LAPORAN PRAKTIK PENYULUHAN
PENGENALAN PENYAKIT MALARIA DAN UPAYA PENCEGAHANNYA DI DESA SINGAMERTA RT 02 RW 01 KECAMATAN SIGALUH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011
DISUSUN OLEH:
1. AGUS SETIAWAN (B1003002)
2. ARINAH (B1003005)
3. DIAN CANTIKASARI (B1003009)
4. ENDAH SETYO R (B1003011)
5. EVI NURHIDAYAH (B1003014)
6. FERDIAN BULAN P (B1003016)
7. GENTUR TRI UTOMO (B1003020)
8. IKA ELIS KURNIAWATI (B1003024)
9. IRMA SETIYANI (B1003027)
10. KAROMAT (B1003030)
PROGRAM STUDI DIII KESEHATAN LINGKUNGAN 2011
POLITEKNIK BANJARNEGARA
2011
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur telah penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. karena berkat limpahan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Penyuluhan ini.
Maksud dan tujuan dari penulisan Laporan Praktek Penyuluhan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-dasar Komunikasi dan dengan harapan pembaca dapat lebih mengerti, dan memahami tentang penyakit malaria.
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Laporan Praktek Penyuluhan ini.
Penulis menyadari bahwa Laporan Praktek Penyuluhan ini masing dalam ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan senantiasa penulis harapkan dalam upaya penyempurnaan Laporan Praktek Penyuluhan ini.
Akhirnya penulis berharap, Laporan Praktek Penyuluhan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca dalam kegiatan belajar mengajar.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Banjarnegara, Mei 2011
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Malaria merupakan suatu masalah kesehatan yang banyak terjadi pada Negara-negara tropis. Malaria juga dapat menjadi suatu masalah bagi orang-orang yang berkunjung kenegara-negara tropis tersebut. Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit jenis plasmodium ditandai demam berkala, menggigil dan berkeringat. Penyakit ini dapat mengakibatkan kematian bagi penderitanya. Penyakit malaria yang terjadi pada manusia memiliki 4 jenis dan masing-masing disebabkan oleh spesies parasit yang berbeda. Vektor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah nyamuk Anopheles betina yang dapat berkembang biak digenangan-genangan air yang kotor di luar rumah.
Kegiatan Penyuluhan tentang pengenalan penyakit malaria dan upaya pencegahannya ini dimulai dengan penentuan lokasi berdasarkan data kasus malaria yang pernah terjadi. Daerah yang terpilih sebagai lokasi penyuluhan tentang pengenalan penyakit malaria dan upaya pencegahannya adalah di desa Singamerta Rt 02 Rw 01 Kecamatan Sigaluh Kabupaten Banjarnegara. Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten yang dibeberapa daerah didalamnya merupakan daerah endemis malaria yang hingga saat ini masih menjadi salah satu masalah di daerah tersebut. Oleh karena itu kami melakukan salah satu usaha agar dapat meminimalisir masalah yang ada tersebut dengan melakukan penyuluhan dan agar dapat menambah wawasan masyarakat mengenai penyakit malaria. Kami melakukan penyuluhan dengan audiens adalah ibu-ibu PKK karena lingkungan terkecil dalam pencegahan malaria adalah keluarga, dan ibu-ibu PKK tersebutlah yang biasanya mengurus kebersihan rumah masing-masing. Oleh karena itu kami memberi penyuluhan agar ibi-ibu PKK mengerti dan memahami bahaya malaria sehingga senantiasa menjaga lingkungannya. Dari hal tesebutlah kami mengambil tema pengenalan penyakit malaria dan upaya pencegahannya.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan penyuluhan tentang malaria ini yaitu:
1. Untuk memberikan pengetahuan tentang segala sesuatu mengenai penyakit malaria, baik dari pengertian, hingga cara pencegahannya.
2. Untuk memberikan informasi agar masyarakat desa Singomerto Rt 02 Rw 01 terhindar dari malaria.
3. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Dasar-dasar Komunikasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian malaria
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat cepat maupun lama prosesnya, malaria disebabkan oleh parasit malaria atau protozoa genus plasmodium bentuk aseksual yang masuk kedalam tubuh manusia ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles) betina (WHO 1981) ditandai dengan demam, muka pucat, dan pembesaran organ tubuh manusia. Parasit malaria pada manusia yang menyebabkan malaria adalah plasmodium Falciparum, Plasmodium Vivax, Plasmodium Ovale,dan Plasmodium Malariae. Parasit malaria terbanyak di Indonesia adalah plasmodium Falcipharum dan plasmodium Vivax atau campuran keduanya, sedangkan plasmodium Ovale dan Malariae pernah ditemukan di Sulawesi, Irian Jaya. Dan Negara Timor Leste. (WHO, 1997)
Penyakit malaria adalah infeksi yang disebabkan oleh parasit malaria, yang merupakan suatu protozoa darah termasuk :
• Filum : Apicomplexa
• Klas : Sporozoa
• Sub klas : Cocidiidae
• Ordo : Eucoccidiidae
• Sub ordo : Haemosporidiidae
• Familia : Plasmodiidae
• Genus : Plasmodium
Genus plasmodium secara umum dibagi menjadi 3 (tiga) sub genus yaitu sub genusplasmodium dengan spesies yang menginfeksi manusia adalah Plasmodium vivax, Plasmodium ovale dan Plasmodium malariae, sub genus laverania dengan spesies yang menginfeksi manusia adalah Plasmodium falciparum dan sub genus vinckeia hanya menginfeksi kelelawar dan binatang pengerat lainnya (Depkes, 1999).
Definisi penyakit malaria menurut World Health Organization (WHO) adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit malaria (plasmodium) bentuk aseksual yang masuk ke dalam tubuh manusia yang ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles spp) betina. Definisi penyakit malaria lainnya adalah suatu jenis penyakit menular yang disebabkan oleh agent tertentu yang infektif dengan perantara suatu vektor dan dapat disebarkan dari suatu sumber infeksi kepada host. Penyakit malaria termasuk salah satu penyakit menular yang dapat menyerang semua orang, bahkan mengakibatkan kematian terutama yang disebabkan oleh parasit Plasmodium falciparum (Depkes, 2003).
B. Penularan malaria
Secara umum penyebaran penyakit malaria sangat dipengaruhi oleh tiga faktor yang saling mendukung yaitu host, agent dan environment sesuai teori The Traditional (Ecological) Model yang dikemukakan oleh Dr.John Gordon (Kodim, 1999).
1. Faktor host (manusia dan nyamuk)
Host pada penyakit malaria terbagi atas dua yaitu Host Intermediate (manusia) dan Host Definitif (nyamuk). Manusia disebut sebagai Host Intermediate (penjamu sementara) karena di dalam tubuhnya terjadi siklus aseksual parasit malaria. Sedangkan nyamuk Anopheles spp disebut sebagai Host Definitif (penjamu tetap) karena di dalam tubuh nyamuk terjadi siklus seksual parasit malaria (Depkes, 1999).
• Host intermediate
Pada dasarnya setiap orang dapat terinfeksi oleh agent biologis (Plasmodium), tetapi ada beberapa faktor intrinsik yang dapat memengaruhi kerentanan host terhadap agent yaitu usia, jenis kelamin, ras, riwayat malaria sebelumnya, gaya hidup, sosial ekonomi, status gizi dan tingkat immunisasi.
a. Usia, bagi anak laki-laki lebih rentan terhadap infeksi penyakit malaria.
b. Jenis kelamin, perbedaan jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap kerentanan individu, tetapi bila malaria terjadi pada wanita hamil akan menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan ibu dan anaknya, seperti anemia berat, berat badan lahir rendah (BBLR), abortus, partus prematur dan kematian janin intrauterine.
c. Ras, beberapa ras manusia atau kelompok penduduk mempunyai kekebalan alamiah terhadap malaria, misalnya : orang Negro di Afrika Barat dan keturunannya di Amerika dengan golongan darah Duffy (-) tidak dapat terinfeksi oleh Plasmodium vivax karena golongan ini tidak mempunyai reseptornya (Pribadi, 1994).
d. Riwayat malaria sebelumnya, orang yang pernah terinfeksi malaria sebelumnya biasanya akan terbentuk immunitas sehingga akan lebih tahan terhadap infeksi malaria berikutnya
e. Cara hidup, kebiasaan tidur tidak memakai kelambu dan sering berada di luar rumah pada malam hari sangat rentan terhadap infeksi malaria.
f. Sosial ekonomi, keadaan sosial ekonomi masyarakat yang bertempat tinggal di daerah endemis malaria erat hubungannya dengan infeksi malaria.
g. Status gizi, keadaan gizi agaknya tidak menambah kerentanan terhadap malaria.Ada beberapa studi yang menunjukkan bahwa anak yang bergizi baik justru lebih sering mendapat kejang dan malaria selebral dibandingkan dengan anak yang bergizi buruk. Tetapi anak yang bergizi baik dapat mengatasi malaria berat dengan lebih cepat dibanding anak yang bergizi buruk.
h. Immunitas, masyarakat yang tinggal di daerah endemis malaria biasanya mempunyai immunitas alami sehingga mempunyai pertahanan alamiah terhadap infeksi malaria (Depkes, 1999).
• Host definitif
Host definitif yang paling berperan dalam penularan penyakit malaria dari orang yang sakit malaria kepada orang yang sehat adalah nyamu Anopheles spp betina. Hanya nyamuk Anopheles spp betina yang menghisap darah untuk pertumbuhan telurnya. Host definitif ini sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu : perilaku nyamuk itu sendiri dan faktor-faktor lain yang mendukung (Depkes, 1999).
1. Perilaku nyamuk, pada prinsipnya perilaku nyamuk dapat dibagi menjadi empat kategori, yaitu perilaku hidup, perilak berkembangbiak, perilaku mencari darah dan perilaku istirahat
a. Perilaku nyamuk, suatu daerah akan disenangi nyamuk sebagai habitatnya apabila daerah tersebut memenuhi syarat sebagai berikut : tersedia tempat beristirahat, tersedia tempat untuk mencari darah dan tersedia tempat untuk berkembang biak.
b. Perilaku berkembangbiak, masing-masing jenis nyamuk mempunyai kemampuan untuk memilih tempat berkembangbiak sesuai dengan kesenangan dan kebutuhannya, misalnya Anopheles sundaicus lebih senang di air payau dengan kadar garam 12 – 18‰ dan terkena sinar matahari langsung sedangkan Anopheles maculates lebih senng di air tawar dan terlindung dari sinar matahari.
c. Perilaku mencari darah, hanya nyamuk Anopheles spp betina yang menghisap darah dibutuhkan untuk pertumbuhan telurnya. Bila dipelajari lebih jauh perilaku nyamuk mencari darah terbagi atas empat hal yaitu : (1) berdasarkan waktu menggigit, mulai senja hingga tengah malam dan menggigit mulai tengah malam hingga dini hari pagi, (2) berdasarkan tempat, eksopagik (lebih suka menggigit di luar rumah) dan endopagik (lebih suka menggigit di dalam rumah), (3) berdasarkan sumber darah, anthropofilik (lebih suka menggigit manusia) dan zoofilik (lebih suka menggigit hewan) dan Anthrozoofilik (lebihsuka menggigit manusia dan hewan), (4) berdasarkan frekuensi menggigit,tergantung spesiesnya dan dipengaruhi oleh temperatur dan kelembaban yang disebut dengan siklus gonotrofik. Untuk daerah tropis biasanya siklus ini berlangsung sekitar 48-96 jam.
d. Perilaku istirahat,
(1) istirahat berdasarkan kebutuhan yaitu istirahat
sebenarnya yang merupakan masa menunggu proses perkembangan telur dan istirahat sementara, yaitu masa sebelum dan sesudah mencari darah,
(2)istirahat berdasarkan kesukaan, eksofilik (lebih suka beristirahat di luar rumah) dan endofilik (lebih suka istirahat di dalam rumah).
e. Faktor lain yang mendukung:
a. Umur nyamuk, semakin panjang umur nyamuk semakin besar kemungkinannya untuk menjadi penular atau vektor malaria.
b. Kerentanan nyamuk terhadap infeksi gametosit.
c. Frekuensi menggigit manusia. Siklus gonotrofik yaitu waktu yang diperlukan untuk mematangkan sel telur sebagai indikator untuk mengukur interfal menggigit nyamuk pada objek yang digigit manusia
2. Syarat-syarat nyamuk sebagai vector:
a. Tingkat kepadatan Anopheles spp disekitar pemukiman manusia yang sesuai dengan daya jangkau atau kemampuan terbang nyamuk antara 2-3 km.
b. Umur nyamuk, lamanya hidup nyamuk harus cukup lama sehingga parasit dapat menyelesaikan siklus sporogoni di dalam tubuh nyamuk.
c. Adanya kontak dengan manusia, jika nyamuk yang ada kesukaannya menghisap darah manusia (Anthropofilik).
d. Kerentanan nyamuk terhadap parasit, hanya spesies nyamuk Anopheles spp tertentu yang efektif sebagai penular malaria kepada manusia.
e. Adanya sumber penular, pada umumnya nyamuk yang baru menetas tidak mengandung parasit dan baru akan menjadi vektor bila terdapat parasit yang berasal dari objek gigitan dan menjadi infektif setelah menyelesaikan siklus hidupnya (Depkes, 2007).
• Faktor agent
Pada tahun 1880 Charles Louis Alphonso Laveran di Al Jazair menemukan parasit malaria dalam darah manusia. Selanjutnya pada tahun 1886 Golgi di Italia menemukan Palasmodium vivax dan Plasmodium malariae, serta pada tahun 1890 Celli dan Marchiava menemukan Plasmodium falciparum (Pribadi, 1994).
Parasit malaria yang terdapat pada manusia ada empat spesies yaitu:
Plasmodium falciparum penyebab malaria tropika yang menyebabkan malaria
berat.
Plasmodium vivax penyebab malaria tertiana.
Plasmodium malariae penyebab malaria quartana.
Plasmodium ovale spesies ini banyak dijumpai di Afrika dan Fasifik Barat (Depkes, 1999).
• Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan dimana manusia dannyamuk berada yang memungkinkan terjadinya penularan malaria setempat(indigenous), lingkungan tersebut terbagi atas lingkungan fisik, lingkungan kimia,lingkungan biologik dan lingkungan sosial budaya.
1. Lingkungan fisik : meliputi suhu, kelembaban, hujan, ketinggian, angin, sinar matahari dan arus air.
2. Lingkungan kimia : meliputi kadar garam yang cocok untuk berkembangbiaknyanyamuk Anopheles sundaicus.
3. Lingkungan biologik : adanya tumbuhan, lumut, ganggang, ikan kepala timah, gambusia, nila sebagai predator jentik Anopheles spp, serta adanya ternak sapi, kerbau dan babi akan mengurangi frekuensi gigitan nyamuk pada manusia.
4. Lingkungan sosial budaya : meliputi kebiasaan masyarakat berada di luar rumah, tingkat kesadaran masyarakat terhadap bahaya penyakit malaria dan pembukaan lahan dengan peruntukannya yang memengaruhi derajat kesehatan masyarakat dengan banyak menimbulkan breading places potensial untuk berkembangbiaknya nyamuk Anopheles spp (Depkes, 2003).
3. Pemberantasan
Program pemberantasan malaria dapat didefinisikan sebagai usaha terorganisir untuk melaksanakan berbagai upaya menurunkan penyakit dan kematian yang diakibatkan malaria, sehingga tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama dengan upaya-upaya :
1) menghindari atau mengurangi kontak gigitan nyamuk Anopheles spp dengan memakai kelambu, penjaringan rumah, pemakaian repellent dan obat nyamuk,
2) membunuh nyamuk dewasa dengan menggunakan berbagai insektisida,
3) membunuh jentik (tindakan anti larva) baik secara kimiawi (larvacida) maupun biologi (ikan, tumbuhan, jamur, bakteri),
4) mengurangi tempat perindukan (source reduction),
5) mengobati penderita malaria,
6) pemberian pengobatan pencegahan (profilaksis) dan vaksinasi (masih dalam tahap riset dan clinical trial) (Harijanto, 2000).
BAB III
MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian
Penyakit malaria adalah penyakit menular yang menyerang manusia dan disebabkan oleh Parasit (Plasmodium) yang masuk tubuh melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa yang disebut Plasmodium, yang dalam salah satu tahap perkembang biakannya akan memasuki dan menghancurkan sel-sel darah merah. Plasmodium adalah binatang bersel satu ( parasit ) yang hidup dalam darah, menyerang sel darah merah dan menyebabkan sakit malaria. Plasmodium yang menyebarkan penyakit malaria berasal dari spesies Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax, Plasmodium ovale,dan Plasmodium malariae.
Vektor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah nyamuk Anopheles, terutamanya Anopheles sundaicus di Asia dan Anopheles gambiae di Afrika. Malaria adalah sejenis penyakit menular yang dalam manusia sekitar 350-500 juta orang terinfeksi dan lebih dari 1 juta kematian setiap tahun, terutama di daerah tropis dan di Afrika di bawah gurun Sahara.
B. Jenis-jenis Plasmodium
Ada empat jenis Plasmodium yang dapat menyebabkan penyakit malaria, yaitu sebagai berikut :
• Plasmodium Vivax, menyebabkan malaria vivax yang disebut pula sebagai malaria tertiana.
• Plasmodium falciparum, menyebabkan malaria falciparum yang dapat pula disebut sebagai malaria tersiana.
• Plasmodium malariae, menyebabkan malaria malariaeatau malaria kuartana karena serangan demam berulang pada tiap hari keempat.
• Plasmodium ovale, menyebabkan malaria ovale dengan gejala mirip malari vivax. Malaria ini merupakan jenis ringan dan dapat sembuh sendiri
C. Derajat Kesehatan Malaria Menurut HL. Bloom
1. Genetika / keturunan
2. Pelayanan Kesehatan
• Tidak ada petugas/petugas tdk aktif
• Posmaldes tak aktif, Jauh
• Obat kurang/tdk ada
• Jml penyuluhan kurang
3. Lingkungan / Alam
• Kandang menempel,
• Rumah tdk rapat
• Banyak genangan
• Tanam padi tdk serempak
• Kerusakan hutan bakau
• Ada penderita & Nyamuk
4. Perilaku
• Begadang diluar
• Tdr tanpa kelambu
• Keluar masuk daerah endemis
D. Bahaya malaria
1. Kekurangan darah (Anemia)
• Daya tahan menurun à Komplikasi
• Daya kerja kurang
2. Pertumbuhan otak / kecerdasan pada anak balita dan anak usia sekolah Pada Ibu Hamil :
• Bayi lahir mati, bayi BBLR, bayi anemia, ibu hamil meninggal.
3. Pembuluh darah otak tersumbat:
• Kejang-kejang, hilang kesadaran, pingsan à koma, hilang ingatan, Kematian
E. Penularan malaria
Penularan penyakit malaria dapat dipengaruhi oleh
• Lebih dari 99,9 % penularan malaria terjadi karena gigitan yamuk Anopheles betina.
• Penularan lain dapat terjadi melalui tranfusi / donor darah atau melalui plasenta bayi bila ibu hamil mengidap penyakit malaria
F. Faktor terjadinya penularan malaria
Faktor terjadinya malaria disebabkan oleh
• Adanya vector atau tersangka vector.
• Tersedianya tempat perindukan nyamuk
• Adanya pembangunan atau aktivitas penduduk
• Perilaku penduduk yang sinkron dengan perilaku vector
• Tingginya mobilitas penduduk
• Kualitas pelayanan kesehatan
G. Gejala malaria
1. Gejala Malaria Ringan
• Demam sampai menggigil tetapi suhu badan tinggi, sakit kepala, sakitotot dan tulang.
• Pucat karena kurang darah.
• Kemudian berkeringat dingin, diiringi turunnya suhu badan.
• Kadang-kadang perasaan lesu/lemah, mual dan muntah.
• Nafsu makan berkurang.
2. Gejala malaria Berat :
• Kejang-kejang à Pingsan sampai koma.
• Kehilangan kesadaran.
• Kuning pd mata, panas tinggi.
• Kencing warna teh tua.
• Muntah terus
H. Ciri-ciri Nyamuk Anopheles
1. Sewaktu hinggap atau menggigit badannya menungging (membentuk sudut).
2. Menggigit pada senja hari dan menjelang malam, didalam dan atau di luar rumah. Ada jg yg mempunyai waktu puncak menggigit pada tengah malam dan menjelang fajar.
3. Sesudah menggigit, nyamuk beristirahat pada dinding dalam rumah yang gelap, lembab, pakaian yg digantung, dibawah meja, di sekitar tempat tidur atau dibawah dan dibelakang almari.
4. Dapat beristirahat di luar rumah : semak-semak, tebing, parit dan sekitar kandang.
I. Tempat Perkembangbiakan Nyamuk Anopheles
1. Sawah bertingkat, kobakan air di kebun dan sekitar hutan.
2. Mata air : dekat sungai, di kebun.
3. Kolam, rawa-rawa di sekitar pantai (air payau) yang ditumbuhi lumut atau ganggang.
4. Saluran air dengan aliran air lambat di sekitar pemukiman.
5. Tambah-tambak atau kolam yang tidak terawat.
J. Pencegahan Malaria
Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal merupakan salah satu langkah yang penting untuk mencegah gigitan nyamuk yang aktif di malam hari ini. Keberhasilan langkah ini sangat ditentukan oleh kesadaran masyarakat setempat. Pencegahan tanpa obat, yaitu dengan menghindari gigitan nyamuk dapat dilakukan dengan cara :
1. Hindari gigitan nyamuk penular malaria (Anopheles), antara lain dengan:
• Menggunakan kelambu sewaktu tidur.
• Olesi tubuh/badan dengan minyak sereh, minyak kayu putih atau obat oles anti nyamuk.
• Semprotkan obat nyamuk sebelum tidur atau
• Menggunakan obat nyamuk bakar.
• Memasang kawat kasa pada lubang ventilasi.
• Upayakan sedikit mungkin pakaian tergantung di dalam kamar.
• Jangan begadang diluar rumah pd malam hari. Bila keluar pakailah pakaian yg tertutup, lengan panjang, pakai obat anti nyamuk oles.
• Tempatkan kandang ternak terpisah dari rumah
2. Kendalikan kepadatan nyamuk penular malaria :
• Bersihkan lingkungan rumah dari semak-semak yang rimbun, agar sinar matahari bisa menerangi.
• Bersihkan parit atau selokan agar tidak terjadi genangan air.
• Mengeringkan tempat-tempat genangan air yang tidak diperlukan.
• Melaksanakan kegiatan mina padi di sawah.
• Mengatur pola tanam padi secara serempak atau berselang (padi-palawija-padi).
• Tebarkan ikan pemakan jentik pada genangan-genangan potensial (tambak ikan). Seperti: ikan capung, ikan tawes, ikan nila, dan masih banyak lagi.
K. Tindakan Yang Harus Dilakukan Apabila Mengidap Malaria
1. Segera periksa ke tempat pelayanan kesehatan terdekat.
2. Melapor kepada kader kesehatan, kader posmaldes, juru malaria desa atau petugas kesehatan yang lain.
3. Ceritakan keluhan saudara secara benar.
L. Yang Harus Dilakukan Oleh Kader POSMALDES atau JMD
1. Menyebarluaskan informasi tentang Surveilan Migrasi kepada Masy. Yg lain.
2. Memberikan laporan/info kpd JMD/Bidan adanya pendatang yg baru pulang dari daerah endemis.
3. Pengambilan Sedian Darah pada ujung jari manis kiri untuk preparat guna pemeriksaan laborat guna memastikan ada tidaknya parasit malaria.
4. Pengobatan pendahuluan ( klinis ) berupa kombinasi obat kloroquin dan primaquin untuk 3 hari.
5. Mengawasi lingkungan yang potensial utk perkembangbiakan nyamuk dan melaporkannya kepada JMD.
M. Masalah Pemberantasan Malaria di Banjarnegara
Dapat kita ketahui bahwa di Banjarnegara masih banyak daerah yang terkena penyakit malaria, Hal ini terjadi karena masih ada masalah pembrantasan malaria seperti berikut:
1. Meningkatnya kasus import malaria dari daerah endemis luar Jawa.
2. Kurang optimalnya pengamatan migrasi
3. Kurangnya kepatuhan penderita untuk minum OAM dan belum semua kasus di Follow up.
4. Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) masih lemah.
5. Sebagian besar kondisi geografis yg sulit dijangkau, sehingga berpengaruh terhadap akses yankes.
6. Belum optimalnya upaya pencegahan.
7. Anggaran maintenance pemberantasan melalui APBD kabupaten cenderung menurun, karena penurunan kasus
BAB IV
PELAKSANAAN
A. HARI DAN TANGGAL
Penyuluhan dilaksanakan pada Hari Sabtu, 14 Mei 2011
B. TEMPAT DAN WAKTU
Penyuluhan dilaksanakan di desa Singomerto Rt 02 Rw 01 Kecamatan Sigaluh Kabupaten Banjarnegara pada pukul 16.00 – selesai
C. AUDIENS
Penyuluhan diikuti oleh audiens yaitu Ibu-ibu PKK desa Singamerta Rt 02 Rw 01
D. DESKRIPSI SINGKAT PELAKSANAAN
Penyuluhan yang kami laksanakan di Desa Singomerto RT02/01 pada hari Sabtu 14 mei 2011 di ikuti oleh 10 anggota kelompok dan juga beberapa teman-teman mahasiswa lainnya. Selain itu, penyuluhan juga dihadiri oleh Dosen Pembimbing, yaitu Ibu Barni S.Pd. Kami berkumpul di tempat tujuan pukul 15.30 WIB. Setelah semua anggota sampai ditempat tujuan dan sambil menunggu audiens berkumpul, kami memulai mempersiapkan semua peralatan yang akan kami gunakan, seperti mempersiapkan daftar hadir untuk audiens dan mempersiapkan LCD dll.
Setelah semua peralatan yang akan digunakan sudah siap dan para audiens pun sudah berkumpul, acara segera dilaksanakan. Namun, sebelum acara dimulai acara dibuka dengan mengisi praacara yaitu menyanyikan lagu mars PKK yang dipimpin oleh Ibu Romi. Setelah itu, acara dibuka dan diisi sambutan-sambutan.Sambutan yang pertama yaitu dari Ketua RT, kemudian dari Ketua Panitia dan terakhir dari Dosen Pembimbing.
Acara inti pun dimulai dengan penyampaian materi penyuluhan yang bertemakan Malaria. Penyampaian materi ini disampaikan oleh saudara Ferdian Bulan P. yang kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Pada sesi tanya jawab ini, banyak ibu-ibu PKK yang bertanya, hal ini menunjukkan bahwa ibu-ibu PKK tersebut memberikan respon yang baik terhadap penyuluhan yang disampaikan karena mereka memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga mereka banyak mengajukan pertanyaan, dan meminta penjelasan dari jawaban yang diberikan dengan sangat detail.
Selain itu, kemungkinan mereka antusias untuk bertanya karena ingin mendapatkan doorprize yang telah disediakan oleh panitia. Ibu-ibu PKK itu pun mendapatkan doorprize, dengan kriteria doorprize untuk penanya tersulit, dsb. Acara dilanjutkan dengan arisan ibu-ibu PKK tersebut dan bersamaan dengan foto-foto.
Setelah serangkaian acara dilaksanankan, acara pun ditutup oleh pembawa acara. Dan dilanjutkan dengan berjabat tangan antara ibu-ibu PKK dengan teman-teman Mahasiswa dan juga Dosen Pembimbing. Acara selesai pada pukul 17.30 WIB.
E. SUSUNAN ACARA
1. Pra acara diisi dengan menyanyikan lagu Mars PKK
2. Pembukaan
3. Sambutan-sambutan
• Sambutan dari Ketua RT
• Sambutan dari Ketua Panitia
• Sambutan dari Dosen Pembimbing
4. Acara inti diisi dengan Penyampaian Materi
5. Sesi Tanya Jawab
6. Pembagian Doorprize
7. Lain-lain diisi dengan arisan ibu-ibu PKK
8. Penutup
F. PEMBAGIAN TUGAS ANGGOTA KELOMPOK
• Ketua Panitia : Arinah
• Penyampai Materi : Ferdian Bulan Purbayu
• Pembawa Acara : Evi Nurhidayah
• Seksi Dokumentasi : 1. Agus Setiawan
2. Gentur Tri Utomo
3. Karomat
• Penerima Audiens : 1. Ika Elis Kurniawati
2. Irma Setyani
• Seksi Konsumsi : 1. Dian Cantikasari
2. Endah Setyo R
G. PERALATAN
Adapun peralatan yang kami butuhkan yaitu:
1. LCD
2. Camera
3. Laptop
4. Meja
H. PENDANAAN
Dana yang kami dapat yaitu:
Iuran 10 mahasiswa @ Rp.10.000 Rp. 100.000
Pembelian
• Doorprize Rp. 40.000
• Leaflet Rp. 20.000
• Pembuatan Laporan Rp. 10.000
• Konsumsi Rp. 30.000 +
JUMLAH Rp. 100.000
Sisa Rp. 0
BAB V
EVALUASI
A. FAKTOR PENDUKUNG
1. JARAK
Jarak yang kami tempuh dari Politeknik Banjarnegara menuju tempat tujuan relatif dekat, selain itu, akses jalan menuju tempat tujuan juga mudah dan baik sehingga kami lancar dalam perjalanan.
2. AUDIENS
Penyuluhan dapat berjalan dengan lancar selain karena sebelumnya telah dilakukan persiapan yang matang oleh anggota juga dikarenakan para audiens yang cukup mendukung berjalannya acara. Hal tersebut ditunjukkan dengan keaktifan para audiens pada saat sesi tanya jawab.
B. FAKTOR PENGHAMBAT / KENDALA
1. CUACA
Cuaca pada saat kami melaksanakan penyuluhan di desa Singomerto pada waktu itu hujan cukup deras sehingga mengganggu kami di dalam perjalanan karena kami harus membawa peralatan seperti LCD, Laptop, dll yang akan digunakan.
2. TEMPAT
Tempat pelaksanaan penyuluhan sangat terbatas karena mahasiswa dan audiens yang datang cukup banyak sehingga acara penyuluhan sedikit terganggu karena tempat duduknya saling berhimpitan.
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pengertian dan cara pencegahan malaria adalah:
a. Penyakit malaria adalah penyakit menular yang menyerang manusia dan disebabkan oleh Parasit (Plasmodium) yang masuk tubuh melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.
b. Cara Pencegahan Malaria:
• Hindari gigitan nyamuk penular malaria (Anopheles)
• Kendalikan kepadatan nyamuk penular malaria
2.
a. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
• http://www.wikipedia.org/wiki/Malaria.
• http://www.tempointeraktif.com/hg/narasi/2004/03/28/nrs
• http://www.conectique.com/tips_solution/health/disease/article.php?article
• http://www.litbang.depkes.go.id/~djunaedi/data/Emil.pdf
• http://www.penyakitmenular.info
• http://www.wartamedika.com/2006/09/pencegahan-malaria.html
• http://www.geocities.com/mitra_sejati_2000/malaria.html
chayyooooooooo...!!!
Jumat, 28 Oktober 2011
makalah penyakit filariasis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Indonesia merupakan wilayah yang mempunyai iklim tropis. Di daerah iklim tropis, kemungkinan terjadinya penyakit filariasis atau kaki gajah lebih besar daripada didaerah yang beriklim sedang maupun dingin. Filariasis merupakan jenis penyakit reemerging desease, yaitu penyakit yang dulunya sempat ada, kemudian tidak ada dan sekarang muncul kembali. Filariasis (penyakit kaki gajah) atau juga dikenal dengan elephantiasi yaitu penyakit menular dan menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan berbagai spesies nyamuk. Di Indonesia, vektor penular filariasis hingga saat ini telah diketahui ada 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes dan Armigeres. Filariasis dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, tangan, dan organ kelamin
Filariasis merupakan kelompok penyakit pada manusia maupun hewan yang disebabkan oleh infeksi parasit Nematoda, ordo filaridae yang biasa disebut filariae. Penyakit ini baru menimbulkan gejala setelah terpapar selama beberapa tahun, oleh sebab itu pada anak-anak jarang mengalami filariasis klinis yang bermakna.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian penyakit filariasis
2. Untuk mengetahui penyebab penyakit filariasis
3. Untuk mengetahui morfologi penyakit filariasis
4. Untuk mengetahui gejala dari penyakit filariasis
5. Untuk mengetahui diagnosa penyakit filariasis
6. Untuk mengetahui pencegahan dan pengobatan penyakit filariasis
BAB II
ISI
A. Pengertian Penyakit Filariasis
Filariasis adalah penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di wilayah tropika seluruh dunia. Penyebabnya adalah edema, infeksi oleh sekelompok cacing nematoda parasit yang tergabung dalam superfamilia Filarioidea. Filariasis biasanya dikelompokkan menjadi tiga macam, berdasarkan bagian tubuh atau jaringan yang menjadi tempat bersarangnya: filariasis limfatik, filariasis subkutan (bawah jaringan kulit), dan filariasis rongga serosa (serous cavity). Filariasis limfatik disebabkan Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori[1]. bagian kelamin, tetapi W. bancrofti dapat menyerang tungkai dada, serta alat kelamin. Filariasis subkutan disebabkan oleh Loa loa (cacing mata Afrika), Mansonella streptocerca, Onchocerca volvulus, dan Dracunculus medinensis Gejala elefantiasis (penebalan kulit dan jaringan-jaringan di bawahnya) sebenarnya hanya disebabkan oleh filariasis limfatik ini. B. timori diketahui jarang menyerang (cacing guinea). Mereka menghuni lapisan lemak yang ada di bawah lapisan kulit. Jenis filariasis yang terakhir disebabkan oleh Mansonella perstans dan Mansonella ozzardi, yang menghuni rongga perut. Semua parasit ini disebarkan melalui nyamuk atau lalat pengisap darah, atau, untuk Dracunculus, oleh kopepoda (Crustacea).
B. Morfologi Penyakit Filariasis
Morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan letak bagian luar tubuh suatu organisme hidup. Berikut ini adalah morfologi penyakit filariasis.
• Larva stadium 1 panjangnya kurang lebih 147 mikron, bentuknya seperti sosis, ekornya panjang dan lancip.
• Larva stadium 2 panjangnya kurang lebih 450 mikron, bentuknya lebih gemuk dan lebih panjang daripada bentuk stadium 1, ekornya pendek seperti kerucut.
• Larva stadium 3 panjangnya kurang lebih 1200 mikron, bentuknya langsing, pada ekornya terdapat 3 buah papil.
• Mikrofilaria panjangnya kurang lebih 250 mikron, besarung pucat (pewarnaan hematoxilin), lekuk badan halus, panjang ruang kepala sama dengan lebarnya, inti halus dan teratur, tidak ada inti tambahan.
• Cacing dewasa (mikrofilaria) halus seperti benang, warna putih kekuningan.
• Cacing jantan panjangnya kurang lebih 40 mm ekornya melingkar, mempunyai 2 spikula.
• Cacing betina panjangnya 65 - 100 mm, ekor lurus berujung tumpul.
C. Gejala Penyakit Filariasis
Gejala Filariais Akut dapat berupa:
• Demam berulang-ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat
• Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan paha, ketiak (lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit
• Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung (retrograde lymphangitis)
• Filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening, dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah
• Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan terasa panas (early lymphodema)
D. Diagnosa penyakit filariasis
Penyakit kaki gajah ini umumnya terdeteksi melalui pemeriksaan mikroskopis darah, Sampai saat ini hal tersebut masih dirasakan sulit dilakukan karena microfilaria hanya muncul dan menampilkan diri dalam darah pada waktu malam hari selama beberapa jam saja (nocturnal periodicity).
Selain itu, berbagai methode pemeriksaan juga dilakukan untuk mendiagnosa penyakit kaki gajah. Diantaranya ialah dengan system yang dikenal sebagai Penjaringan membran, Metode konsentrasi Knott dan Teknik pengendapan.
Metode pemeriksaan yang lebih mendekati kearah diagnosa dan diakui oleh pihak WHO adalah dengan jalan pemeriksaan sistem "Tes kartu", Hal ini sangatlah sederhana dan peka untuk mendeteksi penyebaran parasit (larva). Yaitu dengan cara mengambil sample darah sistem tusukan jari droplets diwaktu kapanpun, tidak harus malam hari.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis antara lain sebagai berikut:
1. Diagnosis Immunologi dengan ELISA dan Immunochromatographic Test ( ICT ). Kedua teknik ini pada dasarnya menggunakan antibodi monoklonal yang spesifik untuk mendeteksi anti gen filarial dalam sirkulasi. Hasil tes yang positif menunjukan adanya infeksi aktif walaupun mikrofilaria tidak ditemukan dalam darah dan juga digunakan untuk monitor keefektifan terapi. Pada stadium opstruktif mikrofilaria sering tidak dijumpai dalam darah, tetapi ada didalam cairan hidrokel atau cairan chyluria.
2. Pemeriksaan urin dan mikroskopis: jika diduga filariasis limfatik, pemeriksaan urin secara makroskopis untuk chyluria kemudian dipusatkan untuk mikrofilaria.
3. CBC (Complete Blood Count): eosinofilia terjadi pada semua bentuk infeksi filariasis yang jelas.
4. Penilaian serum imunoglobulin: peningkatan serum Ige dan IgG4 dapat terlihat pada filariasis aktif.
E. Pengobatan, pencegahan dan rehabilitasi penyakit filariasis
1. Pengobatan
Penggunaan obat-obat anti filaria harus disesuaikan per individu. Penderita-penderita yang lebih tua dengan obstruksi limfatik kronis dan mereka yang tinggal pada daerah endemis tidak menunjukkan adanya manfaat dari pengobatan spesifik. Pengobatan filariasis harus spesifik dan sesuai dengan mikrofilaria yang terisolasi atau anti gen dalam darah yang terdeteksi.
Diethylcarbamazine (DEC) merupakan obat pilihan baik untuk pengobatan perorangan atau masal. DEC bersifat membunuh mikrofilaria dan juga cacing dewasa pada pengobatan jangka panjang. Pengobatan perorangan ditujukan untuk menghancurkan parasit dan mengeliminasi, mengurangi, atau mencagah kesakitan.
DEC merupakan derivat piperazine. Immobilisasi mikrofilaria terjadi dengan menurunkan aktivitas otot akibat efek hiperpolarisasi, namun mekanisme yang tepat belum diketahui. Perubahan permukaan membran dan peningkatan destruksi oleh didtem imun hospes juga terjadi. Bisa juga meningkatkan adhesi granulosit via mekanisme antibodi-dependent dan antibodi-independent. Diduga pula, DEC juga mengganggu proses intrasel mikrifilaria dan transpor makromolekul spesifik.
Dosis dewasa: 6 mg / kg / hari dalam dosis terbagi, setelah makan, selama > 12 hari, sering dalam 3 minggu. Dosis rendah ( kurang lebih 2-3 mg / kg / hari ) biasanya dianjurkan untuk 3 hari pertama pengobatan untuk menurunkan resiko efek samping. Pada anak usia < 2 tahun tidak diberikan, tapi untuk usia lebih dari 2 tahun, dosis sama dengan orang dewasa. Kontra indikasi bila terjadi reaksi hipersensitivitas. Individu yang lebih muda dengan limfangitis akut harus diberikan DEC 50 mg pada hari I, 2 x 50 mg pada hari II, 3 x 50 mg pada hari 3 dan 10 mg / kg BB pada hari ke 4-21. Pada pengobatan masal, pemberian DEC dosis standar tidak dianjurkan mengingat efek samping yang dapat ditimbulkan. Untuk itu DEC diberikan dengan dosis rendah dengan jangka waktu pemberian lebih lama untuk mencapai dosis total yang sama. Jika terjadi demam, nyeri kepala atau pembengkakan sendi maka pengobatan harus dihentikan dan diberikan kortikosteroid. Ivermectin (Mectizan, 22, 23- dihidroavermectin) merupakan derivat macrocyclic lactone dari Avermectin yang mempunyai aktivitas luas terhadap nematoda dan ektoparasit. Obat ini hanya membunuh mikrofilaria. Dosis dewasa adalah 150-200 µg / kg p.o.,dosis tunggal, diberikan kurang lebih 2-3 bulan sekali. Pada anak dengan usia < 5 tahun atau berat badan < 15 kg tidak dianjurkan sedangkan anak usia 5 tahun atau berat badan > 15 kg, dosis pemberian seperti dosis dewasa. Kontraindikasi untuk penderita dengan hipersensitivitas dan penyakit berat lain yang terjadi bersamaan, ibu hamil dan menyusui. Efek samping yang ditimbulkan lebih ringan daripada DEC.
2. Pencegahan
Pencegahan filariasis dapat dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk (mengurangi kontak dengan vektor) misalnya menggunakan kelambu sewaktu tidur, menutup ventilasi dengan kasa nyamuk, menggunakan obat nyamuk, mengoleskan kulit dengan obat anti nyamuk, menggunakan pakaian panjang yang menutupi kulit, tidak memakai pakaian berwarna gelap karena dapat menarik nyamuk, dan memberikan obat anti-filariasis (DEC dan Albendazol) secara berkala pada kelompok beresiko tinggi terutama di daerah endemis. Dari semua cara diatas, pencegahan yang paling efektif tentu saja dengan memberantas nyamuk itu sendiri dengan cara 3M.
Filariasis hanya dapat tersebar melalui vektor yang terinfeksi larva infektif. Pencegahan untuk mengurangi kontak antara manusia dan vektor serta menurunkan jumlah infeksi dengan mengadakan pencegahan pada hospes (manusia).
3. Rehabilitasi
Penderita filariasis yang telah menjalani pengobatan dapat sembuh total. Namun, kondisi mereka tidak bisa pulih seperti sebelumnya. Artinya, beberapa bagian tubuh yang membesar tidak bisa kembali normal seperti sedia kala. Rehabilitasi tubuh yang membesar tersebut dapat dilakukan dengan jalan operasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah yang telah kami buat dapat disimpulkan beberapa hal diantaranya yaitu:
1. Filariasis adalah penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di wilayah tropika seluruh dunia. Penyebabnya adalah edema, infeksi oleh sekelompok cacing nematoda parasit yang tergabung dalam superfamilia Filarioidea.
2. Penyakit kaki gajah (filariasis) ini umumnya terdeteksi melalui pemeriksaan mikroskopis darah.
3. lariasis dapat dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk (mengurangi kontak dengan vektor)
4. Pengobatan filariasis harus dilakukan secara masal dan pada daerah endemis dengan menggunakan obat Diethyl Carbamazine Citrate (DEC). DEC dapat membunuh mikrofilaria dan cacing dewasa pada pengobatan jangka panjang.
B. Saran
Diharapkan pemerintah dan masyarakat lebih serius menangani kasus filariasis karena penyakit ini dapat membuat penderitanya mengalami cacat fisik sehingga akan menjadi beban keluarga, masyarakat dan Negara. Dengan penanganan kasus filariasis ini pula, diharapkan Indonesia mampu mewujudkan program Indonesia Sehat Tahun 2010.
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Indonesia merupakan wilayah yang mempunyai iklim tropis. Di daerah iklim tropis, kemungkinan terjadinya penyakit filariasis atau kaki gajah lebih besar daripada didaerah yang beriklim sedang maupun dingin. Filariasis merupakan jenis penyakit reemerging desease, yaitu penyakit yang dulunya sempat ada, kemudian tidak ada dan sekarang muncul kembali. Filariasis (penyakit kaki gajah) atau juga dikenal dengan elephantiasi yaitu penyakit menular dan menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan berbagai spesies nyamuk. Di Indonesia, vektor penular filariasis hingga saat ini telah diketahui ada 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes dan Armigeres. Filariasis dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, tangan, dan organ kelamin
Filariasis merupakan kelompok penyakit pada manusia maupun hewan yang disebabkan oleh infeksi parasit Nematoda, ordo filaridae yang biasa disebut filariae. Penyakit ini baru menimbulkan gejala setelah terpapar selama beberapa tahun, oleh sebab itu pada anak-anak jarang mengalami filariasis klinis yang bermakna.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian penyakit filariasis
2. Untuk mengetahui penyebab penyakit filariasis
3. Untuk mengetahui morfologi penyakit filariasis
4. Untuk mengetahui gejala dari penyakit filariasis
5. Untuk mengetahui diagnosa penyakit filariasis
6. Untuk mengetahui pencegahan dan pengobatan penyakit filariasis
BAB II
ISI
A. Pengertian Penyakit Filariasis
Filariasis adalah penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di wilayah tropika seluruh dunia. Penyebabnya adalah edema, infeksi oleh sekelompok cacing nematoda parasit yang tergabung dalam superfamilia Filarioidea. Filariasis biasanya dikelompokkan menjadi tiga macam, berdasarkan bagian tubuh atau jaringan yang menjadi tempat bersarangnya: filariasis limfatik, filariasis subkutan (bawah jaringan kulit), dan filariasis rongga serosa (serous cavity). Filariasis limfatik disebabkan Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori[1]. bagian kelamin, tetapi W. bancrofti dapat menyerang tungkai dada, serta alat kelamin. Filariasis subkutan disebabkan oleh Loa loa (cacing mata Afrika), Mansonella streptocerca, Onchocerca volvulus, dan Dracunculus medinensis Gejala elefantiasis (penebalan kulit dan jaringan-jaringan di bawahnya) sebenarnya hanya disebabkan oleh filariasis limfatik ini. B. timori diketahui jarang menyerang (cacing guinea). Mereka menghuni lapisan lemak yang ada di bawah lapisan kulit. Jenis filariasis yang terakhir disebabkan oleh Mansonella perstans dan Mansonella ozzardi, yang menghuni rongga perut. Semua parasit ini disebarkan melalui nyamuk atau lalat pengisap darah, atau, untuk Dracunculus, oleh kopepoda (Crustacea).
B. Morfologi Penyakit Filariasis
Morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan letak bagian luar tubuh suatu organisme hidup. Berikut ini adalah morfologi penyakit filariasis.
• Larva stadium 1 panjangnya kurang lebih 147 mikron, bentuknya seperti sosis, ekornya panjang dan lancip.
• Larva stadium 2 panjangnya kurang lebih 450 mikron, bentuknya lebih gemuk dan lebih panjang daripada bentuk stadium 1, ekornya pendek seperti kerucut.
• Larva stadium 3 panjangnya kurang lebih 1200 mikron, bentuknya langsing, pada ekornya terdapat 3 buah papil.
• Mikrofilaria panjangnya kurang lebih 250 mikron, besarung pucat (pewarnaan hematoxilin), lekuk badan halus, panjang ruang kepala sama dengan lebarnya, inti halus dan teratur, tidak ada inti tambahan.
• Cacing dewasa (mikrofilaria) halus seperti benang, warna putih kekuningan.
• Cacing jantan panjangnya kurang lebih 40 mm ekornya melingkar, mempunyai 2 spikula.
• Cacing betina panjangnya 65 - 100 mm, ekor lurus berujung tumpul.
C. Gejala Penyakit Filariasis
Gejala Filariais Akut dapat berupa:
• Demam berulang-ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat
• Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan paha, ketiak (lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit
• Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung (retrograde lymphangitis)
• Filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening, dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah
• Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan terasa panas (early lymphodema)
D. Diagnosa penyakit filariasis
Penyakit kaki gajah ini umumnya terdeteksi melalui pemeriksaan mikroskopis darah, Sampai saat ini hal tersebut masih dirasakan sulit dilakukan karena microfilaria hanya muncul dan menampilkan diri dalam darah pada waktu malam hari selama beberapa jam saja (nocturnal periodicity).
Selain itu, berbagai methode pemeriksaan juga dilakukan untuk mendiagnosa penyakit kaki gajah. Diantaranya ialah dengan system yang dikenal sebagai Penjaringan membran, Metode konsentrasi Knott dan Teknik pengendapan.
Metode pemeriksaan yang lebih mendekati kearah diagnosa dan diakui oleh pihak WHO adalah dengan jalan pemeriksaan sistem "Tes kartu", Hal ini sangatlah sederhana dan peka untuk mendeteksi penyebaran parasit (larva). Yaitu dengan cara mengambil sample darah sistem tusukan jari droplets diwaktu kapanpun, tidak harus malam hari.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis antara lain sebagai berikut:
1. Diagnosis Immunologi dengan ELISA dan Immunochromatographic Test ( ICT ). Kedua teknik ini pada dasarnya menggunakan antibodi monoklonal yang spesifik untuk mendeteksi anti gen filarial dalam sirkulasi. Hasil tes yang positif menunjukan adanya infeksi aktif walaupun mikrofilaria tidak ditemukan dalam darah dan juga digunakan untuk monitor keefektifan terapi. Pada stadium opstruktif mikrofilaria sering tidak dijumpai dalam darah, tetapi ada didalam cairan hidrokel atau cairan chyluria.
2. Pemeriksaan urin dan mikroskopis: jika diduga filariasis limfatik, pemeriksaan urin secara makroskopis untuk chyluria kemudian dipusatkan untuk mikrofilaria.
3. CBC (Complete Blood Count): eosinofilia terjadi pada semua bentuk infeksi filariasis yang jelas.
4. Penilaian serum imunoglobulin: peningkatan serum Ige dan IgG4 dapat terlihat pada filariasis aktif.
E. Pengobatan, pencegahan dan rehabilitasi penyakit filariasis
1. Pengobatan
Penggunaan obat-obat anti filaria harus disesuaikan per individu. Penderita-penderita yang lebih tua dengan obstruksi limfatik kronis dan mereka yang tinggal pada daerah endemis tidak menunjukkan adanya manfaat dari pengobatan spesifik. Pengobatan filariasis harus spesifik dan sesuai dengan mikrofilaria yang terisolasi atau anti gen dalam darah yang terdeteksi.
Diethylcarbamazine (DEC) merupakan obat pilihan baik untuk pengobatan perorangan atau masal. DEC bersifat membunuh mikrofilaria dan juga cacing dewasa pada pengobatan jangka panjang. Pengobatan perorangan ditujukan untuk menghancurkan parasit dan mengeliminasi, mengurangi, atau mencagah kesakitan.
DEC merupakan derivat piperazine. Immobilisasi mikrofilaria terjadi dengan menurunkan aktivitas otot akibat efek hiperpolarisasi, namun mekanisme yang tepat belum diketahui. Perubahan permukaan membran dan peningkatan destruksi oleh didtem imun hospes juga terjadi. Bisa juga meningkatkan adhesi granulosit via mekanisme antibodi-dependent dan antibodi-independent. Diduga pula, DEC juga mengganggu proses intrasel mikrifilaria dan transpor makromolekul spesifik.
Dosis dewasa: 6 mg / kg / hari dalam dosis terbagi, setelah makan, selama > 12 hari, sering dalam 3 minggu. Dosis rendah ( kurang lebih 2-3 mg / kg / hari ) biasanya dianjurkan untuk 3 hari pertama pengobatan untuk menurunkan resiko efek samping. Pada anak usia < 2 tahun tidak diberikan, tapi untuk usia lebih dari 2 tahun, dosis sama dengan orang dewasa. Kontra indikasi bila terjadi reaksi hipersensitivitas. Individu yang lebih muda dengan limfangitis akut harus diberikan DEC 50 mg pada hari I, 2 x 50 mg pada hari II, 3 x 50 mg pada hari 3 dan 10 mg / kg BB pada hari ke 4-21. Pada pengobatan masal, pemberian DEC dosis standar tidak dianjurkan mengingat efek samping yang dapat ditimbulkan. Untuk itu DEC diberikan dengan dosis rendah dengan jangka waktu pemberian lebih lama untuk mencapai dosis total yang sama. Jika terjadi demam, nyeri kepala atau pembengkakan sendi maka pengobatan harus dihentikan dan diberikan kortikosteroid. Ivermectin (Mectizan, 22, 23- dihidroavermectin) merupakan derivat macrocyclic lactone dari Avermectin yang mempunyai aktivitas luas terhadap nematoda dan ektoparasit. Obat ini hanya membunuh mikrofilaria. Dosis dewasa adalah 150-200 µg / kg p.o.,dosis tunggal, diberikan kurang lebih 2-3 bulan sekali. Pada anak dengan usia < 5 tahun atau berat badan < 15 kg tidak dianjurkan sedangkan anak usia 5 tahun atau berat badan > 15 kg, dosis pemberian seperti dosis dewasa. Kontraindikasi untuk penderita dengan hipersensitivitas dan penyakit berat lain yang terjadi bersamaan, ibu hamil dan menyusui. Efek samping yang ditimbulkan lebih ringan daripada DEC.
2. Pencegahan
Pencegahan filariasis dapat dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk (mengurangi kontak dengan vektor) misalnya menggunakan kelambu sewaktu tidur, menutup ventilasi dengan kasa nyamuk, menggunakan obat nyamuk, mengoleskan kulit dengan obat anti nyamuk, menggunakan pakaian panjang yang menutupi kulit, tidak memakai pakaian berwarna gelap karena dapat menarik nyamuk, dan memberikan obat anti-filariasis (DEC dan Albendazol) secara berkala pada kelompok beresiko tinggi terutama di daerah endemis. Dari semua cara diatas, pencegahan yang paling efektif tentu saja dengan memberantas nyamuk itu sendiri dengan cara 3M.
Filariasis hanya dapat tersebar melalui vektor yang terinfeksi larva infektif. Pencegahan untuk mengurangi kontak antara manusia dan vektor serta menurunkan jumlah infeksi dengan mengadakan pencegahan pada hospes (manusia).
3. Rehabilitasi
Penderita filariasis yang telah menjalani pengobatan dapat sembuh total. Namun, kondisi mereka tidak bisa pulih seperti sebelumnya. Artinya, beberapa bagian tubuh yang membesar tidak bisa kembali normal seperti sedia kala. Rehabilitasi tubuh yang membesar tersebut dapat dilakukan dengan jalan operasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah yang telah kami buat dapat disimpulkan beberapa hal diantaranya yaitu:
1. Filariasis adalah penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di wilayah tropika seluruh dunia. Penyebabnya adalah edema, infeksi oleh sekelompok cacing nematoda parasit yang tergabung dalam superfamilia Filarioidea.
2. Penyakit kaki gajah (filariasis) ini umumnya terdeteksi melalui pemeriksaan mikroskopis darah.
3. lariasis dapat dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk (mengurangi kontak dengan vektor)
4. Pengobatan filariasis harus dilakukan secara masal dan pada daerah endemis dengan menggunakan obat Diethyl Carbamazine Citrate (DEC). DEC dapat membunuh mikrofilaria dan cacing dewasa pada pengobatan jangka panjang.
B. Saran
Diharapkan pemerintah dan masyarakat lebih serius menangani kasus filariasis karena penyakit ini dapat membuat penderitanya mengalami cacat fisik sehingga akan menjadi beban keluarga, masyarakat dan Negara. Dengan penanganan kasus filariasis ini pula, diharapkan Indonesia mampu mewujudkan program Indonesia Sehat Tahun 2010.
manajemen pelayanan kesehatan
MAKALAH
MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
PENGAWASAN MANAJEMEN
Disusun Oleh :
1. Evi Mustaviah (B1003013)
2. Evi Nurhidayah (B1003014)
3. Febriana P (B1003015)
4. Ferdian Bulan P (B1003016)
5. Ferdian Indra S (B1003017)
6. Feronika (B1003018)
DIREKTORAT PERGURUAN TINGGI
POLITEKNIK BANJARNEGARA
2011
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur telah penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. karena berkat limpahan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah bahasa Indonesia ini.
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia dan dengan harapan pembaca dapat lebih mengerti, memahami dan menerapkan penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari.
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masing dalam ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan senantiasa penulis harapkan dalam upaya penyempurnaan laporan ini.
Akhirnya penulis berharap, makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca dalam kegiatan belajar mengajar.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Banjarnegara, 21 April 2011
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fungsi pengawasan merupakan fungsi setiap manajer yang terakhir, setelah fungsi-fungsi merencanakan, mengorganisasi, menyusun tenaga kerja dan memberi perintah. Fungsi ini merupakan fungsi pimpinan yang berhubungan dengan usaha menyelamatkan jalannya perusahaan kearah pulau cita-cita, yakni kepada tujuan yang telah direncanakan.
Melakukan suatu tugas, hanya mungkin dengan baik bila seseorang yang melaksanakan tugas itu mengerti arti dan tujuan dari tugas yang dilaksanakan. Demikian pula seorang pemimpin yang melakukan tugas pengawasan, haruslah sungguh-sungguh mengerti arti dan tujuan dari pada pelaksanaan tugas pengawasan. Menerapkan prinsip-prinsip pengawasan dengan baik, akan mengefektifkan pengawasan dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, guna memeahami dengan jelas tentang pengawasan, perlu dijelaskan secara terperinci jenis-jenis pengawasan itu. Berhubung karena berbagai keadaan khusus badan usaha, dan keinginan mereka yang melaksanakan pengawasan, maka terdapat pula perbedaan-perbedaan dalam cara mengawasi.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian pengawasan
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pengawasan
3. Untuk mengetahui metode pengawasan
4. Untuk mengetahui tahap-tahap pengawasan
5. Untuk mengetahui syarat pengawasan
6. Untuk mengetahui jenis-jenis pengawasan
C. Rumusan Masalah
Dari masalah yang ada dapat dirumuskan:
1. Apa pengertian pengawasan?
2. Bagaimana bentuk-bentuk pengawasan?
3. Bagaimana metode pengawasan?
4. Bagaimana tahap-tahap pengawasan?
5. Apa saja syarat-syarat pengawasan?
6. Apa saja jenis-jenis pengawasan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Menurut Robert J. Mockler pengawasan yaitu usaha sistematik menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar, menentukan dan mengukur deviasi-deviasi dan mengambil tindakan koreksi yang menjamin bahwa semua sumber daya yang dimiliki telah dipergunakan dengan efektif dan efisien.
Pengendalian / Pengawasan adalah proses mengarahkan seperangkat variable / unsure ( manusia, peralatan, mesin, organisasi ) kearah tercapainya suatu tujuan atau sasaran manajemen.
Pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya.
Pengawasan adalah proses untuk memastikan bahwa segala aktifitas yang terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Pengawasan manajemen adalah suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan manajemen dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan dimana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya untuk mencapai tujuan atau sasaran manajemen.
Menurut Robert J. Mockler pengawasan yaitu usaha sistematik menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar, menentukan dan mengukur deviasi-deviasai dan mengambil tindakan koreksi yang menjamin bahwa semua sumber daya yang dimiliki telah dipergunakan dengan efektif dan efisien.
B. Bentuk-bentuk Pengawasan
• Pengawasan Pendahulu (feeforward control, steering controls)
Dirancang untuk mengantisipasi penyimpangan standar dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum kegiatan terselesaikan. Pengawasan ini akan efektif bila manajer dapat menemukan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang perubahan yang terjadi atau perkembangan tujuan.
• Pengawasan Concurrent (concurrent control)
Yaitu pengawasan “Ya-Tidak”, dimana suatu aspek dari prosedur harus memenuhi syarat yang ditentukan sebelum kegiatan dilakukan guna menjamin ketepatan pelaksanaan kegiatan.
• Pengawasan Umpan Balik (feedback control, past-action controls)
Yaitu mengukur hasil suatu kegiatan yang telah dilaksanakan, guna mengukur penyimpangan yang mungkin terjadi atau tidak sesuai dengan standar.
C. METODE-METODE PENGAWASAN
Metode-metode pengawasan bisa dikelompokkan ke dalam dua bagian; pengawasan non-kuantitatif dan pengawasan kuantitatif
a. Pengawasan Non-kuantitatif
Pengawasan non-kuantitatif tidak melibatkan angka-angka dan dapat digunakan untuk mengawasi prestasi organisasi secara keseluruhan. Teknik-teknik yang sering digunakan adalah:
• Pengamatan (pengendalian dengan observasi). Pengamatan ditujukan untuk mengendalikan kegiatan atau produk yang dapat diobservasi.
• Inspeksi teratur dan langsung. Inspeksi teratur dilakukan secara periodic dengan mengamati kegiatan atau produk yang dapat diobservasi.
• Laporan lisan dan tertulis. Laporan lisan dan tertulis dapat menyajikan informasi yang dibutuhkan dengan cepat disertai dengan feed-back dari bawahan dengan relatif lebih cepat.
• Evaluasi pelaksanaan.
• Diskusi antara manajer dengan bawahan tentang pelaksanaan suatu kegiatan. Cara ini dapat menjadi alat pengendalian karena masalah yang mungkin ada dapat didiagnosis dan dipecahkan bersama.
• Management by Exception (MBE). Dilakukan dengan memperhatikan perbedaan yang signifikan antara rencana dan realisasi. Teknik tersebut didasarkan pada prinsip pengecualian. Prinsip tersebut mengatakan bahwa bawahan mengerjakan semua kegiatan rutin, sementara manajer hanya mengerjakan kegiatan tidak rutin.
b. Pengawasan Kuantitatif
Pengawasan kuantitatif melibatkan angka-angka untuk menilai suatu prestasi. Beberapa teknik yang dapat dipakai dalam pengawasan kuantitatif adalah:
1) Anggaran
anggaran operasi, anggaran pembelanjaan modal, anggaran penjualan, anggaran kas
anggaran khusus, seperti planning programming, bud getting system (PBS), zero-base budgeting ( ZBB ), dan human resource accounting ( HRA )
2) Audit
• Internal Audit
Tujuan : membantu semua anggota manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab mereka dengan cara mengajukan analisis, penilaian, rekomendasi dan komentar mengenai kegiatan mereka.
• Ekternal Audit
Tujuan : menetukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar keadaan keuangan dan hasil perusahaan, pemeriksaan dilakasanakan oleh pihak yang bebas dari pengaruh manajemen.
3) Analisis break-even
Menganalisa dan menggambarkan hubungan biaya dan penghasilan untuk menentukan pada volume berapa agar biaya total sehingga tidak mengalami laba atau rugi.
4) Analisis rasio
Menyankut dua jenis perbandingan
• Membandingkan rasia saat ini dengan rasia-rasia dimasa lalu
• Membandingkan rasia-rasia suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis
5) Bagian dari Teknik yang berhubungan dengan waktu pelaksanaan kegiatan, seperti :
Bagan Ganti
a. Bagan yang mempunyai keluaran disatu sumbu dan satuan waktu disumbu yang lain serta menunjukan kegiatan yang direncanakan dan kegiatan yang telah diselesaikan dalam hubungan antar setiap kegiatan dan dalam hubunganya dengan waktu.
b. Program Evaluation and Reviw Technique (PERT)
Dirancang untuk melakukan scheduling dan pengawasan proyek – proyek yang bersifat kompleks dan yang memerlukan kegiatan – kegiatan tertentu yang harus dijalankan dalam urutan tertentu dan dibatasi oleh waktu.
D. Tahap-tahap Proses Pengawasan
1. Tahap Penetapan Standar, Tujuannya adalah sebagai sasaran, kuota, dan target pelaksanaan kegiatan yang digunakan sebagai patokan dalam pengambilan keputusan. Bentuk standar yang umum, yaitu :
• standar phisik
• standar moneter
• standar waktu
2. Tahap Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Digunakan sebagai dasar atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan secara tepat
3. Tahap Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Beberapa proses yang berulang-ulang dan kontinue, yang berupa atas, pengamatan, laporan, metode, pengujian, dan sampel.
4. Tahap Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa Penyimpangan
Digunakan untuk mengetahui penyebab terjadinya penyimpangan dan menganalisanya, juga digunakan sebagai alat pengambilan keputusan.
5. Tahap Pengambilan Tindakan Koreksi
Bila diketahui dalam pelaksanaannya terjadi penyimpangan, dimana perlu ada perbaikan dalam pelaksanaan.
E. Syarat-syarat Pengawasan
1. Pengawasan harus mendukung sifat dan kebutuhan kegiatan.
2. Pengawasan harus melaporkan setiap penyimpangan yang terjadi dengan segera.
3. Pengawasan harus mempunyai pandangan ke depan.
4. Pengawasan harus obyektif,teliti,dan sesuai dengan standard
5. Pengawasan harus luwes atau fleksibel.
6. Pengawasan harus serasi dengan pola organisasi.
7. Pengawasan harus ekonomis.
8. Pengawasan harus mudah dimengerti.
9. Pengawasan harus diikuti dengan perbaikan atau koreksi.
F. Jenis-jenis Pengawasan
Jenis-jenis pengawasan dapat ditinjau dari 3 segi :
1. Pengawasan dari segi waktu, yang dipakai dalam pengawasan ialah perencanaan budget, sedangkan pengawasan secara repensif alat budget dan laporan.
2. Pengawasan dilihat dari segi obyektif, Pengawasan dari segi obyektif ialah pengawasan terhadap produksi dan sebagainya. Ada juga yang mengatakan karyawan daru segi obyek merupakan pengawasan secara administratif dan pengawasa operatif. Contoh pengawasan administratif ialah pengawasan anggaran, inspeksi, pengawasan order dan pengawasan kebijaksanaan.
3.Pengawasan dari segi subyek, Pengawasan dari segi subyek terdiri dari pengawasanintern dan pengawasan ekstern.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa :
1. Pengawasan yaitu usaha sistematik menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar, menentukan dan mengukur deviasi-deviasai dan mengambil tindakan koreksi yang menjamin bahwa semua sumber daya yang dimiliki telah dipergunakan dengan efektif dan efisien.
2. Syarat-syarat Pengawasan yaitu :
1. Pengawasan harus mendukung sifat dan kebutuhan kegiatan.
2. Pengawasan harus melaporkan setiap penyimpangan yang terjadi dengan segera.
3. Pengawasan harus mempunyai pandangan ke depan.
4. Pengawasan harus obyektif,teliti,dan sesuai dengan standard
5. Pengawasan harus luwes atau fleksibel.
6. Pengawasan harus serasi dengan pola organisasi.
7. Pengawasan harus ekonomis.
8. Pengawasan harus mudah dimengerti.
9. Pengawasan harus diikuti dengan perbaikan atau koreksi.
B. Saran
• Sebaiknya dalam melakukan pengawasan, di pilih orang yang benar – benar mengerti arti dan tujuan tugas yang di laksanakan, agar pengawasan bejalan dengan baik.
• Sebaiknya dalam melakukan pengawasan menerapkan prinsip-prinsip pengawasan dengan baik, supaya mengefektifkan pengawasan dalam pelaksanaannya.
DAFTAR PUSTAKA
• http://jajusuf.blogspot.com/2009/11/manajemen-umum-pengawasan.html
• pusdiklatwas.bpkp.go.id/filenya/namafile/300/Manwas_Dalnis.pdf
• luluk.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/.../Pertemuan+ketigabelas.ppt
• puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/man/article/.../15598/15590
• www.makalahmanajemen.com/.../manajemen-dasar-dan-teknik-pengawasan.html
• www.bppk.depkeu.go.id/.../manajemen.../manajemen-risiko-dan-fungsi-pengawasan.html
• elviraholics.blogspot.com/.../pengawasan-manajemen-dalam-kehidupan.html
MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
PENGAWASAN MANAJEMEN
Disusun Oleh :
1. Evi Mustaviah (B1003013)
2. Evi Nurhidayah (B1003014)
3. Febriana P (B1003015)
4. Ferdian Bulan P (B1003016)
5. Ferdian Indra S (B1003017)
6. Feronika (B1003018)
DIREKTORAT PERGURUAN TINGGI
POLITEKNIK BANJARNEGARA
2011
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur telah penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. karena berkat limpahan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah bahasa Indonesia ini.
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia dan dengan harapan pembaca dapat lebih mengerti, memahami dan menerapkan penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari.
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masing dalam ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan senantiasa penulis harapkan dalam upaya penyempurnaan laporan ini.
Akhirnya penulis berharap, makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca dalam kegiatan belajar mengajar.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Banjarnegara, 21 April 2011
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fungsi pengawasan merupakan fungsi setiap manajer yang terakhir, setelah fungsi-fungsi merencanakan, mengorganisasi, menyusun tenaga kerja dan memberi perintah. Fungsi ini merupakan fungsi pimpinan yang berhubungan dengan usaha menyelamatkan jalannya perusahaan kearah pulau cita-cita, yakni kepada tujuan yang telah direncanakan.
Melakukan suatu tugas, hanya mungkin dengan baik bila seseorang yang melaksanakan tugas itu mengerti arti dan tujuan dari tugas yang dilaksanakan. Demikian pula seorang pemimpin yang melakukan tugas pengawasan, haruslah sungguh-sungguh mengerti arti dan tujuan dari pada pelaksanaan tugas pengawasan. Menerapkan prinsip-prinsip pengawasan dengan baik, akan mengefektifkan pengawasan dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, guna memeahami dengan jelas tentang pengawasan, perlu dijelaskan secara terperinci jenis-jenis pengawasan itu. Berhubung karena berbagai keadaan khusus badan usaha, dan keinginan mereka yang melaksanakan pengawasan, maka terdapat pula perbedaan-perbedaan dalam cara mengawasi.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian pengawasan
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pengawasan
3. Untuk mengetahui metode pengawasan
4. Untuk mengetahui tahap-tahap pengawasan
5. Untuk mengetahui syarat pengawasan
6. Untuk mengetahui jenis-jenis pengawasan
C. Rumusan Masalah
Dari masalah yang ada dapat dirumuskan:
1. Apa pengertian pengawasan?
2. Bagaimana bentuk-bentuk pengawasan?
3. Bagaimana metode pengawasan?
4. Bagaimana tahap-tahap pengawasan?
5. Apa saja syarat-syarat pengawasan?
6. Apa saja jenis-jenis pengawasan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Menurut Robert J. Mockler pengawasan yaitu usaha sistematik menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar, menentukan dan mengukur deviasi-deviasi dan mengambil tindakan koreksi yang menjamin bahwa semua sumber daya yang dimiliki telah dipergunakan dengan efektif dan efisien.
Pengendalian / Pengawasan adalah proses mengarahkan seperangkat variable / unsure ( manusia, peralatan, mesin, organisasi ) kearah tercapainya suatu tujuan atau sasaran manajemen.
Pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya.
Pengawasan adalah proses untuk memastikan bahwa segala aktifitas yang terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Pengawasan manajemen adalah suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan manajemen dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan dimana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya untuk mencapai tujuan atau sasaran manajemen.
Menurut Robert J. Mockler pengawasan yaitu usaha sistematik menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar, menentukan dan mengukur deviasi-deviasai dan mengambil tindakan koreksi yang menjamin bahwa semua sumber daya yang dimiliki telah dipergunakan dengan efektif dan efisien.
B. Bentuk-bentuk Pengawasan
• Pengawasan Pendahulu (feeforward control, steering controls)
Dirancang untuk mengantisipasi penyimpangan standar dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum kegiatan terselesaikan. Pengawasan ini akan efektif bila manajer dapat menemukan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang perubahan yang terjadi atau perkembangan tujuan.
• Pengawasan Concurrent (concurrent control)
Yaitu pengawasan “Ya-Tidak”, dimana suatu aspek dari prosedur harus memenuhi syarat yang ditentukan sebelum kegiatan dilakukan guna menjamin ketepatan pelaksanaan kegiatan.
• Pengawasan Umpan Balik (feedback control, past-action controls)
Yaitu mengukur hasil suatu kegiatan yang telah dilaksanakan, guna mengukur penyimpangan yang mungkin terjadi atau tidak sesuai dengan standar.
C. METODE-METODE PENGAWASAN
Metode-metode pengawasan bisa dikelompokkan ke dalam dua bagian; pengawasan non-kuantitatif dan pengawasan kuantitatif
a. Pengawasan Non-kuantitatif
Pengawasan non-kuantitatif tidak melibatkan angka-angka dan dapat digunakan untuk mengawasi prestasi organisasi secara keseluruhan. Teknik-teknik yang sering digunakan adalah:
• Pengamatan (pengendalian dengan observasi). Pengamatan ditujukan untuk mengendalikan kegiatan atau produk yang dapat diobservasi.
• Inspeksi teratur dan langsung. Inspeksi teratur dilakukan secara periodic dengan mengamati kegiatan atau produk yang dapat diobservasi.
• Laporan lisan dan tertulis. Laporan lisan dan tertulis dapat menyajikan informasi yang dibutuhkan dengan cepat disertai dengan feed-back dari bawahan dengan relatif lebih cepat.
• Evaluasi pelaksanaan.
• Diskusi antara manajer dengan bawahan tentang pelaksanaan suatu kegiatan. Cara ini dapat menjadi alat pengendalian karena masalah yang mungkin ada dapat didiagnosis dan dipecahkan bersama.
• Management by Exception (MBE). Dilakukan dengan memperhatikan perbedaan yang signifikan antara rencana dan realisasi. Teknik tersebut didasarkan pada prinsip pengecualian. Prinsip tersebut mengatakan bahwa bawahan mengerjakan semua kegiatan rutin, sementara manajer hanya mengerjakan kegiatan tidak rutin.
b. Pengawasan Kuantitatif
Pengawasan kuantitatif melibatkan angka-angka untuk menilai suatu prestasi. Beberapa teknik yang dapat dipakai dalam pengawasan kuantitatif adalah:
1) Anggaran
anggaran operasi, anggaran pembelanjaan modal, anggaran penjualan, anggaran kas
anggaran khusus, seperti planning programming, bud getting system (PBS), zero-base budgeting ( ZBB ), dan human resource accounting ( HRA )
2) Audit
• Internal Audit
Tujuan : membantu semua anggota manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab mereka dengan cara mengajukan analisis, penilaian, rekomendasi dan komentar mengenai kegiatan mereka.
• Ekternal Audit
Tujuan : menetukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar keadaan keuangan dan hasil perusahaan, pemeriksaan dilakasanakan oleh pihak yang bebas dari pengaruh manajemen.
3) Analisis break-even
Menganalisa dan menggambarkan hubungan biaya dan penghasilan untuk menentukan pada volume berapa agar biaya total sehingga tidak mengalami laba atau rugi.
4) Analisis rasio
Menyankut dua jenis perbandingan
• Membandingkan rasia saat ini dengan rasia-rasia dimasa lalu
• Membandingkan rasia-rasia suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis
5) Bagian dari Teknik yang berhubungan dengan waktu pelaksanaan kegiatan, seperti :
Bagan Ganti
a. Bagan yang mempunyai keluaran disatu sumbu dan satuan waktu disumbu yang lain serta menunjukan kegiatan yang direncanakan dan kegiatan yang telah diselesaikan dalam hubungan antar setiap kegiatan dan dalam hubunganya dengan waktu.
b. Program Evaluation and Reviw Technique (PERT)
Dirancang untuk melakukan scheduling dan pengawasan proyek – proyek yang bersifat kompleks dan yang memerlukan kegiatan – kegiatan tertentu yang harus dijalankan dalam urutan tertentu dan dibatasi oleh waktu.
D. Tahap-tahap Proses Pengawasan
1. Tahap Penetapan Standar, Tujuannya adalah sebagai sasaran, kuota, dan target pelaksanaan kegiatan yang digunakan sebagai patokan dalam pengambilan keputusan. Bentuk standar yang umum, yaitu :
• standar phisik
• standar moneter
• standar waktu
2. Tahap Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Digunakan sebagai dasar atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan secara tepat
3. Tahap Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Beberapa proses yang berulang-ulang dan kontinue, yang berupa atas, pengamatan, laporan, metode, pengujian, dan sampel.
4. Tahap Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa Penyimpangan
Digunakan untuk mengetahui penyebab terjadinya penyimpangan dan menganalisanya, juga digunakan sebagai alat pengambilan keputusan.
5. Tahap Pengambilan Tindakan Koreksi
Bila diketahui dalam pelaksanaannya terjadi penyimpangan, dimana perlu ada perbaikan dalam pelaksanaan.
E. Syarat-syarat Pengawasan
1. Pengawasan harus mendukung sifat dan kebutuhan kegiatan.
2. Pengawasan harus melaporkan setiap penyimpangan yang terjadi dengan segera.
3. Pengawasan harus mempunyai pandangan ke depan.
4. Pengawasan harus obyektif,teliti,dan sesuai dengan standard
5. Pengawasan harus luwes atau fleksibel.
6. Pengawasan harus serasi dengan pola organisasi.
7. Pengawasan harus ekonomis.
8. Pengawasan harus mudah dimengerti.
9. Pengawasan harus diikuti dengan perbaikan atau koreksi.
F. Jenis-jenis Pengawasan
Jenis-jenis pengawasan dapat ditinjau dari 3 segi :
1. Pengawasan dari segi waktu, yang dipakai dalam pengawasan ialah perencanaan budget, sedangkan pengawasan secara repensif alat budget dan laporan.
2. Pengawasan dilihat dari segi obyektif, Pengawasan dari segi obyektif ialah pengawasan terhadap produksi dan sebagainya. Ada juga yang mengatakan karyawan daru segi obyek merupakan pengawasan secara administratif dan pengawasa operatif. Contoh pengawasan administratif ialah pengawasan anggaran, inspeksi, pengawasan order dan pengawasan kebijaksanaan.
3.Pengawasan dari segi subyek, Pengawasan dari segi subyek terdiri dari pengawasanintern dan pengawasan ekstern.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa :
1. Pengawasan yaitu usaha sistematik menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar, menentukan dan mengukur deviasi-deviasai dan mengambil tindakan koreksi yang menjamin bahwa semua sumber daya yang dimiliki telah dipergunakan dengan efektif dan efisien.
2. Syarat-syarat Pengawasan yaitu :
1. Pengawasan harus mendukung sifat dan kebutuhan kegiatan.
2. Pengawasan harus melaporkan setiap penyimpangan yang terjadi dengan segera.
3. Pengawasan harus mempunyai pandangan ke depan.
4. Pengawasan harus obyektif,teliti,dan sesuai dengan standard
5. Pengawasan harus luwes atau fleksibel.
6. Pengawasan harus serasi dengan pola organisasi.
7. Pengawasan harus ekonomis.
8. Pengawasan harus mudah dimengerti.
9. Pengawasan harus diikuti dengan perbaikan atau koreksi.
B. Saran
• Sebaiknya dalam melakukan pengawasan, di pilih orang yang benar – benar mengerti arti dan tujuan tugas yang di laksanakan, agar pengawasan bejalan dengan baik.
• Sebaiknya dalam melakukan pengawasan menerapkan prinsip-prinsip pengawasan dengan baik, supaya mengefektifkan pengawasan dalam pelaksanaannya.
DAFTAR PUSTAKA
• http://jajusuf.blogspot.com/2009/11/manajemen-umum-pengawasan.html
• pusdiklatwas.bpkp.go.id/filenya/namafile/300/Manwas_Dalnis.pdf
• luluk.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/.../Pertemuan+ketigabelas.ppt
• puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/man/article/.../15598/15590
• www.makalahmanajemen.com/.../manajemen-dasar-dan-teknik-pengawasan.html
• www.bppk.depkeu.go.id/.../manajemen.../manajemen-risiko-dan-fungsi-pengawasan.html
• elviraholics.blogspot.com/.../pengawasan-manajemen-dalam-kehidupan.html
laporan farmakologi kunjungan puskesmas
TUGAS FARMAKOLOGI
LAPORAN KUNJUNGAN
DI PUSKESMAS 2 MADUKARA
DISUSUN OLEH:
1. ESTRI MEISAROH (B1003012)
2. EVI NURHIDAYAH (B1003014)
3. FERDIAN BULAN P (B1003016)
4. FERONIKA (B1003018)
5. GENTUR TRI UTOMO (B1003020)
PROGRAM STUDI DIII KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK BANJARNEGARA
2011
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur telah penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. karena berkat limpahan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan farmakologi ini.
Maksud dan tujuan dari penulisan laporan ini adalah agar pembaca dapat lebih mengerti, dan memahami tentang obat-obat yang digunakan dalam mengatasi penyakit malaria.
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih dalam ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan senantiasa penulis harapkan dalam upaya penyempurnaan laporan ini.
Akhirnya penulis berharap, laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca dalam kegiatan belajar mengajar.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Banjarnegara, Mei 2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Puskesmas adalah salah satu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam kegiatan pokok.
Fungsi Puskesmas diantaranya yaitu:
1. Sebagai Pusat Pengembangan Kesehatan masyarakat diwilayah kerjanya.
2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.
3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat wilayah kerjanya.
Dilihat dari pengertian dan fungsi puskesmas diatas, kegiatan di puskesmas harus bisa mengatasi berbagai masalah penyakit yang ada di msyarakat seperti halnya penyakit malaria yang hingga sekarang masing menjadi masalah. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa yang disebut Plasmodium yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Anopheles betina, yang dalam salah satu tahap perkembang biakannya akan memasuki dan menghancurkan sel-sel darah merah. Plasmodium adalah binatang bersel satu ( parasit ) yang hidup dalam darah, menyerang sel darah merah dan menyebabkan sakit malaria. Plasmodium yang menyebarkan penyakit malaria berasal dari spesies Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax, Plasmodium ovale,dan Plasmodium malariae. Malaria merupakan penyakit yang dapat mengakibatkan kematian bagi penderitanya oleh karena itu penyakit malaria tersebut harus dicegah sedini mungkin, selain itu kita juga harus mengenal obat-obat yang digunakan untuk mengatasi penyakit malaria tesebut beserta dosis dari masing-masing obat agar apabila ada orang yang terkena penyakit malaria tersebut dapat diobati sedini mungkin. Oleh karena itu kami melakukan kunjungan lapangan ini untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan obat-obat yang digunakan untuk mengatasi penyakit malaria tersebut.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari laporan kunjungan ini yaitu:
1. Untuk mengetahui fungsi Puskesmas.
2. Untuk mengetahui program malaria di Puskesmas Madukara 2.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis obat yang digunakan dalam penanganan penyakit malaria
4. Untuk mengetahui perbedaan obat dari masing-masing jenis plasmodium
5. Untuk mengetahui takaran atau dosis yang digunakan dari tiap-tiap obat tersebut
C. Rumusan Masalah
Dari masalah yang ada, dapat dirumuskan:
1. Apa saja fungsi Puskesmas?
2. Bagaimana program malaria di Puskesmas Madukara 2?
3. Apa saja jenis-jenis obat yang digunakan dalam penanganan penyakit malaria?
4. Bagaimana perbedaan obat dari masing-masing jenis plasmodium?
5. Bagaimana takaran atau dosis yang digunakan dari tiap-tiap obat tersebut?
D. Waktu Pelaksanaan
Waktu dilaksanakannya Kunjungan Lapangan ini adalah pada hari Jum’at, tanggal 13 Mei 2011.
E. Tempat Pelaksanaan
Tempat dilaksanakannya Kunjungan Lapangan ini adalah di Puskesmas 2 Madukara.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Fungsi Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan UPTD dalam menjalankan fungsinya yaitu melaksanakan pelayanan kesehatan dasar secara langsung kepada masyarakat salah satunya adalah kegiatan pelayanan pengobatan selalu membutuhkan obat publik.
Puskesmas 2 madukara adalah UPTD yang melaksanakan pelayanan kesehatan dasar sacara langsung kepada masyarakat dengan jumlah kurang lebih 23.000 jiwa dari 9 kelurahan yang ada.
Puskesmas madukara 2 memiliki 3 Fungsi yaitu:
1. Menjadi tempat / penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
2. Sebagai pusat pelayanan kesehatan
3. Sebagai pusat penggerak pemberdayaan masyarakat.
B. Program Malaria di Puskesmas Madukara 2
Puskesmas madukara 2 memiliki beberapa program kesehatan yang salah satunya yaitu pemberantasan penyakit menular seperti ISPA, TB, Diare, dan Malaria. Program Malaria yang ada di puskesmas Madukara 2 salah satunya yaitu Penemuan Penyakit Malaria,
1. ACD (active case detection) adalah program penemuan malaria dengan cara petugas malaria yang ada seperti Juru Malaria Desa (JMD) secara aktif berkunjung ke rumah-rumah warga dengan jadwal berkunjung ke wilayahnya masing-masing selama 1 minngu sekali.
2. PCD (passive case detection) adalah program penemuan malaria dengan cara apabila ada pasien atau penderita malaria mengalami gejala klinis, maka langsung dibawa ke laboratorium untuk diambil sediaan darahnya dan menunggu hasilnya. Jika hasil dari pengambilan sediaan darah tersebut positif maka langsung diobati sesuai jenis plasmodiumnya.
C. Jenis-jenis obat, perbedaan dan takaran dosis yang digunakan dalam penanganan penyakit malaria.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, obat adalah bahan yang digunakan untuk mengurangi, menghilangkan penyakit atau menyembuhkan seseorang dari penyakit. Dari pengertian tersebut tampak bahwa pengertian obat dalam arti yang sempit hanya untuk proses penyembuhan saja. Padahal obat bukan hanya digunakan untuk penyembuhan terhadap penyakit saja, tetapi juga digunakan untuk mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan dan memulihkan kesehatan bahkan dapat juga digunakan untuk mendiagnosa suatu penyakit.
Menurut Bahfen bahwa obat merupakan bahan atau campuran bahan yang digunakan untuk mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan, mengobati penyakit, memulihkan kesehatan dan mendiagnosa suatu penyakit yang dapat mempengaruhi fungsi tubuh.
Dari beberapa pengertian obat diatas dapat diketahui bahwa obat sangat bermacam-macam, begitu pula dengan obat malaria, berbeda-beda sesuai dengan parasit yang ada. Berikut adalah macam-macam obat yang digunakan dalam penanganan penyakit malaria.
1. Pengobatan malaria falciparum
A. Pengobatan Lini Pertama Malaria Falciparum Menurut Kelompok Umur
Hari Jenis Obat Jumlah tablet per hari menurut kelompok umur
0-1 bln 2-11 bln 1-4 thn 5-9 thn 10-11 thn >15 th
I Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4
Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4
Primakuin - - ¾ 1 ½ 2 2-3
II Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4
Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4
III Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4
Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4
• Pengobatan efektif bila sampai dengan H28 setelah pemberian obat, klinis sembuh (sejak H4) dan tidak ditemukan parasit stadium aseksual sejak H7
• Pengobatan tidak efektif bila sampai H28 gejala klinis memburuk dan parasit aseksual positif atau gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang (persisten) atau timbul kembali (rekrudesensi)
• Pengobatan lini kedua diberikan bila pengobatan lini pertama tidak efektif bila ditemukan gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang (persisten) atau timbul kembali (rekrudesensi).
B. Pengobatan Lini Kedua Malaria Falciparum
• Pengobatan lini kedua menggunakan Kina + Doksisiklin atau Tetrasiklin + Primakuin
• Tablet Kina mengandung 200 mg kina fosfat atau sulfat, diberikan per-oral, 3 kali sehari dosis 10 mg/kg BB selama 7 hari
• Doksisiklin mengandung 50 mg dan 100 mg Doksisiklin HCI, diberikan 2 kali per hari selama 7 hari dengan dosis dewasa 4 mg/kg BB/hari, dosis anak usia 8-14 tahun 2 mg/ kg BB/hari. Tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan anak usia < 8 tahun. Bila tidak ada Doksisiklin dapat sigunakan Tetrasiklin • Tetrasiklin mengandung 250 mg Tetrasiklin HCI, diberikan 4 kali sehari selama 7 hari, dengan dosis 4-5 mg/ kg BB/hari. Tidak boleh diberikan pada anak usia < 8 tahun dan ibu hamil. Hari Jenis Obat Jumlah tablet per hari menurut kelompok umur 0-11 bln 1-4 thn 5-9 thn 10-11 thn >15 thn
I Kina *) 3 x ½ 3 x 1 3 x 1 1/2 3 x (2-3)
Dosisiklin - - - 2 x 1 **) 2 x 1 ***)
Primakuin - ¾ 1 ½ 2 2-3
II-IV Kina *) 3 x 1/2 3 x 1 3 x 1 1/2 3 x (2-3)
Doksisiklin - - - 2 x 1 **) 2 x 1 ***)
• *) Dosis diberikan kk/BB
• **) 2 x 50 mg Doksisiklin
• ***) 2 x 100 mg Doksisiklin
Hari Jenis Obat Jumlah tablet per hari menurut kelompok umur
0-11 bln 1-4 thn 5-9 thn 10-11 thn >15 thn
I Kina *) 3 x ½ 3 x 1 3 x 1 ½ 3 x (2-3)
Tetrasiklin - - - *) 4 x 1 **)
Primakuin - ¾ 1 ½ 2 2-3
II-IV Kina *) 3 x ½ 3 x 1 3 x 1 ½ 3 x (2-3)
Tetrasiklin - - - *) 4 x 1 **)
• *) Dosis diberikan kk/BB
• **) 4 x 250 mg Tetrasiklin
C. Pengobatan malaria falciparum di sarana kesehatan yang belum tersedia obat Artesunat-Amodiakuin
Hari Jenis Obat Jumlah Tablet per Hari Menurut Kelompok Umur
I 0-11 bln 1-4 thn 5-9 thn 10-11 thn >15 thn
SP - ¾ 1 ½ 2 3
Primakuin - ¾ 1 ½ 2 2-3
• Bila pengobatan SP tidak efektif (gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang atau timbul kembali) atau penderita mempunyai riwayat alergi terhadap SP atau golongan sulfa lainnya, penderita siberi regimen Kina + Doksisiklin atau Tetrasiklin + Primakuin.
