penderita akan mengalami kelumpuhan pada tangan dan kaki. Namun, kelumpuhan ini tidak berlansung lama. Penderita akan segera sembuh dalam beberapa hari saja. Meskipun mirip dengan demam berdarah dengue, demam chikungunya tidak mengakibatkan perdarahan hebat, renjatan (shock), ataupun kematian. Masa inkubasi chikungunya adalah 2 sampai 4 hari. Manifestasi penyakit berlangsung 3 sampai 10 hari.
Pemberantasan dan penanggulangan terhadap nyamuk ini harus dilaksanakan secara rutin dan berkala, karena berdasarkan penelitian dalam 10 hari sekali ratusan jentik berubah menjadi nyamuk. Jentik-jentik itu apabila dibiarkan akan berkembang pesat akan berbahaya bagi manusia. Oleh karena itu, petugas surveilans yang bertanggung jawab terhadap kasus tersebut harus benar-benar tepat dalam melakukan pencatatan atau pendataan kasus KLB Chikungunya dan penyakit yang lainnya baik data penderita yang bisa sembuh maupun yang mengalami kematian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar