Rabu, 23 Maret 2011

makalah entomology

CACING WUCHERERIA BANCROFTI
PENYEBAB FILARIASIS












Disusun Oleh:
1. Agus Setiawan (B1003002)
2. Evi Nurhidayah (B1003014)
3. Gentur Tri Utomo (B1003020)
4. Husni Mubarok (B1003022)
5. Isnaini Candrawati (B1003028)






DIREKTORAT PERGURUAN TINGGI
PRODI DIII KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK BANJARNEGARA
TAHUN 2011



KATA PENGANTAR



Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur telah penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. karena berkat limpahan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Entomologi Kesehatan ini.
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Entomologi Kesehatan dan dengan harapan pembaca dapat lebih mengerti, memahami tentang Penyakit Filariasis.
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masing dalam ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan senantiasa penulis harapkan dalam upaya penyempurnaan laporan ini.
Akhirnya penulis berharap, makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca dalam kegiatan belajar mengajar.
Wassalamualaikum Wr. Wb





Banjarnegara, Maret 2011


Penulis






BAB I
PENDAHULUAN



A. Latar belakang

Indonesia merupakan daerah yang termasuk wilayah tropis. Di daerah tropis seperti Indonesia ini banyak terjadi penyakit-penyakit menular seperti Filariasis. Filariasis atau biasa dikenal dengan penyakit kaki gajah merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing nematoda parasit yaitu Wuchereria Bancrofti. Wuchereria bancrofti atau disebut juga Cacing Filaria adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam filum Nemathelminthes. Nematoda Filaria termasuk ke dalam spirurorida superfamilia filaricae. Mereka mirip spirurorida lainnya dalam beberapa hal, tetapi sangat berbeda. Cacing ini merupakan cacing yang panjang, tipis dan hidup diluar alat pencernaan.
Secara umum filarida pada mamalia lebih penting didaerah tropis dibanding daerah dingin, meskipun demikian terdapat perkecualian yang penting. Di pihak lain, filarida banyak terdapat pada burung-burung liar didaerah dingin, tapi hanya sedikit yang diketahui tentang hal ini.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui mengenai cacing Wuchereria Bancrofty
2. Untuk mengetahui hospes Wuchereria Bancrofty sebagai vektor penyakit Filariasis
3. Untuk mengetahui penyakit Filariasis

C. Rumusan masalah
Dari masalah yang ada dapat dirumuskan:
1. Bagaimana daur hidup dan morfologi cacing Wuchereria Bancrofty ?
2. Bagaimana hospes Wuchereria Bancrofty menularkan penyakit Filariasis?
3. Bagaimana penjelasan mengenai penyakit Filariasis secara menyeluruh?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Cacing Wuchereria Bancrofty
1. Pengertian
W.bancrofti merupakan parasit manusia dan menyebabkan filariasis bankrofti atau wukereriaisis bankrofti. Penyakit ini tergolong dalam filariasislimfatik, bersamaan dengan penyakit yang disebabkan oleh Brugia malayi dan Brugia timori W.bancrofti tidak terdapat secara alami pada hewan.

2. Daur Hidup
Cacing dewasa jantan dan betina hidup disaluran dan kelenjar limfe, bentuknya halus seperti benang dan berwarna putih susu. Cacing betina berukuran 65-100 mm x 0,25 mm dan yang jantan 40 mm x 0,1 mm. Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria yang bersarung dengan ukuran 250 – 300 mikron x 7 – 8 mikron. Mikrofilaria hidup didalam darah dan terdapat dialiran darah tepi pada waktu-waktu tertentu saja, jadi mempunyai periodisitas. Pada umumnya mikrofilaria Wuchereria Bancrofty bersifat periodisitas nokturna, artinya mikrifilaria hanya terdapat didalam darah tepi pada waktu malam. Pada siang hari, mikrofilaria terdapat dikapiler alat dalam (paru, jantung, ginjal, dsb).
Didaerah pasifik, mikrofilaria Wuchereria Bancrofty mempunyai periodisitas sub periodik diurna. Mikrofilaria terdapat didalam darah siang dan malam, tetapi jumlahnya lebih banyak pada waktu siang. Di MuangThai terdapat suatu daerah yang mikrofilarianya bersifat sub periodik nokturna. Faktor-faktor ynag dapat mempengaruhi periodisitas mikrofilaria adalah kadar zat asam dan zat lemas didalam darah, aktivitas hospes, “irama sirkadian”, jenis hospes dan jenis parasit, tetapi secara pasti mekanisme periodisitas mikrofilaria tersebut belum diketahui.
Didaerah perkotaan, parasit ini ditularkan oleh nyamuk Culex Quinque-fasciatus. Dipedesaan, vektornya adalah nyamuk Anopheles atau nyamuk Aedes. Parasit ini tidak ditularkan oleh nyamuk mansonia. Daur hisup parasit ini memerlukan waktu sangat panjang. Masa pertumbuhan parasit didalam nyamuk kurang lebih 2 minggu.


3. Morfologi Wuchereria Bancrofty
• Larva stadium 1 panjangnya kurang lebih 147 mikron, bentuknya seperti sosis, ekornya panjang dan lancip.
• Larva stadium 2 panjangnya kurang lebih 450 mikron, bentuknya lebih gemuk dan lebih panjang daripada bentuk stadium 1, ekornya pendek seperti kerucut.
• Larva stadium 3 panjangnya kurang lebih 1200 mikron, bentuknya langsing, pada ekornya terdapat 3 buah papil.
• Mikrofilaria panjangnya kurang lebih 250 mikron, besarung pucat (pewarnaan hematoxilin), lekuk badan halus, panjang ruang kepala sama dengan lebarnya, inti halus dan teratur, tidak ada inti tambahan.
• Cacing dewasa (mikrofilaria) halus seperti benang, warna putih kekuningan.
• Cacing jantan panjangnya kurang lebih 40 mm ekornya melingkar, mempunyai 2 spikula.
• Cacing betina panjangnya 65 - 100 mm, ekor lurus berujung tumpul.

B. Hospes Wuchereria Bancrofty menularkan penyakit Filariasis
Seseorang dapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah apabila orang tersebut digigit nyamuk yang infektif yaitu nyamuk yang mengandung larva stadium III ( L3 ). Nyamuk tersebut mendapat cacing filarial kecil ( mikrofilaria ) sewaktu menghisap darah penderita mengandung microfilaria atau binatang reservoir yang mengandung microfilaria. Siklus Penularan penyakit kaiki gajah ini melalui dua tahap, yaitu perkembangan dalam tubuh nyamuk ( vector ) dan tahap kedua perkembangan dalam tubuh manusia (hospes) dan reservoair.

C. Penyakit Filariasis
1. Pengertian
Filariasis adalah penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di wilayah tropika seluruh dunia. Penyebabnya adalah edema, infeksi oleh sekelompok cacing nematoda parasit yang tergabung dalam superfamilia Filarioidea. Filariasis biasanya dikelompokkan menjadi tiga macam, berdasarkan bagian tubuh atau jaringan yang menjadi tempat bersarangnya: filariasis limfatik, filariasis subkutan (bawah jaringan kulit), dan filariasis rongga serosa (serous cavity). Filariasis limfatik disebabkan Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori[1]. bagian kelamin, tetapi W. bancrofti dapat menyerang tungkai dada, serta alat kelamin. Filariasis subkutan disebabkan oleh Loa loa (cacing mata Afrika), Mansonella streptocerca, Onchocerca volvulus, dan Dracunculus medinensis Gejala elefantiasis (penebalan kulit dan jaringan-jaringan di bawahnya) sebenarnya hanya disebabkan oleh filariasis limfatik ini. B. timori diketahui jarang menyerang (cacing guinea). Mereka menghuni lapisan lemak yang ada di bawah lapisan kulit. Jenis filariasis yang terakhir disebabkan oleh Mansonella perstans dan Mansonella ozzardi, yang menghuni rongga perut. Semua parasit ini disebarkan melalui nyamuk atau lalat pengisap darah, atau, untuk Dracunculus, oleh kopepoda (Crustacea).

2. Gejala Penyakit Filariasis
Gejala Filariais Akut dapat berupa:
• Demam berulang-ulang selama 3-5 hari, demam dapat hilang bila istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat
• Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan paha, ketiak (lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit
• Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung (retrograde lymphangitis)
• Filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening, dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah
• Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan terasa panas (early lymphodema)