2. Pengobatan malaria Vivax dan malaria Ovale
Lini pertama pengobatan malaria Vivax dan malaria Ovale adalah klorokuin + primakuin
Pemberian klorokuin bertujuan untuk membunuh parasit stadium aseksual dan seksual
Pemberian primakuin bertujuan untuk membunuh hipnozoit di sel hati dan parasit aseksual di eritrosit
Tablet klorokuin mengandung 250 mg difosfat setara dengan 150 mg basa, diberikan 1 kali per hari selama 3 hari dengan dosis total 25 mg basa / kg BB
Dosis primakuin 0,25 mg/kg BB per hari selama 14 hari diberikan bersama klorokuin. Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, bayi < 1 tahun dan defisiensi G6-PD. A. Lini pertama pengobatan malaria Vivax dan malaria Ovale Hari Jenis Obat Jumlah Tablet per Hari Menurut Kelompok Umur (dosis tunggal) 0-1 bln 2-11 bln 1-4 thn 5-9 thn 10-14 thn >15 thn
H-1 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4
Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
H-2 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4
Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
H-3 Klorokuin 1/8 ¼ ½ 1 1 ½ 2
Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
H-4-14 primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
• Pengobatan efektif bila sampai dengan H28 setelah pemberian obat, klinis sembuh (sejak H4) dan tidak ditemukan parasit stadium aseksual setelah H7.
• Pengobatan tidak efektif bila sampai H28 gejala klinis memburuk dan parasit aseksual positif atau gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang (persisten) atau timbul kembali sebelum H14 (kemungkinan resisten). Gejala klinis membaik tetapi parasit aseksual timbul kambali antara H15 sampai H28 (kemungkinan resisten, relaps atau infeksi baru).
• Pengobatan lini kedua diberikan bila pengobatan lini pertama tidak efektif.
B. Pengobatan malaria vivax resisten klorokuin
Hari Jenis Obat Jumlah Tablet per Hari Menurut Kelompok Umur
0-1 bln 2-11 bln 1-4 thn 5-9 thn 10-14 thn >15 thn
H1-7 Kina *) *) 3 x ½ 3 x 1 3 x 1 ½ 3 x 3
H1-14 primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
*) dosis diberikan kg/BB
C. Pengobatan malaria vivax yang relaps (kambuh)
Hari Jenis Obat Jumlah Tablet per Hari Menurut Kelompok Umur
0-1 bln 2-11 bln 1-4 thn 5-9 thn 10-14 thn >15 thn
H-1
Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4
Primakuin - - ½ ½ 1 ½ 2
H-2
Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4
Primakuin - - ½ ½ 1 ½ 2
H-3 Klorokuin 1/8 ¼ ½ 1 1 ½ 2
Primakuin - - ½ ½ 1 ½ 2
H-4-14 primakuin - - ½ ½ 1 ½ 2
D. Pengobatan malaria vivax penderita defisiensi G6-PD
• Penderita defisiensi G6-PD dapat diketahui melalui anamnesis ada keluhan atau riwayat warna urine coklat kehitaman setelah minum obat (golongan sulfa, primakuin, kina, klorokuin, dll) maka pengobatan diberikan secara mingguan.
• Klorokuin diberikan 1 x per-minggu selama 8-12 minggu dengan dosis 10 mg basa/kg BB/kali dan primakuin dengan dosis 0,75 mg/Kg BB/kali.
Lama Pemberian Dalam Mingguan Jenis Obat Jumlah Tablet per Hari Menurut Kelompok Umur
0-1 bln 2-11 bln 1-4 thn 5-9 thn 10-14 thn >15 thn
8-12 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4
8-12 primakuin - - ¾ 1 ½ 2 ¼ 3
3. Pengobatan Malaria Malariae
Hari Jenis Obat Jumlah Tablet per Hari Menurut Kelompok Umur
0-1 bln 2-11 bln 1-4 thn 5-9 thn 10-14 thn >15 thn
H1 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3 – 4
H2 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3 – 4
H3 Klorokuin 1/8 ¼ ½ 1 1 ½ 2
Pengobatan Malaria Dengan Komplikasi
Malaria berat / komplikasi adalah ditemukannya Pl. falciparum stadium aseksual dengan satu atau beberapa keadaan dibawah ini (WHO,1997):
1. Malaria cerebral (malaria otak) adalah malaria dengan penurunan kesadaran,penilaian derajat kesadaran dilakukan berdasarkan GCS (Glasgow Coma Scale) pada dewasa GCS yaitu <15 sedang pada anak berdasar Blantyre Coma Scale yaitu <3 atau koma >30 menit setelah serangan kejang yang tidak disebabkan oleh penyakit lain.
2. Anemia berat (Hb <5 gr% atau hematokrit <15%) pada keadaan hitung parasit >10.000/µL. bila anemia hipokromik mikrositik harus dikesampingkan adanya anemia defisiensi besi, talasemia,/hemoglobinopati lainnya.
3. Gagal ginjal akut (urine <400 ml/24 jam pada orang dewasa atau < 1 ml/kgBB/jam pada anak setelah dilakukan rehidrasi, dengan kreatinin darah >3 mg%)
4. Edema paru atau Acute Respiratory Distress Syndrome.
5. Hipoglikemia : gula darah < 40 mg/% 6. Gagal sirkulasi atau shock : tekanan sistolik <70 mgHg (pada anak tekanan nadi <20 mmHg) disertai keringat dingin. 7. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, alat pencernaan dan atau disertai kelainan laboratorik adanya gangguan koagulasi intra-vaskuler. 8. Kejang berulang >2 kali per 24 jam setelah pendinginan pada hepertermia.
9. Asidemia (pH < 7,25) atau asidosis (bikarbonat plasma < 15 mmol/L)
10. Makroskopik hemoglobinuria oleh karena infeksi malaria akut (bukan karena obat anti malaria pada seorang dengan defisiensi G6-PD)
Pemberian obat anti malaria pada penderita malaria berat:
1. Pilihan utama derivate artemisinin parenteral adalah Artesunat intravena atau intramuscular dan Artemeter Intramuskular.
2. Artesunat parental direkomendasikan digunakan untuk Rumah Sakit atau Puskesmas Perawatan, sedang Artemeter Intramuskular untuk di lapangan atau puskesmas tanpa perawatan, obat tidak boleh untuk ibu hamil trimester I dengan malaria berat.
3. Artesunat parental tersedia dalam vial berisi 60 mg serbuk kering asam artesunik dan pelarut dalam ampul berisi 0,6 ml Na Bikarbonat 5%. Larutan artesunat dibuat dengan cc. diberikan dengan loading dose secara bolus 2,4 mg/kgBB per-i.v selama kurang lebih 2 menit dan diulang setelah 12 jam dengan dosis sama. Selanjutnya Artesunat diberikan 2,4 mg/kgBB per-i.v 1 kali sehari sampai penderita mampu minum obat. Larutan artesunat bisa diberikan secara intra-muskular (i.m) dengan dosis sama. Bila penderita sudah bisa minum obat minum obat dilanjutkan dengan regimen Artesunat + Amodiakuin + Primakuin pengobatan lini pertama malaria falciparum tanpa komplikasi.
4. Artemeter i.m tersedia dalam ampul berisi 80 mg artemeter dalam larutan minyak, diberikan dengan loading dose 3,2 mg/kgBB i.m. selanjutnya Artemeter diberikan 1,6 mg/kgBB i.m satu kali sehari sampai penderita mampu minum obat. Bila penderita sudah bisa minum obat dilanjutkan dengan regimen Artesunat + Amodiakuin + Primakuin pengobatan lini pertama malaria falciparum tanpa komplikasi.
5. Obat alternatif malaria berat adalah Kina Dihidroklorida parental. Bila tidak tersedia derivate Artemisinin parental dapat digunakan obat ini. Dapat diberikan kepada ibu hamil trimester I. obat dikemas dalam bentuk ampul berisi 500 mg/2 ml. diberikan dengan loading dose 20mg/kg BB dilarutkan dalam 500 ml Dextrose 5% atau NaCl 0,9 % selama 4 jam pertama. Selanjutnya selama 4 jam kedua hanya diberikan cairan Dextrose 5% atau NaCl 0,9 %. Setelah itu diberikan kina dengan dosis maintenance 10 mg/KgBB dalam larutan 500 ml Dextrose 5% atau NaCl. Setelah itu diberikan lagi maintenance seperti diatas sampai penderita dapat minum obat kina per-oral. Bila sudah sadar/dapat minum obat, pemberian kina i.v diganti dengan kina tablet per-oral dengan dosis 10 mg/kgBB/kali, pemberian 3X sehari (dengan total dosis 7 hari dihitung sejak pemberian kina per infuse pertama).
6. Bila tidak memungkinkan pemberian kina per infuse, dapat diberikan kina hidroklorida 10mg/kgBB i.m dengan masing-masing ½ dosis pada paha depan kanan-kiri. Untuk pemakaian i.m kina diencerkan dengan 5-6 cc NaCl 0,9% untuk mendapatkan konsentrasi 60-100mg/ml
7. Kina tidak boleh diberikan secara bolus i.v karena toksik bagi jantung dan dapat menimbulkan kematian.
8. Pada penderita dengan gagal ginjal, loading dose tidak diberikan dan dosis maintenance kina diturunkan ½ nya.
9. Pada hari pertama pemberian kina oral, diberikan primakuin dengan dosis 0,75 mg/kgBB.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Puskesmas 2 madukara adalah UPTD yang melaksanakan pelayanan kesehatan dasar sacara langsung kepada masyarakat dengan jumlah kurang lebih 23.000 jiwa dari 9 kelurahan yang ada.
2. Puskesmas madukara 2 memiliki 3 Fungsi yaitu:
• Menjadi tempat / penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
• Sebagai pusat pelayanan kesehatan.
• Sebagai pusat penggerak pemberdayaan masyarakat.
3. Di puskesmas pengobatan malaria bervariasi tergantung pada kondisi klinis pasien. Malaria berat harus dirawat. Praktek pengobatan malaria oleh rakyat masih mengikuti cara sendiri yaitu klorokuin 3 kali satu tablet dan berhenti sampai tidak panas lagi. Ini menjadi salah satu penyebab terjadinya resistensi. Masalah tersebut perlu dibenarkan karena obat malaria dapat dibeli diwarung, apotek, atau toko obat lain secara bebas.
B. SARAN
Pengobatan malaria berbeda-beda sesuai dengan plasmodiumnya masing-masing oleh karena itu sebaiknya perlu dilakukan ketelitian yang lebih dalam mendiagnosa penyakit malaria agar penderita dapat terobati secara benar sehingga tiddak terjadi kesalahan dalam pemberian obat yang dapat berkibat buruk. Selain itu, dalam upaya peningkatan kemampuan sumber daya manusia, maka training dan pelatiahan perlu diberikan kepada tenaga medis dan pera medis termasuk laborant sehingga dapat meminimalisir masalah dalam mengurangi ataupun dalam pengobatan malaria tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
• http://www.ikatanapotekerindonesia.net/pharmacy-news/22-pharmacy-news/442-pengobatan-malaria-dan-masalah-dilapangan.html. Diakses tanggal 28 Mei 2011
• http://www.google.com/JOKO_PUJI_HARTONO-perencanaan-obat.pdf. Diakses tanggal 28 Mei 2011
LAPORAN KUNJUNGAN
DI PUSKESMAS 2 MADUKARA
DISUSUN OLEH:
1. ESTRI MEISAROH (B1003012)
2. EVI NURHIDAYAH (B1003014)
3. FERDIAN BULAN P (B1003016)
4. FERONIKA (B1003018)
5. GENTUR TRI UTOMO (B1003020)
PROGRAM STUDI DIII KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK BANJARNEGARA
2011
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur telah penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. karena berkat limpahan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan farmakologi ini.
Maksud dan tujuan dari penulisan laporan ini adalah agar pembaca dapat lebih mengerti, dan memahami tentang obat-obat yang digunakan dalam mengatasi penyakit malaria.
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih dalam ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan senantiasa penulis harapkan dalam upaya penyempurnaan laporan ini.
Akhirnya penulis berharap, laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca dalam kegiatan belajar mengajar.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Banjarnegara, Mei 2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Puskesmas adalah salah satu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam kegiatan pokok.
Fungsi Puskesmas diantaranya yaitu:
1. Sebagai Pusat Pengembangan Kesehatan masyarakat diwilayah kerjanya.
2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.
3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat wilayah kerjanya.
Dilihat dari pengertian dan fungsi puskesmas diatas, kegiatan di puskesmas harus bisa mengatasi berbagai masalah penyakit yang ada di msyarakat seperti halnya penyakit malaria yang hingga sekarang masing menjadi masalah. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa yang disebut Plasmodium yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Anopheles betina, yang dalam salah satu tahap perkembang biakannya akan memasuki dan menghancurkan sel-sel darah merah. Plasmodium adalah binatang bersel satu ( parasit ) yang hidup dalam darah, menyerang sel darah merah dan menyebabkan sakit malaria. Plasmodium yang menyebarkan penyakit malaria berasal dari spesies Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax, Plasmodium ovale,dan Plasmodium malariae. Malaria merupakan penyakit yang dapat mengakibatkan kematian bagi penderitanya oleh karena itu penyakit malaria tersebut harus dicegah sedini mungkin, selain itu kita juga harus mengenal obat-obat yang digunakan untuk mengatasi penyakit malaria tesebut beserta dosis dari masing-masing obat agar apabila ada orang yang terkena penyakit malaria tersebut dapat diobati sedini mungkin. Oleh karena itu kami melakukan kunjungan lapangan ini untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan obat-obat yang digunakan untuk mengatasi penyakit malaria tersebut.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari laporan kunjungan ini yaitu:
1. Untuk mengetahui fungsi Puskesmas.
2. Untuk mengetahui program malaria di Puskesmas Madukara 2.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis obat yang digunakan dalam penanganan penyakit malaria
4. Untuk mengetahui perbedaan obat dari masing-masing jenis plasmodium
5. Untuk mengetahui takaran atau dosis yang digunakan dari tiap-tiap obat tersebut
C. Rumusan Masalah
Dari masalah yang ada, dapat dirumuskan:
1. Apa saja fungsi Puskesmas?
2. Bagaimana program malaria di Puskesmas Madukara 2?
3. Apa saja jenis-jenis obat yang digunakan dalam penanganan penyakit malaria?
4. Bagaimana perbedaan obat dari masing-masing jenis plasmodium?
5. Bagaimana takaran atau dosis yang digunakan dari tiap-tiap obat tersebut?
D. Waktu Pelaksanaan
Waktu dilaksanakannya Kunjungan Lapangan ini adalah pada hari Jum’at, tanggal 13 Mei 2011.
E. Tempat Pelaksanaan
Tempat dilaksanakannya Kunjungan Lapangan ini adalah di Puskesmas 2 Madukara.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Fungsi Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan UPTD dalam menjalankan fungsinya yaitu melaksanakan pelayanan kesehatan dasar secara langsung kepada masyarakat salah satunya adalah kegiatan pelayanan pengobatan selalu membutuhkan obat publik.
Puskesmas 2 madukara adalah UPTD yang melaksanakan pelayanan kesehatan dasar sacara langsung kepada masyarakat dengan jumlah kurang lebih 23.000 jiwa dari 9 kelurahan yang ada.
Puskesmas madukara 2 memiliki 3 Fungsi yaitu:
1. Menjadi tempat / penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
2. Sebagai pusat pelayanan kesehatan
3. Sebagai pusat penggerak pemberdayaan masyarakat.
B. Program Malaria di Puskesmas Madukara 2
Puskesmas madukara 2 memiliki beberapa program kesehatan yang salah satunya yaitu pemberantasan penyakit menular seperti ISPA, TB, Diare, dan Malaria. Program Malaria yang ada di puskesmas Madukara 2 salah satunya yaitu Penemuan Penyakit Malaria,
1. ACD (active case detection) adalah program penemuan malaria dengan cara petugas malaria yang ada seperti Juru Malaria Desa (JMD) secara aktif berkunjung ke rumah-rumah warga dengan jadwal berkunjung ke wilayahnya masing-masing selama 1 minngu sekali.
2. PCD (passive case detection) adalah program penemuan malaria dengan cara apabila ada pasien atau penderita malaria mengalami gejala klinis, maka langsung dibawa ke laboratorium untuk diambil sediaan darahnya dan menunggu hasilnya. Jika hasil dari pengambilan sediaan darah tersebut positif maka langsung diobati sesuai jenis plasmodiumnya.
C. Jenis-jenis obat, perbedaan dan takaran dosis yang digunakan dalam penanganan penyakit malaria.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, obat adalah bahan yang digunakan untuk mengurangi, menghilangkan penyakit atau menyembuhkan seseorang dari penyakit. Dari pengertian tersebut tampak bahwa pengertian obat dalam arti yang sempit hanya untuk proses penyembuhan saja. Padahal obat bukan hanya digunakan untuk penyembuhan terhadap penyakit saja, tetapi juga digunakan untuk mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan dan memulihkan kesehatan bahkan dapat juga digunakan untuk mendiagnosa suatu penyakit.
Menurut Bahfen bahwa obat merupakan bahan atau campuran bahan yang digunakan untuk mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan, mengobati penyakit, memulihkan kesehatan dan mendiagnosa suatu penyakit yang dapat mempengaruhi fungsi tubuh.
Dari beberapa pengertian obat diatas dapat diketahui bahwa obat sangat bermacam-macam, begitu pula dengan obat malaria, berbeda-beda sesuai dengan parasit yang ada. Berikut adalah macam-macam obat yang digunakan dalam penanganan penyakit malaria.
1. Pengobatan malaria falciparum
A. Pengobatan Lini Pertama Malaria Falciparum Menurut Kelompok Umur
Hari Jenis Obat Jumlah tablet per hari menurut kelompok umur
0-1 bln 2-11 bln 1-4 thn 5-9 thn 10-11 thn >15 th
I Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4
Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4
Primakuin - - ¾ 1 ½ 2 2-3
II Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4
Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4
III Artesunat ¼ ½ 1 2 3 4
Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4
• Pengobatan efektif bila sampai dengan H28 setelah pemberian obat, klinis sembuh (sejak H4) dan tidak ditemukan parasit stadium aseksual sejak H7
• Pengobatan tidak efektif bila sampai H28 gejala klinis memburuk dan parasit aseksual positif atau gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang (persisten) atau timbul kembali (rekrudesensi)
• Pengobatan lini kedua diberikan bila pengobatan lini pertama tidak efektif bila ditemukan gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang (persisten) atau timbul kembali (rekrudesensi).
B. Pengobatan Lini Kedua Malaria Falciparum
• Pengobatan lini kedua menggunakan Kina + Doksisiklin atau Tetrasiklin + Primakuin
• Tablet Kina mengandung 200 mg kina fosfat atau sulfat, diberikan per-oral, 3 kali sehari dosis 10 mg/kg BB selama 7 hari
• Doksisiklin mengandung 50 mg dan 100 mg Doksisiklin HCI, diberikan 2 kali per hari selama 7 hari dengan dosis dewasa 4 mg/kg BB/hari, dosis anak usia 8-14 tahun 2 mg/ kg BB/hari. Tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan anak usia < 8 tahun. Bila tidak ada Doksisiklin dapat sigunakan Tetrasiklin • Tetrasiklin mengandung 250 mg Tetrasiklin HCI, diberikan 4 kali sehari selama 7 hari, dengan dosis 4-5 mg/ kg BB/hari. Tidak boleh diberikan pada anak usia < 8 tahun dan ibu hamil. Hari Jenis Obat Jumlah tablet per hari menurut kelompok umur 0-11 bln 1-4 thn 5-9 thn 10-11 thn >15 thn
I Kina *) 3 x ½ 3 x 1 3 x 1 1/2 3 x (2-3)
Dosisiklin - - - 2 x 1 **) 2 x 1 ***)
Primakuin - ¾ 1 ½ 2 2-3
II-IV Kina *) 3 x 1/2 3 x 1 3 x 1 1/2 3 x (2-3)
Doksisiklin - - - 2 x 1 **) 2 x 1 ***)
• *) Dosis diberikan kk/BB
• **) 2 x 50 mg Doksisiklin
• ***) 2 x 100 mg Doksisiklin
Hari Jenis Obat Jumlah tablet per hari menurut kelompok umur
0-11 bln 1-4 thn 5-9 thn 10-11 thn >15 thn
I Kina *) 3 x ½ 3 x 1 3 x 1 ½ 3 x (2-3)
Tetrasiklin - - - *) 4 x 1 **)
Primakuin - ¾ 1 ½ 2 2-3
II-IV Kina *) 3 x ½ 3 x 1 3 x 1 ½ 3 x (2-3)
Tetrasiklin - - - *) 4 x 1 **)
• *) Dosis diberikan kk/BB
• **) 4 x 250 mg Tetrasiklin
C. Pengobatan malaria falciparum di sarana kesehatan yang belum tersedia obat Artesunat-Amodiakuin
Hari Jenis Obat Jumlah Tablet per Hari Menurut Kelompok Umur
I 0-11 bln 1-4 thn 5-9 thn 10-11 thn >15 thn
SP - ¾ 1 ½ 2 3
Primakuin - ¾ 1 ½ 2 2-3
• Bila pengobatan SP tidak efektif (gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang atau timbul kembali) atau penderita mempunyai riwayat alergi terhadap SP atau golongan sulfa lainnya, penderita siberi regimen Kina + Doksisiklin atau Tetrasiklin + Primakuin.
2. Pengobatan malaria Vivax dan malaria Ovale
Lini pertama pengobatan malaria Vivax dan malaria Ovale adalah klorokuin + primakuin
Pemberian klorokuin bertujuan untuk membunuh parasit stadium aseksual dan seksual
Pemberian primakuin bertujuan untuk membunuh hipnozoit di sel hati dan parasit aseksual di eritrosit
Tablet klorokuin mengandung 250 mg difosfat setara dengan 150 mg basa, diberikan 1 kali per hari selama 3 hari dengan dosis total 25 mg basa / kg BB
Dosis primakuin 0,25 mg/kg BB per hari selama 14 hari diberikan bersama klorokuin. Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, bayi < 1 tahun dan defisiensi G6-PD. A. Lini pertama pengobatan malaria Vivax dan malaria Ovale Hari Jenis Obat Jumlah Tablet per Hari Menurut Kelompok Umur (dosis tunggal) 0-1 bln 2-11 bln 1-4 thn 5-9 thn 10-14 thn >15 thn
H-1 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4
Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
H-2 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4
Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
H-3 Klorokuin 1/8 ¼ ½ 1 1 ½ 2
Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
H-4-14 primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
• Pengobatan efektif bila sampai dengan H28 setelah pemberian obat, klinis sembuh (sejak H4) dan tidak ditemukan parasit stadium aseksual setelah H7.
• Pengobatan tidak efektif bila sampai H28 gejala klinis memburuk dan parasit aseksual positif atau gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang (persisten) atau timbul kembali sebelum H14 (kemungkinan resisten). Gejala klinis membaik tetapi parasit aseksual timbul kambali antara H15 sampai H28 (kemungkinan resisten, relaps atau infeksi baru).
• Pengobatan lini kedua diberikan bila pengobatan lini pertama tidak efektif.
B. Pengobatan malaria vivax resisten klorokuin
Hari Jenis Obat Jumlah Tablet per Hari Menurut Kelompok Umur
0-1 bln 2-11 bln 1-4 thn 5-9 thn 10-14 thn >15 thn
H1-7 Kina *) *) 3 x ½ 3 x 1 3 x 1 ½ 3 x 3
H1-14 primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
*) dosis diberikan kg/BB
C. Pengobatan malaria vivax yang relaps (kambuh)
Hari Jenis Obat Jumlah Tablet per Hari Menurut Kelompok Umur
0-1 bln 2-11 bln 1-4 thn 5-9 thn 10-14 thn >15 thn
H-1
Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4
Primakuin - - ½ ½ 1 ½ 2
H-2
Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4
Primakuin - - ½ ½ 1 ½ 2
H-3 Klorokuin 1/8 ¼ ½ 1 1 ½ 2
Primakuin - - ½ ½ 1 ½ 2
H-4-14 primakuin - - ½ ½ 1 ½ 2
D. Pengobatan malaria vivax penderita defisiensi G6-PD
• Penderita defisiensi G6-PD dapat diketahui melalui anamnesis ada keluhan atau riwayat warna urine coklat kehitaman setelah minum obat (golongan sulfa, primakuin, kina, klorokuin, dll) maka pengobatan diberikan secara mingguan.
• Klorokuin diberikan 1 x per-minggu selama 8-12 minggu dengan dosis 10 mg basa/kg BB/kali dan primakuin dengan dosis 0,75 mg/Kg BB/kali.
Lama Pemberian Dalam Mingguan Jenis Obat Jumlah Tablet per Hari Menurut Kelompok Umur
0-1 bln 2-11 bln 1-4 thn 5-9 thn 10-14 thn >15 thn
8-12 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4
8-12 primakuin - - ¾ 1 ½ 2 ¼ 3
3. Pengobatan Malaria Malariae
Hari Jenis Obat Jumlah Tablet per Hari Menurut Kelompok Umur
0-1 bln 2-11 bln 1-4 thn 5-9 thn 10-14 thn >15 thn
H1 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3 – 4
H2 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3 – 4
H3 Klorokuin 1/8 ¼ ½ 1 1 ½ 2
Pengobatan Malaria Dengan Komplikasi
Malaria berat / komplikasi adalah ditemukannya Pl. falciparum stadium aseksual dengan satu atau beberapa keadaan dibawah ini (WHO,1997):
1. Malaria cerebral (malaria otak) adalah malaria dengan penurunan kesadaran,penilaian derajat kesadaran dilakukan berdasarkan GCS (Glasgow Coma Scale) pada dewasa GCS yaitu <15 sedang pada anak berdasar Blantyre Coma Scale yaitu <3 atau koma >30 menit setelah serangan kejang yang tidak disebabkan oleh penyakit lain.
2. Anemia berat (Hb <5 gr% atau hematokrit <15%) pada keadaan hitung parasit >10.000/µL. bila anemia hipokromik mikrositik harus dikesampingkan adanya anemia defisiensi besi, talasemia,/hemoglobinopati lainnya.
3. Gagal ginjal akut (urine <400 ml/24 jam pada orang dewasa atau < 1 ml/kgBB/jam pada anak setelah dilakukan rehidrasi, dengan kreatinin darah >3 mg%)
4. Edema paru atau Acute Respiratory Distress Syndrome.
5. Hipoglikemia : gula darah < 40 mg/% 6. Gagal sirkulasi atau shock : tekanan sistolik <70 mgHg (pada anak tekanan nadi <20 mmHg) disertai keringat dingin. 7. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, alat pencernaan dan atau disertai kelainan laboratorik adanya gangguan koagulasi intra-vaskuler. 8. Kejang berulang >2 kali per 24 jam setelah pendinginan pada hepertermia.
9. Asidemia (pH < 7,25) atau asidosis (bikarbonat plasma < 15 mmol/L)
10. Makroskopik hemoglobinuria oleh karena infeksi malaria akut (bukan karena obat anti malaria pada seorang dengan defisiensi G6-PD)
Pemberian obat anti malaria pada penderita malaria berat:
1. Pilihan utama derivate artemisinin parenteral adalah Artesunat intravena atau intramuscular dan Artemeter Intramuskular.
2. Artesunat parental direkomendasikan digunakan untuk Rumah Sakit atau Puskesmas Perawatan, sedang Artemeter Intramuskular untuk di lapangan atau puskesmas tanpa perawatan, obat tidak boleh untuk ibu hamil trimester I dengan malaria berat.
3. Artesunat parental tersedia dalam vial berisi 60 mg serbuk kering asam artesunik dan pelarut dalam ampul berisi 0,6 ml Na Bikarbonat 5%. Larutan artesunat dibuat dengan cc. diberikan dengan loading dose secara bolus 2,4 mg/kgBB per-i.v selama kurang lebih 2 menit dan diulang setelah 12 jam dengan dosis sama. Selanjutnya Artesunat diberikan 2,4 mg/kgBB per-i.v 1 kali sehari sampai penderita mampu minum obat. Larutan artesunat bisa diberikan secara intra-muskular (i.m) dengan dosis sama. Bila penderita sudah bisa minum obat minum obat dilanjutkan dengan regimen Artesunat + Amodiakuin + Primakuin pengobatan lini pertama malaria falciparum tanpa komplikasi.
4. Artemeter i.m tersedia dalam ampul berisi 80 mg artemeter dalam larutan minyak, diberikan dengan loading dose 3,2 mg/kgBB i.m. selanjutnya Artemeter diberikan 1,6 mg/kgBB i.m satu kali sehari sampai penderita mampu minum obat. Bila penderita sudah bisa minum obat dilanjutkan dengan regimen Artesunat + Amodiakuin + Primakuin pengobatan lini pertama malaria falciparum tanpa komplikasi.
5. Obat alternatif malaria berat adalah Kina Dihidroklorida parental. Bila tidak tersedia derivate Artemisinin parental dapat digunakan obat ini. Dapat diberikan kepada ibu hamil trimester I. obat dikemas dalam bentuk ampul berisi 500 mg/2 ml. diberikan dengan loading dose 20mg/kg BB dilarutkan dalam 500 ml Dextrose 5% atau NaCl 0,9 % selama 4 jam pertama. Selanjutnya selama 4 jam kedua hanya diberikan cairan Dextrose 5% atau NaCl 0,9 %. Setelah itu diberikan kina dengan dosis maintenance 10 mg/KgBB dalam larutan 500 ml Dextrose 5% atau NaCl. Setelah itu diberikan lagi maintenance seperti diatas sampai penderita dapat minum obat kina per-oral. Bila sudah sadar/dapat minum obat, pemberian kina i.v diganti dengan kina tablet per-oral dengan dosis 10 mg/kgBB/kali, pemberian 3X sehari (dengan total dosis 7 hari dihitung sejak pemberian kina per infuse pertama).
6. Bila tidak memungkinkan pemberian kina per infuse, dapat diberikan kina hidroklorida 10mg/kgBB i.m dengan masing-masing ½ dosis pada paha depan kanan-kiri. Untuk pemakaian i.m kina diencerkan dengan 5-6 cc NaCl 0,9% untuk mendapatkan konsentrasi 60-100mg/ml
7. Kina tidak boleh diberikan secara bolus i.v karena toksik bagi jantung dan dapat menimbulkan kematian.
8. Pada penderita dengan gagal ginjal, loading dose tidak diberikan dan dosis maintenance kina diturunkan ½ nya.
9. Pada hari pertama pemberian kina oral, diberikan primakuin dengan dosis 0,75 mg/kgBB.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Puskesmas 2 madukara adalah UPTD yang melaksanakan pelayanan kesehatan dasar sacara langsung kepada masyarakat dengan jumlah kurang lebih 23.000 jiwa dari 9 kelurahan yang ada.
2. Puskesmas madukara 2 memiliki 3 Fungsi yaitu:
• Menjadi tempat / penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
• Sebagai pusat pelayanan kesehatan.
• Sebagai pusat penggerak pemberdayaan masyarakat.
3. Di puskesmas pengobatan malaria bervariasi tergantung pada kondisi klinis pasien. Malaria berat harus dirawat. Praktek pengobatan malaria oleh rakyat masih mengikuti cara sendiri yaitu klorokuin 3 kali satu tablet dan berhenti sampai tidak panas lagi. Ini menjadi salah satu penyebab terjadinya resistensi. Masalah tersebut perlu dibenarkan karena obat malaria dapat dibeli diwarung, apotek, atau toko obat lain secara bebas.
B. SARAN
Pengobatan malaria berbeda-beda sesuai dengan plasmodiumnya masing-masing oleh karena itu sebaiknya perlu dilakukan ketelitian yang lebih dalam mendiagnosa penyakit malaria agar penderita dapat terobati secara benar sehingga tiddak terjadi kesalahan dalam pemberian obat yang dapat berkibat buruk. Selain itu, dalam upaya peningkatan kemampuan sumber daya manusia, maka training dan pelatiahan perlu diberikan kepada tenaga medis dan pera medis termasuk laborant sehingga dapat meminimalisir masalah dalam mengurangi ataupun dalam pengobatan malaria tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
• http://www.ikatanapotekerindonesia.net/pharmacy-news/22-pharmacy-news/442-pengobatan-malaria-dan-masalah-dilapangan.html. Diakses tanggal 28 Mei 2011
• http://www.google.com/JOKO_PUJI_HARTONO-perencanaan-obat.pdf. Diakses tanggal 28 Mei 2011
laporan farmakologi
TUGAS FARMAKOLOGI
LAPORAN KUNJUNGAN
DI GUDANG FARMASI KABUPATEN
DISUSUN OLEH:
1. ESTRI MEISAROH (B1003012)
2. EVI NURHIDAYAH (B1003014)
3. FERDIAN BULAN P (B1003016)
4. FERONIKA (B1003018)
5. GENTUR TRI UTOMO (B1003020)
PROGRAM STUDI DIII KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK BANJARNEGARA
2011
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur telah penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. karena berkat limpahan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan farmakologi ini.
Maksud dan tujuan dari penulisan laporan ini adalah agar pembaca dapat lebih mengerti, dan memahami tentang penyimpanan obat, perencanaan obat, dan distribusi obat.
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih dalam ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan senantiasa penulis harapkan dalam upaya penyempurnaan laporan ini.
Akhirnya penulis berharap, laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca dalam kegiatan belajar mengajar.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Banjarnegara, Mei 2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Obat adalah bahan yang digunakan untuk mengurangi, menghilangkan penyakit atau menyembuhkan seseorang dari penyakit. Obat merupakan komponen esensial dari suatu pelayanan kesehatan. Dengan pemberian obat, maka diharapkan penyakit yang diderita oleh pasien dapat sembuh. Disamping itu karena obat merupakan kebutuhan pokok masyarakat, maka persepsi masyarakat tentang output dari suatu pelayanan kesehatan adalah apabila mereka telah menerima obat setelah berkunjung di suatu sarana kesehatan baik itu dokter praktek swasta, Poliklinik, Puskesmas maupun Rumah Sakit.
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan UPTD dalam menjalankan fungsinya yaitu melaksanakan pelayanan kesehatan dasar secara langsung kepada masyarakat salah satunya adalah kegiatan pelayanan pengobatan selalu membutuhkan obat publik. Di Kabupaten Banjarnegara terdapat 1 UPT Gudang Farmasi dan 35 UPT Puskesmas yang harus melakukan distribusi obat 2 bulan sekali.
Tugas pokok UPT Gudang Farmasi Kabupaten (GFK) adalah melakukan pengelolaan obat dimana dalam pengelolaan obat tersebut merupakan serangkaian kegiatan yaitu perencanaan kebutuhan, pengadaan obat, distribusi obat, penyimpanan obat dan pelaporan. Oleh karena itu, untuk lebih mengerti dan memahami hal-hal yang harus dilakukan baik dalam merencanakan, menyimpan, mendistribusi obat maupun melaporkan, kami melakukan kunjungan lapangan ke Gudang Farmasi Ka bupaten Banjarnegara.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan kunjungan ke Gudang Farmasi ini yaitu:
1. Untuk mengetahui cara penyimpanan obat yang ada di Gudang Farmasi Kabupaten Banjarnegara.
2. Untuk mengetahui perencanaan obat yang dilakukan di Gudang Farmasi Kabupaten Banjarnegara.
3. Untuk mengetahui sumber-sumber data yang digunakan dalam perencanaan obat di Gudang Farmasi Kabupaten Banjarnegara.
4. Untuk mengetahui distribusi obat yang ada di Gudang Farmasi Kabupaten Banjarnegara.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara penyimpanan obat yang ada di Gudang Farmasi Kabupaten Banjarnegara?
2. Bagaimana perencanaan obat yang dilakukan di Gudang Farmasi Kabupaten Banjarnegara?
3. Apa saja sumber-sumber data yang digunakan dalam perencanaan obat di Gudang Farmasi Kabupaten Banjarnegara?
4. Bagaimana cara distribusi obat yang ada di Gudang Farmasi Kabupaten Banjarnegara?
D. Waktu Pelaksanaan
Waktu dilaksanakannya Kunjungan Lapangan ini adalah pada hari Rabu, tanggal 25 Mei 2011.
E. Tempat Pelaksanaan
Tempat dilaksanakannya Kunjungan Lapangan ini adalah di Gudang Farmasi Kabupaten Banjarnegara.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Cara Penyimpanan Obat di Gudang Farmasi Kabupaten Banjarnegara.
Penyimpanan obat harus memperhatikan beberapa hal karena tak semua obat-obatan bisa disimpan dan masing-masing punya daya tahan yang berbeda. Penyimpanan obat juga harus sesuai dengan kondisi ruang, jenis obat dan bentuk obat. Suhu ruang yang digunakan dalam penyimpanan obat di Gudang Farmasi Kabupaten adalah 200 C. Di GFK obat disimpan menggunakan AC karena pernah terjadi kasus yaitu ada salah satu obat yang tidak tahan dengan hawa lembab sehingga tumbuh jamur di obat tersebut.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyimpan obat diantaranya yaitu:
1. OBAT BEBAS DAN RESEP DOKTER
Obat-obatan yang bisa disimpan, bisa bermacam-macam. Antara lain, obat bebas yang dapat ditemui di pasaran, seperti obat penurun panas, obat batuk, atau obat pilek dan obat-obatan antiseptik, perlengkapan P3K seperti kapas, kasa, bidai-bidai, dan lain-lain. Obat-obatan resep dokter yang sesuai dengan penyakit yang diderita anak pun bisa disimpan, misal, obat asma. Obat asma anak tergantung umur, jika yang semprot disarankan untuk anak usia di atas 5 tahun. Jadi, obat-obatan untuk anak dengan penyakit khusus, biasanya dokter sudah menyiapkan obat yang bisa disimpan. Jadi, persediaan obat ada yang sifatnya umum dan juga khusus, tergantung kondisi kesehatan anak.
2. KETAHANAN JENIS OBAT
Meski boleh disimpan, masing-masing obat punya daya tahan berbeda. Untuk obat yang berupa sirup atau tablet, biasanya disesuaikan dengan batas waktu kadaluarsa yang tertera dalam kemasannya. Untuk obat antibiotik yang sudah dilarutkan, harus habis dalam jangka waktu tertentu, misal, seminggu. Setelah waktu itu tak boleh dipakai lagi. Begitupun dengan cairan oralit buatan dalam kemasan yang hanya digunakan dalam waktu 24 jam. Setelah lewat itu, berarti tak bisa dipakai lagi, karena bisa saja sudah berubah komposisinya akibat ada oksigenisasi. Biasanya obat-obatan seperti ini aturannya dicantumkan secara khusus dalam labelnya. Sedangkan untuk obat jenis puyer, biasanya tak dianjurkan disimpan. Karena obat racikan tersebut diresepkan dokter saat itu sesuai keadaan berat badan anak, umur, serta derajat ringan-sedang-berat penyakitnya. Jadi dosis yang diberikan harus dihabiskan dalam waktu tertentu dan biasanya obat-obat ini merupakan obat antibiotik.
3. PENYESUAIAN TEMPAT PENYIMPANAN
Untuk menyimpan obat-obatan harus yang aman dan jauh dari jangkauan anak-anak. Bila dalam lemari khusus, hendaknya dikunci. Sebab, anak usia 3-4 tahun sudah bisa memanjat, hingga bisa main ambil saja. Ada baiknya obat-obatan ditempatkan pada satu tempat obat. Ini untuk menghindari risiko diambil anak atau salah kasih oleh orang lain. Selain juga jadi lebih terfokus bila suatu waktu dibutuhkan secara mendesak.
Ada baiknya juga menyimpan obat per individu, jadi tak tercampur-campur. Cara ini untuk menghindarkan risiko obat tertukar. Ada obat-obatan tertentu yang harus disimpan di tempat khusus, misal, obat kejang yang harus disimpan di kulkas atau obat antibiotik tertentu. Sebab, kalau disimpan di tempat biasa, mungkin saja bisa cepat berubah atau efektivitasnya jadi menurun.
Ada juga obat-obatan yang bisa disimpan di suhu kamar. Biasanya bertuliskan untuk disimpan di suhu sejuk dan kering. Ada juga yang mencantumkan dalam peringatan harap disimpan terlindung dari sinar matahari. Kalau tidak, senyawa-senyawa kandungannya akan terurai. Akibatnya, efektivitas obat jadi berkurang.
Penyimpanan obat sebenarnya sangat tergantung dari jenis obat tersebut. misalnya apakah obat tersebut berupa puyer, sirup, ataupun suppositoria (yg dimasukkan ke anus).
suhu, kelembaban sangat mempengaruhi. Contoh obat-obatan berupa puyer, harus hati-hati, jangan sampai disimpan pada tempat yang lembab, atau berair, karena sifat obat ini higroskopis artinya menarik air, jadi apabila obat jenis ini sudah tercampur air, maka tidak dapat digunakan lagi (kecuali saat minum, biasanya suka dicampur dgn air). Contoh lain, obat-obatan suppositoria, harus disimpan dalam suhu yang sejuk (5-15o celsius, karena pada suhu tinggi, dapat membuat obat ini meleleh). Contoh lain, obat-obat luar seperti obat tetes mata/ telinga, mempunyai masa kadaluarsa lebih singkat. Obat mata, misalnya hanya bertahan satu bulan setelah segel dibuka, bahkan saat ini, ada yang hanya bertahan 24 jam.
B. Perencanaan Obat di Gudang Farmasi Kabupaten Banjarnegara.
Perencanaan merupakan salah satu fungsi yang sangat penting dalam manajemen, karena dengan adanya perencanaan akan menentukan fungsi manajemen lainnya terutama pengambilan keputusan. Fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi menajemen secara keseluruhan. Tanpa adanya perencanaan, pelaksanaan kegiatan tidak akan berjalan dengan baik. Dengan demikian perencanaan merupakan suatu pedoman atau tuntunan terhadap proses kegiatan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Perencanaan kebutuhan obat merupakan kegiatan utama sebelum melakukan proses pengadaan obat. Pada prinsipnya perencanaan obat merupakan suatu proses kegiatan menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pengadaan obat agar sesuai dengan kebutuhan untuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Tujuan perencanaan pengadaan obat publik dan perbekalan kesehatan adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah obat sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar termasuk program kesehatan yang telah ditetapkan. Proses perencanaan pengadaan obat publik dan perbekalan kesehatan diawali dari data yang disampaikan Puskesmas ke Unit Pengelola Obat / Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota yang selanjutnya dokompilasi menjadi rencana kebutuhan obat publik dan perbekalan kesehatan Kabupaten / Kota yang dilengkapi dengan teknik-teknik perhitungannya.
Perencanaan kebutuhan obat untuk Puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Puskesmas. Data mutasi obat yang dihasilkan oleh Puskesmas merupakan salah satu faktor dalam mempertimbangkan perencanaan kebutuhan obat tahunan. Data ini sangat penting untuk perencanaan kebutuhan obat di Puskesmas. Ketepatan dan kebenaran data di Puskesmas akan berpengaruh terhadap ketersediaan dan perbekalan kesehatan secara keseluruhan di Kabupatan / Kota. Dalam proses perencanaan kebutuhan obat per tahun, Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian obat dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) yaitu formulir yang lazim digunakan di unit pelayanan kesehatan dasar milik pemerintah. Selanjutnya Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan (UPOPPK) yaitu Pengelola Obat di tingkat Kota seperti Gudang Farmasi, Seksi Farmasi dan Alkes yang akan melakukan kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan obat Puskesmas di wilayah kerjanya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 1999 tentang Pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, yang diperkenankan untuk melakukan penyediaan obat adalah apoteker. Untuk itu Puskesmas tidak diperkenankan melakukan pengadaan obat secara sendiri-sendiri. 27 Badan Pengawas Obat dan Makanan menyebutkan bahwa perencanaan kebutuhan obat adalah salah satu aspek penting dan menentukan dalam pengelolaan obat karena perencanaan kebutuhan akan mempengaruhi pengadaan, pendistribusian dan penggunaan obat di unit pelayanan kesehatan. Tujuan perencanaan kebutuhan obat adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah obat sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar termasuk program kesehatan yang telah ditetapkan.
C. Sumber-sumber Data yang Digunakan Dalam Perencanaan obat di Gudang Farmasi Kabupaten Banjarnegara.
Tujuan dari perencanaan obat yaitu merencanakan kebutuhan obat dan alat kesehatan untuk pelayanan dasar di Puskesmas sekabupaten Banjarnegara. Oleh karena itu, sumber-sumber data yang dibutuhkan untuk perencanaan obat di Gudang Farmasi kabupaten diantaranya yaitu:
1. Usulan kebutuhan obat dari masing-masing puskesmas yang telah direkap selama 1 tahun.
2. Rekapan pengeluaran obat selama 1 tahun.
3. Data stock opnam yang ada di Gudang Farmasi yang besar-besar setiap 6 bulan sekali.
4. Usulan dari msing-masing program.
Dari data-data tersebutlah maka akan muncul rencana kebutuhan obat.
D. Distribusi Obat yang Ada di Gudang Farmasi Kabupaten Banjarnegara.
Gudang distribusi obat yang ada di Gudang Farmasi Kabupaten diisi dengan obat-obat yang diambil dari Gudang besar dan diambil dari gudang obat-obat eceran. Distribusi yang dilakukan yaitu masing-masing puskesmas harus membawa surat permintaan berupa LPLPO dan diserahkan ke gudang farmasi kabupaten, kemudian dari data tersebut diolah. Pengolahan data tersebut ditinjau dari beberapa hal yaitu:
1. Kunjungan
2. Rangking
3. Pemberian obat
4. SBBK
Setelah pengolahan dilakukan maka obat dapat diambil. Namun pada saat pengambilan obat, petugas juga harus mengecek Exp. Date tiap-tiap obat. Yang menjadi pedoman dalam mendistribusikan obat yaitu SBBK yang telah diolah dengan melihat tanggal Exp. Date. Apabila puskesmas dalam melakukan perencanaan benar, maka kegiatan distribusi tidak aka nada masalah. Namun apabila perencanaan dari puskesmas tidak benar dan terjadi KLB maka kegiatan distribusi cukup terganggu karena puskesmas tersebut harus melakukan BON kepada GFK, oleh karena itu obat yang seharusnya belum terdistribusi harus terdistribusi terlebih dahulu.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan yang ada dapat disimpulkan:
1. Di Gudang Farmasi Kabupaten memiliki beberapa gudang diantaranya yaitu Gudang besar yang digunakan untu menyimpan obat-obat yang masih dikemas dalam kardus-kardus besar, sedangkan gudang eceran yaitu gudang yang digunakan untuk menyimpan obat yang siap untuk didistribusikan karena untuk mempermudah dalam proses distribusi. Proses penyimpanan obat di Gudang Farmasi Kabupaten harus sesuai dengan kondisi obat, jenis obat dan bentuk obat.
2. Tujuan dari perencanaan obat yaitu merencanakan kebutuhan obat dan alat kesehatan untuk pelayanan dasar di Puskesmas sekabupaten Banjarnegara. Data yang dibutuhkan untuk perencanaan obat di Gudang Farmasi kabupaten diantaranya yaitu:
• Usulan kebutuhan obat dari masing-masing puskesmas yang telah direkap selama 1 tahun.
• Rekapan pengeluaran obat selama 1 tahun.
• Data stock opnam yang ada di Gudang Farmasi yang besar-besar setiap 6 bulan sekali.
• Usulan dari msing-masing program.
3. Distribusi yang dilakukan yaitu masing-masing puskesmas harus membawa surat permintaan berupa LPLPO dan diserahkan ke gudang farmasi kabupaten, kemudian dari data tersebut diolah. Pengolahan data tersebut ditinjau dari beberapa hal yaitu:
• Kunjungan
• Rangking
• Pemberian obat
• SBBK
Setelah pengolahan dilakukan maka obat dapat diambil.
B. SARAN
Dalam kegiatan penyimpanan obat sebaiknya harus memperhatikan kondisi ruang yang akan digunakan untuk menyimpan, jenis obat, dan bentuk obat. Kerena hal tersebut sangat berpengaruh pada kualitas obat tersebut sehingga untuk mengurangi terjadinya obat yang rusak dalam penyimpanannya, harus mempehatikan hal-hal tersebut agar obat tetap baik hingga setelah didistribusikan ke puskesmas.
Kegiatan perencanaan obat sebaiknya dilaksanakan lebih baik karena ketepatan dalam merencanakan obat sangat penting. Sehingga apabila perencanaannya tepat, obat yang didistribusikanpun tepat dan tidak terjadi masalah apabila ada kejadian luar biasa yang bersifat mendadak.
Kegiatan distribusi obat juga sebaiknya dilakukan dengan teliti, sebelum melakukan distribusi, obat-obat tersebut harus dicek Exp. Datenya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan setelah obat tersebut didistribusikan.
DAFTAR PUSTAKA
• http://materikuliahprofesiapoteker.blogspot.com/2010/02/perencanaan-obat.html. Diakses tanggal 27 Mei 2011
• http://aishaleica.multiply.com/journal/item/29. Diakses tanggal 27 Mei 2011
• http://sites.google.com/site/hisfarma/Home/pengelolaan-obat. Diakses tanggal 27 Mei 2011
• http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/2011/05/manajemen-perencanaan-obat-di-rumah.html. Diakses tanggal 28 Mei 2011
LAPORAN KUNJUNGAN
DI GUDANG FARMASI KABUPATEN
DISUSUN OLEH:
1. ESTRI MEISAROH (B1003012)
2. EVI NURHIDAYAH (B1003014)
3. FERDIAN BULAN P (B1003016)
4. FERONIKA (B1003018)
5. GENTUR TRI UTOMO (B1003020)
PROGRAM STUDI DIII KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK BANJARNEGARA
2011
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur telah penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. karena berkat limpahan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan farmakologi ini.
Maksud dan tujuan dari penulisan laporan ini adalah agar pembaca dapat lebih mengerti, dan memahami tentang penyimpanan obat, perencanaan obat, dan distribusi obat.
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih dalam ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan senantiasa penulis harapkan dalam upaya penyempurnaan laporan ini.
Akhirnya penulis berharap, laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca dalam kegiatan belajar mengajar.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Banjarnegara, Mei 2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Obat adalah bahan yang digunakan untuk mengurangi, menghilangkan penyakit atau menyembuhkan seseorang dari penyakit. Obat merupakan komponen esensial dari suatu pelayanan kesehatan. Dengan pemberian obat, maka diharapkan penyakit yang diderita oleh pasien dapat sembuh. Disamping itu karena obat merupakan kebutuhan pokok masyarakat, maka persepsi masyarakat tentang output dari suatu pelayanan kesehatan adalah apabila mereka telah menerima obat setelah berkunjung di suatu sarana kesehatan baik itu dokter praktek swasta, Poliklinik, Puskesmas maupun Rumah Sakit.
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan UPTD dalam menjalankan fungsinya yaitu melaksanakan pelayanan kesehatan dasar secara langsung kepada masyarakat salah satunya adalah kegiatan pelayanan pengobatan selalu membutuhkan obat publik. Di Kabupaten Banjarnegara terdapat 1 UPT Gudang Farmasi dan 35 UPT Puskesmas yang harus melakukan distribusi obat 2 bulan sekali.
Tugas pokok UPT Gudang Farmasi Kabupaten (GFK) adalah melakukan pengelolaan obat dimana dalam pengelolaan obat tersebut merupakan serangkaian kegiatan yaitu perencanaan kebutuhan, pengadaan obat, distribusi obat, penyimpanan obat dan pelaporan. Oleh karena itu, untuk lebih mengerti dan memahami hal-hal yang harus dilakukan baik dalam merencanakan, menyimpan, mendistribusi obat maupun melaporkan, kami melakukan kunjungan lapangan ke Gudang Farmasi Ka bupaten Banjarnegara.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan kunjungan ke Gudang Farmasi ini yaitu:
1. Untuk mengetahui cara penyimpanan obat yang ada di Gudang Farmasi Kabupaten Banjarnegara.
2. Untuk mengetahui perencanaan obat yang dilakukan di Gudang Farmasi Kabupaten Banjarnegara.
3. Untuk mengetahui sumber-sumber data yang digunakan dalam perencanaan obat di Gudang Farmasi Kabupaten Banjarnegara.
4. Untuk mengetahui distribusi obat yang ada di Gudang Farmasi Kabupaten Banjarnegara.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara penyimpanan obat yang ada di Gudang Farmasi Kabupaten Banjarnegara?
2. Bagaimana perencanaan obat yang dilakukan di Gudang Farmasi Kabupaten Banjarnegara?
3. Apa saja sumber-sumber data yang digunakan dalam perencanaan obat di Gudang Farmasi Kabupaten Banjarnegara?
4. Bagaimana cara distribusi obat yang ada di Gudang Farmasi Kabupaten Banjarnegara?
D. Waktu Pelaksanaan
Waktu dilaksanakannya Kunjungan Lapangan ini adalah pada hari Rabu, tanggal 25 Mei 2011.
E. Tempat Pelaksanaan
Tempat dilaksanakannya Kunjungan Lapangan ini adalah di Gudang Farmasi Kabupaten Banjarnegara.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Cara Penyimpanan Obat di Gudang Farmasi Kabupaten Banjarnegara.
Penyimpanan obat harus memperhatikan beberapa hal karena tak semua obat-obatan bisa disimpan dan masing-masing punya daya tahan yang berbeda. Penyimpanan obat juga harus sesuai dengan kondisi ruang, jenis obat dan bentuk obat. Suhu ruang yang digunakan dalam penyimpanan obat di Gudang Farmasi Kabupaten adalah 200 C. Di GFK obat disimpan menggunakan AC karena pernah terjadi kasus yaitu ada salah satu obat yang tidak tahan dengan hawa lembab sehingga tumbuh jamur di obat tersebut.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyimpan obat diantaranya yaitu:
1. OBAT BEBAS DAN RESEP DOKTER
Obat-obatan yang bisa disimpan, bisa bermacam-macam. Antara lain, obat bebas yang dapat ditemui di pasaran, seperti obat penurun panas, obat batuk, atau obat pilek dan obat-obatan antiseptik, perlengkapan P3K seperti kapas, kasa, bidai-bidai, dan lain-lain. Obat-obatan resep dokter yang sesuai dengan penyakit yang diderita anak pun bisa disimpan, misal, obat asma. Obat asma anak tergantung umur, jika yang semprot disarankan untuk anak usia di atas 5 tahun. Jadi, obat-obatan untuk anak dengan penyakit khusus, biasanya dokter sudah menyiapkan obat yang bisa disimpan. Jadi, persediaan obat ada yang sifatnya umum dan juga khusus, tergantung kondisi kesehatan anak.
2. KETAHANAN JENIS OBAT
Meski boleh disimpan, masing-masing obat punya daya tahan berbeda. Untuk obat yang berupa sirup atau tablet, biasanya disesuaikan dengan batas waktu kadaluarsa yang tertera dalam kemasannya. Untuk obat antibiotik yang sudah dilarutkan, harus habis dalam jangka waktu tertentu, misal, seminggu. Setelah waktu itu tak boleh dipakai lagi. Begitupun dengan cairan oralit buatan dalam kemasan yang hanya digunakan dalam waktu 24 jam. Setelah lewat itu, berarti tak bisa dipakai lagi, karena bisa saja sudah berubah komposisinya akibat ada oksigenisasi. Biasanya obat-obatan seperti ini aturannya dicantumkan secara khusus dalam labelnya. Sedangkan untuk obat jenis puyer, biasanya tak dianjurkan disimpan. Karena obat racikan tersebut diresepkan dokter saat itu sesuai keadaan berat badan anak, umur, serta derajat ringan-sedang-berat penyakitnya. Jadi dosis yang diberikan harus dihabiskan dalam waktu tertentu dan biasanya obat-obat ini merupakan obat antibiotik.
3. PENYESUAIAN TEMPAT PENYIMPANAN
Untuk menyimpan obat-obatan harus yang aman dan jauh dari jangkauan anak-anak. Bila dalam lemari khusus, hendaknya dikunci. Sebab, anak usia 3-4 tahun sudah bisa memanjat, hingga bisa main ambil saja. Ada baiknya obat-obatan ditempatkan pada satu tempat obat. Ini untuk menghindari risiko diambil anak atau salah kasih oleh orang lain. Selain juga jadi lebih terfokus bila suatu waktu dibutuhkan secara mendesak.
Ada baiknya juga menyimpan obat per individu, jadi tak tercampur-campur. Cara ini untuk menghindarkan risiko obat tertukar. Ada obat-obatan tertentu yang harus disimpan di tempat khusus, misal, obat kejang yang harus disimpan di kulkas atau obat antibiotik tertentu. Sebab, kalau disimpan di tempat biasa, mungkin saja bisa cepat berubah atau efektivitasnya jadi menurun.
Ada juga obat-obatan yang bisa disimpan di suhu kamar. Biasanya bertuliskan untuk disimpan di suhu sejuk dan kering. Ada juga yang mencantumkan dalam peringatan harap disimpan terlindung dari sinar matahari. Kalau tidak, senyawa-senyawa kandungannya akan terurai. Akibatnya, efektivitas obat jadi berkurang.
Penyimpanan obat sebenarnya sangat tergantung dari jenis obat tersebut. misalnya apakah obat tersebut berupa puyer, sirup, ataupun suppositoria (yg dimasukkan ke anus).
suhu, kelembaban sangat mempengaruhi. Contoh obat-obatan berupa puyer, harus hati-hati, jangan sampai disimpan pada tempat yang lembab, atau berair, karena sifat obat ini higroskopis artinya menarik air, jadi apabila obat jenis ini sudah tercampur air, maka tidak dapat digunakan lagi (kecuali saat minum, biasanya suka dicampur dgn air). Contoh lain, obat-obatan suppositoria, harus disimpan dalam suhu yang sejuk (5-15o celsius, karena pada suhu tinggi, dapat membuat obat ini meleleh). Contoh lain, obat-obat luar seperti obat tetes mata/ telinga, mempunyai masa kadaluarsa lebih singkat. Obat mata, misalnya hanya bertahan satu bulan setelah segel dibuka, bahkan saat ini, ada yang hanya bertahan 24 jam.
B. Perencanaan Obat di Gudang Farmasi Kabupaten Banjarnegara.
Perencanaan merupakan salah satu fungsi yang sangat penting dalam manajemen, karena dengan adanya perencanaan akan menentukan fungsi manajemen lainnya terutama pengambilan keputusan. Fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi menajemen secara keseluruhan. Tanpa adanya perencanaan, pelaksanaan kegiatan tidak akan berjalan dengan baik. Dengan demikian perencanaan merupakan suatu pedoman atau tuntunan terhadap proses kegiatan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Perencanaan kebutuhan obat merupakan kegiatan utama sebelum melakukan proses pengadaan obat. Pada prinsipnya perencanaan obat merupakan suatu proses kegiatan menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pengadaan obat agar sesuai dengan kebutuhan untuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Tujuan perencanaan pengadaan obat publik dan perbekalan kesehatan adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah obat sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar termasuk program kesehatan yang telah ditetapkan. Proses perencanaan pengadaan obat publik dan perbekalan kesehatan diawali dari data yang disampaikan Puskesmas ke Unit Pengelola Obat / Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota yang selanjutnya dokompilasi menjadi rencana kebutuhan obat publik dan perbekalan kesehatan Kabupaten / Kota yang dilengkapi dengan teknik-teknik perhitungannya.
Perencanaan kebutuhan obat untuk Puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Puskesmas. Data mutasi obat yang dihasilkan oleh Puskesmas merupakan salah satu faktor dalam mempertimbangkan perencanaan kebutuhan obat tahunan. Data ini sangat penting untuk perencanaan kebutuhan obat di Puskesmas. Ketepatan dan kebenaran data di Puskesmas akan berpengaruh terhadap ketersediaan dan perbekalan kesehatan secara keseluruhan di Kabupatan / Kota. Dalam proses perencanaan kebutuhan obat per tahun, Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian obat dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) yaitu formulir yang lazim digunakan di unit pelayanan kesehatan dasar milik pemerintah. Selanjutnya Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan (UPOPPK) yaitu Pengelola Obat di tingkat Kota seperti Gudang Farmasi, Seksi Farmasi dan Alkes yang akan melakukan kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan obat Puskesmas di wilayah kerjanya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 1999 tentang Pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, yang diperkenankan untuk melakukan penyediaan obat adalah apoteker. Untuk itu Puskesmas tidak diperkenankan melakukan pengadaan obat secara sendiri-sendiri. 27 Badan Pengawas Obat dan Makanan menyebutkan bahwa perencanaan kebutuhan obat adalah salah satu aspek penting dan menentukan dalam pengelolaan obat karena perencanaan kebutuhan akan mempengaruhi pengadaan, pendistribusian dan penggunaan obat di unit pelayanan kesehatan. Tujuan perencanaan kebutuhan obat adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah obat sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar termasuk program kesehatan yang telah ditetapkan.
C. Sumber-sumber Data yang Digunakan Dalam Perencanaan obat di Gudang Farmasi Kabupaten Banjarnegara.
Tujuan dari perencanaan obat yaitu merencanakan kebutuhan obat dan alat kesehatan untuk pelayanan dasar di Puskesmas sekabupaten Banjarnegara. Oleh karena itu, sumber-sumber data yang dibutuhkan untuk perencanaan obat di Gudang Farmasi kabupaten diantaranya yaitu:
1. Usulan kebutuhan obat dari masing-masing puskesmas yang telah direkap selama 1 tahun.
2. Rekapan pengeluaran obat selama 1 tahun.
3. Data stock opnam yang ada di Gudang Farmasi yang besar-besar setiap 6 bulan sekali.
4. Usulan dari msing-masing program.
Dari data-data tersebutlah maka akan muncul rencana kebutuhan obat.
D. Distribusi Obat yang Ada di Gudang Farmasi Kabupaten Banjarnegara.
Gudang distribusi obat yang ada di Gudang Farmasi Kabupaten diisi dengan obat-obat yang diambil dari Gudang besar dan diambil dari gudang obat-obat eceran. Distribusi yang dilakukan yaitu masing-masing puskesmas harus membawa surat permintaan berupa LPLPO dan diserahkan ke gudang farmasi kabupaten, kemudian dari data tersebut diolah. Pengolahan data tersebut ditinjau dari beberapa hal yaitu:
1. Kunjungan
2. Rangking
3. Pemberian obat
4. SBBK
Setelah pengolahan dilakukan maka obat dapat diambil. Namun pada saat pengambilan obat, petugas juga harus mengecek Exp. Date tiap-tiap obat. Yang menjadi pedoman dalam mendistribusikan obat yaitu SBBK yang telah diolah dengan melihat tanggal Exp. Date. Apabila puskesmas dalam melakukan perencanaan benar, maka kegiatan distribusi tidak aka nada masalah. Namun apabila perencanaan dari puskesmas tidak benar dan terjadi KLB maka kegiatan distribusi cukup terganggu karena puskesmas tersebut harus melakukan BON kepada GFK, oleh karena itu obat yang seharusnya belum terdistribusi harus terdistribusi terlebih dahulu.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan yang ada dapat disimpulkan:
1. Di Gudang Farmasi Kabupaten memiliki beberapa gudang diantaranya yaitu Gudang besar yang digunakan untu menyimpan obat-obat yang masih dikemas dalam kardus-kardus besar, sedangkan gudang eceran yaitu gudang yang digunakan untuk menyimpan obat yang siap untuk didistribusikan karena untuk mempermudah dalam proses distribusi. Proses penyimpanan obat di Gudang Farmasi Kabupaten harus sesuai dengan kondisi obat, jenis obat dan bentuk obat.
2. Tujuan dari perencanaan obat yaitu merencanakan kebutuhan obat dan alat kesehatan untuk pelayanan dasar di Puskesmas sekabupaten Banjarnegara. Data yang dibutuhkan untuk perencanaan obat di Gudang Farmasi kabupaten diantaranya yaitu:
• Usulan kebutuhan obat dari masing-masing puskesmas yang telah direkap selama 1 tahun.
• Rekapan pengeluaran obat selama 1 tahun.
• Data stock opnam yang ada di Gudang Farmasi yang besar-besar setiap 6 bulan sekali.
• Usulan dari msing-masing program.
3. Distribusi yang dilakukan yaitu masing-masing puskesmas harus membawa surat permintaan berupa LPLPO dan diserahkan ke gudang farmasi kabupaten, kemudian dari data tersebut diolah. Pengolahan data tersebut ditinjau dari beberapa hal yaitu:
• Kunjungan
• Rangking
• Pemberian obat
• SBBK
Setelah pengolahan dilakukan maka obat dapat diambil.
B. SARAN
Dalam kegiatan penyimpanan obat sebaiknya harus memperhatikan kondisi ruang yang akan digunakan untuk menyimpan, jenis obat, dan bentuk obat. Kerena hal tersebut sangat berpengaruh pada kualitas obat tersebut sehingga untuk mengurangi terjadinya obat yang rusak dalam penyimpanannya, harus mempehatikan hal-hal tersebut agar obat tetap baik hingga setelah didistribusikan ke puskesmas.
Kegiatan perencanaan obat sebaiknya dilaksanakan lebih baik karena ketepatan dalam merencanakan obat sangat penting. Sehingga apabila perencanaannya tepat, obat yang didistribusikanpun tepat dan tidak terjadi masalah apabila ada kejadian luar biasa yang bersifat mendadak.
Kegiatan distribusi obat juga sebaiknya dilakukan dengan teliti, sebelum melakukan distribusi, obat-obat tersebut harus dicek Exp. Datenya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan setelah obat tersebut didistribusikan.
DAFTAR PUSTAKA
• http://materikuliahprofesiapoteker.blogspot.com/2010/02/perencanaan-obat.html. Diakses tanggal 27 Mei 2011
• http://aishaleica.multiply.com/journal/item/29. Diakses tanggal 27 Mei 2011
• http://sites.google.com/site/hisfarma/Home/pengelolaan-obat. Diakses tanggal 27 Mei 2011
• http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/2011/05/manajemen-perencanaan-obat-di-rumah.html. Diakses tanggal 28 Mei 2011
Sabtu, 23 April 2011
makalah MPK ( pengawasan manajemen)
MAKALAH
MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
PENGAWASAN MANAJEMEN
Disusun Oleh :
1. Evi Mustaviah (B1003013)
2. Evi Nurhidayah (B1003014)
3. Febriana P (B1003015)
4. Ferdian Bulan P (B1003016)
5. Ferdian Indra S (B1003017)
6. Feronika (B1003018)
DIREKTORAT PERGURUAN TINGGI
POLITEKNIK BANJARNEGARA
2011
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur telah penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. karena berkat limpahan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah bahasa Indonesia ini.
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia dan dengan harapan pembaca dapat lebih mengerti, memahami dan menerapkan penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari.
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masing dalam ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan senantiasa penulis harapkan dalam upaya penyempurnaan laporan ini.
Akhirnya penulis berharap, makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca dalam kegiatan belajar mengajar.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Banjarnegara, 21 April 2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fungsi pengawasan merupakan fungsi setiap manajer yang terakhir, setelah fungsi-fungsi merencanakan, mengorganisasi, menyusun tenaga kerja dan memberi perintah. Fungsi ini merupakan fungsi pimpinan yang berhubungan dengan usaha menyelamatkan jalannya perusahaan kearah pulau cita-cita, yakni kepada tujuan yang telah direncanakan.
Melakukan suatu tugas, hanya mungkin dengan baik bila seseorang yang melaksanakan tugas itu mengerti arti dan tujuan dari tugas yang dilaksanakan. Demikian pula seorang pemimpin yang melakukan tugas pengawasan, haruslah sungguh-sungguh mengerti arti dan tujuan dari pada pelaksanaan tugas pengawasan. Menerapkan prinsip-prinsip pengawasan dengan baik, akan mengefektifkan pengawasan dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, guna memeahami dengan jelas tentang pengawasan, perlu dijelaskan secara terperinci jenis-jenis pengawasan itu. Berhubung karena berbagai keadaan khusus badan usaha, dan keinginan mereka yang melaksanakan pengawasan, maka terdapat pula perbedaan-perbedaan dalam cara mengawasi.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian pengawasan
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pengawasan
3. Untuk mengetahui metode pengawasan
4. Untuk mengetahui tahap-tahap pengawasan
5. Untuk mengetahui syarat pengawasan
6. Untuk mengetahui jenis-jenis pengawasan
C. Rumusan Masalah
Dari masalah yang ada dapat dirumuskan:
1. Apa pengertian pengawasan?
2. Bagaimana bentuk-bentuk pengawasan?
3. Bagaimana metode pengawasan?
4. Bagaimana tahap-tahap pengawasan?
5. Apa saja syarat-syarat pengawasan?
6. Apa saja jenis-jenis pengawasan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Menurut Robert J. Mockler pengawasan yaitu usaha sistematik menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar, menentukan dan mengukur deviasi-deviasai dan mengambil tindakan koreksi yang menjamin bahwa semua sumber daya yang dimiliki telah dipergunakan dengan efektif dan efisien.
Pengendalian / Pengawasan adalah proses mengarahkan seperangkat variable / unsure ( manusia, peralatan, mesin, organisasi ) kearah tercapainya suatu tujuan atau sasaran manajemen.
Pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya.
Pengawasan adalah proses untuk memastikan bahwa segala aktifitas yang terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Pengawasan manajemen adalah suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan manajemen dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan dimana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya untuk mencapai tujuan atau sasaran manajemen.
Menurut Robert J. Mockler pengawasan yaitu usaha sistematik menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar, menentukan dan mengukur deviasi-deviasai dan mengambil tindakan koreksi yang menjamin bahwa semua sumber daya yang dimiliki telah dipergunakan dengan efektif dan efisien.
B. Bentuk-bentuk Pengawasan
• Pengawasan Pendahulu (feeforward control, steering controls)
Dirancang untuk mengantisipasi penyimpangan standar dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum kegiatan terselesaikan. Pengawasan ini akan efektif bila manajer dapat menemukan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang perubahan yang terjadi atau perkembangan tujuan.
• Pengawasan Concurrent (concurrent control)
Yaitu pengawasan “Ya-Tidak”, dimana suatu aspek dari prosedur harus memenuhi syarat yang ditentukan sebelum kegiatan dilakukan guna menjamin ketepatan pelaksanaan kegiatan.
• Pengawasan Umpan Balik (feedback control, past-action controls)
Yaitu mengukur hasil suatu kegiatan yang telah dilaksanakan, guna mengukur penyimpangan yang mungkin terjadi atau tidak sesuai dengan standar.
C. METODE-METODE PENGAWASAN
Metode-metode pengawasan bisa dikelompokkan ke dalam dua bagian; pengawasan non-kuantitatif dan pengawasan kuantitatif
a. Pengawasan Non-kuantitatif
Pengawasan non-kuantitatif tidak melibatkan angka-angka dan dapat digunakan untuk mengawasi prestasi organisasi secara keseluruhan. Teknik-teknik yang sering digunakan adalah:
• Pengamatan (pengendalian dengan observasi). Pengamatan ditujukan untuk mengendalikan kegiatan atau produk yang dapat diobservasi.
• Inspeksi teratur dan langsung. Inspeksi teratur dilakukan secara periodic dengan mengamati kegiatan atau produk yang dapat diobservasi.
• Laporan lisan dan tertulis. Laporan lisan dan tertulis dapat menyajikan informasi yang dibutuhkan dengan cepat disertai dengan feed-back dari bawahan dengan relatif lebih cepat.
• Evaluasi pelaksanaan.
• Diskusi antara manajer dengan bawahan tentang pelaksanaan suatu kegiatan. Cara ini dapat menjadi alat pengendalian karena masalah yang mungkin ada dapat didiagnosis dan dipecahkan bersama.
• Management by Exception (MBE). Dilakukan dengan memperhatikan perbedaan yang signifikan antara rencana dan realisasi. Teknik tersebut didasarkan pada prinsip pengecualian. Prinsip tersebut mengatakan bahwa bawahan mengerjakan semua kegiatan rutin, sementara manajer hanya mengerjakan kegiatan tidak rutin.
b. Pengawasan Kuantitatif
Pengawasan kuantitatif melibatkan angka-angka untuk menilai suatu prestasi. Beberapa teknik yang dapat dipakai dalam pengawasan kuantitatif adalah:
1) Anggaran
anggaran operasi, anggaran pembelanjaan modal, anggaran penjualan, anggaran kas
anggaran khusus, seperti planning programming, bud getting system (PBS), zero-base budgeting ( ZBB ), dan human resource accounting ( HRA )
2) Audit
• Internal Audit
Tujuan : membantu semua anggota manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab mereka dengan cara mengajukan analisis, penilaian, rekomendasi dan komentar mengenai kegiatan mereka.
• Ekternal Audit
Tujuan : menetukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar keadaan keuangan dan hasil perusahaan, pemeriksaan dilakasanakan oleh pihak yang bebas dari pengaruh manajemen.
3) Analisis break-even
Menganalisa dan menggambarkan hubungan biaya dan penghasilan untuk menentukan pada volume berapa agar biaya total sehingga tidak mengalami laba atau rugi.
4) Analisis rasio
Menyankut dua jenis perbandingan
• Membandingkan rasia saat ini dengan rasia-rasia dimasa lalu
• Membandingkan rasia-rasia suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis
5) Bagian dari Teknik yang berhubungan dengan waktu pelaksanaan kegiatan, seperti :
Bagan Ganti
a. Bagan yang mempunyai keluaran disatu sumbu dan satuan waktu disumbu yang lain serta menunjukan kegiatan yang direncanakan dan kegiatan yang telah diselesaikan dalam hubungan antar setiap kegiatan dan dalam hubunganya dengan waktu.
b. Program Evaluation and Reviw Technique (PERT)
Dirancang untuk melakukan scheduling dan pengawasan proyek – proyek yang bersifat kompleks dan yang memerlukan kegiatan – kegiatan tertentu yang harus dijalankan dalam urutan tertentu dan dibatasi oleh waktu.
D. Tahap-tahap Proses Pengawasan
1. Tahap Penetapan Standar, Tujuannya adalah sebagai sasaran, kuota, dan target pelaksanaan kegiatan yang digunakan sebagai patokan dalam pengambilan keputusan. Bentuk standar yang umum, yaitu :
• standar phisik
• standar moneter
• standar waktu
2. Tahap Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Digunakan sebagai dasar atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan secara tepat
3. Tahap Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Beberapa proses yang berulang-ulang dan kontinue, yang berupa atas, pengamatan, laporan, metode, pengujian, dan sampel.
4. Tahap Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa Penyimpangan
Digunakan untuk mengetahui penyebab terjadinya penyimpangan dan menganalisanya, juga digunakan sebagai alat pengambilan keputusan.
5. Tahap Pengambilan Tindakan Koreksi
Bila diketahui dalam pelaksanaannya terjadi penyimpangan, dimana perlu ada perbaikan dalam pelaksanaan.
E. Syarat-syarat Pengawasan
1. Pengawasan harus mendukung sifat dan kebutuhan kegiatan.
2. Pengawasan harus melaporkan setiap penyimpangan yang terjadi dengan segera.
3. Pengawasan harus mempunyai pandangan ke depan.
4. Pengawasan harus obyektif,teliti,dan sesuai dengan standard
5. Pengawasan harus luwes atau fleksibel.
6. Pengawasan harus serasi dengan pola organisasi.
7. Pengawasan harus ekonomis.
8. Pengawasan harus mudah dimengerti.
9. Pengawasan harus diikuti dengan perbaikan atau koreksi.
F. Jenis-jenis Pengawasan
Jenis-jenis pengawasan dapat ditinjau dari 3 segi :
1. Pengawasan dari segi waktu, yang dipakai dalam pengawasan ialah perencanaan budget, sedangkan pengawasan secara repensif alat budget dan laporan.
2. Pengawasan dilihat dari segi obyektif, Pengawasan dari segi obyektif ialah pengawasan terhadap produksi dan sebagainya. Ada juga yang mengatakan karyawan daru segi obyek merupakan pengawasan secara administratif dan pengawasa operatif. Contoh pengawasan administratif ialah pengawasan anggaran, inspeksi, pengawasan order dan pengawasan kebijaksanaan.
3.Pengawasan dari segi subyek, Pengawasan dari segi subyek terdiri dari pengawasanintern dan pengawasan ekstern.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa :
1. Pengawasan yaitu usaha sistematik menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar, menentukan dan mengukur deviasi-deviasai dan mengambil tindakan koreksi yang menjamin bahwa semua sumber daya yang dimiliki telah dipergunakan dengan efektif dan efisien.
2. Syarat-syarat Pengawasan yaitu :
1. Pengawasan harus mendukung sifat dan kebutuhan kegiatan.
2. Pengawasan harus melaporkan setiap penyimpangan yang terjadi dengan segera.
3. Pengawasan harus mempunyai pandangan ke depan.
4. Pengawasan harus obyektif,teliti,dan sesuai dengan standard
5. Pengawasan harus luwes atau fleksibel.
6. Pengawasan harus serasi dengan pola organisasi.
7. Pengawasan harus ekonomis.
8. Pengawasan harus mudah dimengerti.
9. Pengawasan harus diikuti dengan perbaikan atau koreksi.
B. Saran
• Sebaiknya dalam melakukan pengawasan, di pilih orang yang benar – benar mengerti arti dan tujuan tugas yang di laksanakan, agar pengawasan bejalan dengan baik.
• Sebaiknya dalam melakukan pengawasan menerapkan prinsip-prinsip pengawasan dengan baik, supaya mengefektifkan pengawasan dalam pelaksanaannya.
DAFTAR PUSTAKA
• http://jajusuf.blogspot.com/2009/11/manajemen-umum-pengawasan.html
• pusdiklatwas.bpkp.go.id/filenya/namafile/300/Manwas_Dalnis.pdf
• luluk.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/.../Pertemuan+ketigabelas.ppt
• puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/man/article/.../15598/15590
• www.makalahmanajemen.com/.../manajemen-dasar-dan-teknik-pengawasan.html
• www.bppk.depkeu.go.id/.../manajemen.../manajemen-risiko-dan-fungsi-pengawasan.html
• elviraholics.blogspot.com/.../pengawasan-manajemen-dalam-kehidupan.html
MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
PENGAWASAN MANAJEMEN
Disusun Oleh :
1. Evi Mustaviah (B1003013)
2. Evi Nurhidayah (B1003014)
3. Febriana P (B1003015)
4. Ferdian Bulan P (B1003016)
5. Ferdian Indra S (B1003017)
6. Feronika (B1003018)
DIREKTORAT PERGURUAN TINGGI
POLITEKNIK BANJARNEGARA
2011
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur telah penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. karena berkat limpahan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah bahasa Indonesia ini.
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia dan dengan harapan pembaca dapat lebih mengerti, memahami dan menerapkan penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari.
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masing dalam ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan senantiasa penulis harapkan dalam upaya penyempurnaan laporan ini.
Akhirnya penulis berharap, makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca dalam kegiatan belajar mengajar.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Banjarnegara, 21 April 2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fungsi pengawasan merupakan fungsi setiap manajer yang terakhir, setelah fungsi-fungsi merencanakan, mengorganisasi, menyusun tenaga kerja dan memberi perintah. Fungsi ini merupakan fungsi pimpinan yang berhubungan dengan usaha menyelamatkan jalannya perusahaan kearah pulau cita-cita, yakni kepada tujuan yang telah direncanakan.
Melakukan suatu tugas, hanya mungkin dengan baik bila seseorang yang melaksanakan tugas itu mengerti arti dan tujuan dari tugas yang dilaksanakan. Demikian pula seorang pemimpin yang melakukan tugas pengawasan, haruslah sungguh-sungguh mengerti arti dan tujuan dari pada pelaksanaan tugas pengawasan. Menerapkan prinsip-prinsip pengawasan dengan baik, akan mengefektifkan pengawasan dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, guna memeahami dengan jelas tentang pengawasan, perlu dijelaskan secara terperinci jenis-jenis pengawasan itu. Berhubung karena berbagai keadaan khusus badan usaha, dan keinginan mereka yang melaksanakan pengawasan, maka terdapat pula perbedaan-perbedaan dalam cara mengawasi.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian pengawasan
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pengawasan
3. Untuk mengetahui metode pengawasan
4. Untuk mengetahui tahap-tahap pengawasan
5. Untuk mengetahui syarat pengawasan
6. Untuk mengetahui jenis-jenis pengawasan
C. Rumusan Masalah
Dari masalah yang ada dapat dirumuskan:
1. Apa pengertian pengawasan?
2. Bagaimana bentuk-bentuk pengawasan?
3. Bagaimana metode pengawasan?
4. Bagaimana tahap-tahap pengawasan?
5. Apa saja syarat-syarat pengawasan?
6. Apa saja jenis-jenis pengawasan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Menurut Robert J. Mockler pengawasan yaitu usaha sistematik menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar, menentukan dan mengukur deviasi-deviasai dan mengambil tindakan koreksi yang menjamin bahwa semua sumber daya yang dimiliki telah dipergunakan dengan efektif dan efisien.
Pengendalian / Pengawasan adalah proses mengarahkan seperangkat variable / unsure ( manusia, peralatan, mesin, organisasi ) kearah tercapainya suatu tujuan atau sasaran manajemen.
Pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya.
Pengawasan adalah proses untuk memastikan bahwa segala aktifitas yang terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Pengawasan manajemen adalah suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan manajemen dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan dimana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya untuk mencapai tujuan atau sasaran manajemen.
Menurut Robert J. Mockler pengawasan yaitu usaha sistematik menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar, menentukan dan mengukur deviasi-deviasai dan mengambil tindakan koreksi yang menjamin bahwa semua sumber daya yang dimiliki telah dipergunakan dengan efektif dan efisien.
B. Bentuk-bentuk Pengawasan
• Pengawasan Pendahulu (feeforward control, steering controls)
Dirancang untuk mengantisipasi penyimpangan standar dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum kegiatan terselesaikan. Pengawasan ini akan efektif bila manajer dapat menemukan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang perubahan yang terjadi atau perkembangan tujuan.
• Pengawasan Concurrent (concurrent control)
Yaitu pengawasan “Ya-Tidak”, dimana suatu aspek dari prosedur harus memenuhi syarat yang ditentukan sebelum kegiatan dilakukan guna menjamin ketepatan pelaksanaan kegiatan.
• Pengawasan Umpan Balik (feedback control, past-action controls)
Yaitu mengukur hasil suatu kegiatan yang telah dilaksanakan, guna mengukur penyimpangan yang mungkin terjadi atau tidak sesuai dengan standar.
C. METODE-METODE PENGAWASAN
Metode-metode pengawasan bisa dikelompokkan ke dalam dua bagian; pengawasan non-kuantitatif dan pengawasan kuantitatif
a. Pengawasan Non-kuantitatif
Pengawasan non-kuantitatif tidak melibatkan angka-angka dan dapat digunakan untuk mengawasi prestasi organisasi secara keseluruhan. Teknik-teknik yang sering digunakan adalah:
• Pengamatan (pengendalian dengan observasi). Pengamatan ditujukan untuk mengendalikan kegiatan atau produk yang dapat diobservasi.
• Inspeksi teratur dan langsung. Inspeksi teratur dilakukan secara periodic dengan mengamati kegiatan atau produk yang dapat diobservasi.
• Laporan lisan dan tertulis. Laporan lisan dan tertulis dapat menyajikan informasi yang dibutuhkan dengan cepat disertai dengan feed-back dari bawahan dengan relatif lebih cepat.
• Evaluasi pelaksanaan.
• Diskusi antara manajer dengan bawahan tentang pelaksanaan suatu kegiatan. Cara ini dapat menjadi alat pengendalian karena masalah yang mungkin ada dapat didiagnosis dan dipecahkan bersama.
• Management by Exception (MBE). Dilakukan dengan memperhatikan perbedaan yang signifikan antara rencana dan realisasi. Teknik tersebut didasarkan pada prinsip pengecualian. Prinsip tersebut mengatakan bahwa bawahan mengerjakan semua kegiatan rutin, sementara manajer hanya mengerjakan kegiatan tidak rutin.
b. Pengawasan Kuantitatif
Pengawasan kuantitatif melibatkan angka-angka untuk menilai suatu prestasi. Beberapa teknik yang dapat dipakai dalam pengawasan kuantitatif adalah:
1) Anggaran
anggaran operasi, anggaran pembelanjaan modal, anggaran penjualan, anggaran kas
anggaran khusus, seperti planning programming, bud getting system (PBS), zero-base budgeting ( ZBB ), dan human resource accounting ( HRA )
2) Audit
• Internal Audit
Tujuan : membantu semua anggota manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab mereka dengan cara mengajukan analisis, penilaian, rekomendasi dan komentar mengenai kegiatan mereka.
• Ekternal Audit
Tujuan : menetukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar keadaan keuangan dan hasil perusahaan, pemeriksaan dilakasanakan oleh pihak yang bebas dari pengaruh manajemen.
3) Analisis break-even
Menganalisa dan menggambarkan hubungan biaya dan penghasilan untuk menentukan pada volume berapa agar biaya total sehingga tidak mengalami laba atau rugi.
4) Analisis rasio
Menyankut dua jenis perbandingan
• Membandingkan rasia saat ini dengan rasia-rasia dimasa lalu
• Membandingkan rasia-rasia suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis
5) Bagian dari Teknik yang berhubungan dengan waktu pelaksanaan kegiatan, seperti :
Bagan Ganti
a. Bagan yang mempunyai keluaran disatu sumbu dan satuan waktu disumbu yang lain serta menunjukan kegiatan yang direncanakan dan kegiatan yang telah diselesaikan dalam hubungan antar setiap kegiatan dan dalam hubunganya dengan waktu.
b. Program Evaluation and Reviw Technique (PERT)
Dirancang untuk melakukan scheduling dan pengawasan proyek – proyek yang bersifat kompleks dan yang memerlukan kegiatan – kegiatan tertentu yang harus dijalankan dalam urutan tertentu dan dibatasi oleh waktu.
D. Tahap-tahap Proses Pengawasan
1. Tahap Penetapan Standar, Tujuannya adalah sebagai sasaran, kuota, dan target pelaksanaan kegiatan yang digunakan sebagai patokan dalam pengambilan keputusan. Bentuk standar yang umum, yaitu :
• standar phisik
• standar moneter
• standar waktu
2. Tahap Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Digunakan sebagai dasar atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan secara tepat
3. Tahap Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Beberapa proses yang berulang-ulang dan kontinue, yang berupa atas, pengamatan, laporan, metode, pengujian, dan sampel.
4. Tahap Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa Penyimpangan
Digunakan untuk mengetahui penyebab terjadinya penyimpangan dan menganalisanya, juga digunakan sebagai alat pengambilan keputusan.
5. Tahap Pengambilan Tindakan Koreksi
Bila diketahui dalam pelaksanaannya terjadi penyimpangan, dimana perlu ada perbaikan dalam pelaksanaan.
E. Syarat-syarat Pengawasan
1. Pengawasan harus mendukung sifat dan kebutuhan kegiatan.
2. Pengawasan harus melaporkan setiap penyimpangan yang terjadi dengan segera.
3. Pengawasan harus mempunyai pandangan ke depan.
4. Pengawasan harus obyektif,teliti,dan sesuai dengan standard
5. Pengawasan harus luwes atau fleksibel.
6. Pengawasan harus serasi dengan pola organisasi.
7. Pengawasan harus ekonomis.
8. Pengawasan harus mudah dimengerti.
9. Pengawasan harus diikuti dengan perbaikan atau koreksi.
F. Jenis-jenis Pengawasan
Jenis-jenis pengawasan dapat ditinjau dari 3 segi :
1. Pengawasan dari segi waktu, yang dipakai dalam pengawasan ialah perencanaan budget, sedangkan pengawasan secara repensif alat budget dan laporan.
2. Pengawasan dilihat dari segi obyektif, Pengawasan dari segi obyektif ialah pengawasan terhadap produksi dan sebagainya. Ada juga yang mengatakan karyawan daru segi obyek merupakan pengawasan secara administratif dan pengawasa operatif. Contoh pengawasan administratif ialah pengawasan anggaran, inspeksi, pengawasan order dan pengawasan kebijaksanaan.
3.Pengawasan dari segi subyek, Pengawasan dari segi subyek terdiri dari pengawasanintern dan pengawasan ekstern.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa :
1. Pengawasan yaitu usaha sistematik menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar, menentukan dan mengukur deviasi-deviasai dan mengambil tindakan koreksi yang menjamin bahwa semua sumber daya yang dimiliki telah dipergunakan dengan efektif dan efisien.
2. Syarat-syarat Pengawasan yaitu :
1. Pengawasan harus mendukung sifat dan kebutuhan kegiatan.
2. Pengawasan harus melaporkan setiap penyimpangan yang terjadi dengan segera.
3. Pengawasan harus mempunyai pandangan ke depan.
4. Pengawasan harus obyektif,teliti,dan sesuai dengan standard
5. Pengawasan harus luwes atau fleksibel.
6. Pengawasan harus serasi dengan pola organisasi.
7. Pengawasan harus ekonomis.
8. Pengawasan harus mudah dimengerti.
9. Pengawasan harus diikuti dengan perbaikan atau koreksi.
B. Saran
• Sebaiknya dalam melakukan pengawasan, di pilih orang yang benar – benar mengerti arti dan tujuan tugas yang di laksanakan, agar pengawasan bejalan dengan baik.
• Sebaiknya dalam melakukan pengawasan menerapkan prinsip-prinsip pengawasan dengan baik, supaya mengefektifkan pengawasan dalam pelaksanaannya.
DAFTAR PUSTAKA
• http://jajusuf.blogspot.com/2009/11/manajemen-umum-pengawasan.html
• pusdiklatwas.bpkp.go.id/filenya/namafile/300/Manwas_Dalnis.pdf
• luluk.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/.../Pertemuan+ketigabelas.ppt
• puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/man/article/.../15598/15590
• www.makalahmanajemen.com/.../manajemen-dasar-dan-teknik-pengawasan.html
• www.bppk.depkeu.go.id/.../manajemen.../manajemen-risiko-dan-fungsi-pengawasan.html
• elviraholics.blogspot.com/.../pengawasan-manajemen-dalam-kehidupan.html
Langganan:
Postingan (Atom)