3. Diagnosa penyakit filariasis
Penyakit kaki gajah ini umumnya terdeteksi melalui pemeriksaan mikroskopis darah, Sampai saat ini hal tersebut masih dirasakan sulit dilakukan karena microfilaria hanya muncul dan menampilkan diri dalam darah pada waktu malam hari selama beberapa jam saja (nocturnal periodicity).
Selain itu, berbagai methode pemeriksaan juga dilakukan untuk mendiagnosa penyakit kaki gajah. Diantaranya ialah dengan system yang dikenal sebagai Penjaringan membran, Metode konsentrasi Knott dan Teknik pengendapan.
Metode pemeriksaan yang lebih mendekati kearah diagnosa dan diakui oleh pihak WHO adalah dengan jalan pemeriksaan sistem "Tes kartu", Hal ini sangatlah sederhana dan peka untuk mendeteksi penyebaran parasit (larva). Yaitu dengan cara mengambil sample darah sistem tusukan jari droplets diwaktu kapanpun, tidak harus malam hari.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis antara lain sebagai berikut:
1. Diagnosis Immunologi dengan ELISA dan Immunochromatographic Test ( ICT ). Kedua teknik ini pada dasarnya menggunakan antibodi monoklonal yang spesifik untuk mendeteksi anti gen filarial dalam sirkulasi. Hasil tes yang positif menunjukan adanya infeksi aktif walaupun mikrofilaria tidak ditemukan dalam darah dan juga digunakan untuk monitor keefektifan terapi. Pada stadium opstruktif mikrofilaria sering tidak dijumpai dalam darah, tetapi ada didalam cairan hidrokel atau cairan chyluria.
2. Pemeriksaan urin dan mikroskopis: jika diduga filariasis limfatik, pemeriksaan urin secara makroskopis untuk chyluria kemudian dipusatkan untuk mikrofilaria.
3. CBC (Complete Blood Count): eosinofilia terjadi pada semua bentuk infeksi filariasis yang jelas.
4. Penilaian serum imunoglobulin: peningkatan serum Ige dan IgG4 dapat terlihat pada filariasis aktif.

4. Pengobatan, pencegahan dan rehabilitasi penyakit filariasis
A. Pengobatan
Penggunaan obat-obat anti filaria harus disesuaikan per individu. Penderita-penderita yang lebih tua dengan obstruksi limfatik kronis dan mereka yang tinggal pada daerah endemis tidak menunjukkan adanya manfaat dari pengobatan spesifik. Pengobatan filariasis harus spesifik dan sesuai dengan mikrofilaria yang terisolasi atau anti gen dalam darah yang terdeteksi.
Diethylcarbamazine (DEC) merupakan obat pilihan baik untuk pengobatan perorangan atau masal. DEC bersifat membunuh mikrofilaria dan juga cacing dewasa pada pengobatan jangka panjang. Pengobatan perorangan ditujukan untuk menghancurkan parasit dan mengeliminasi, mengurangi, atau mencagah kesakitan.
DEC merupakan derivat piperazine. Immobilisasi mikrofilaria terjadi dengan menurunkan aktivitas otot akibat efek hiperpolarisasi, namun mekanisme yang tepat belum diketahui. Perubahan permukaan membran dan peningkatan destruksi oleh didtem imun hospes juga terjadi. Bisa juga meningkatkan adhesi granulosit via mekanisme antibodi-dependent dan antibodi-independent. Diduga pula, DEC juga mengganggu proses intrasel mikrifilaria dan transpor makromolekul spesifik.
Dosis dewasa: 6 mg / kg / hari dalam dosis terbagi, setelah makan, selama > 12 hari, sering dalam 3 minggu. Dosis rendah ( kurang lebih 2-3 mg / kg / hari ) biasanya dianjurkan untuk 3 hari pertama pengobatan untuk menurunkan resiko efek samping. Pada anak usia < 2 tahun tidak diberikan, tapi untuk usia lebih dari 2 tahun, dosis sama dengan orang dewasa. Kontra indikasi bila terjadi reaksi hipersensitivitas. Individu yang lebih muda dengan limfangitis akut harus diberikan DEC 50 mg pada hari I, 2 x 50 mg pada hari II, 3 x 50 mg pada hari 3 dan 10 mg / kg BB pada hari ke 4-21. Pada pengobatan masal, pemberian DEC dosis standar tidak dianjurkan mengingat efek samping yang dapat ditimbulkan. Untuk itu DEC diberikan dengan dosis rendah dengan jangka waktu pemberian lebih lama untuk mencapai dosis total yang sama. Jika terjadi demam, nyeri kepala atau pembengkakan sendi maka pengobatan harus dihentikan dan diberikan kortikosteroid. Ivermectin (Mectizan, 22, 23- dihidroavermectin) merupakan derivat macrocyclic lactone dari Avermectin yang mempunyai aktivitas luas terhadap nematoda dan ektoparasit. Obat ini hanya membunuh mikrofilaria. Dosis dewasa adalah 150-200 µg / kg p.o.,dosis tunggal, diberikan kurang lebih 2-3 bulan sekali. Pada anak dengan usia < 5 tahun atau berat badan < 15 kg tidak dianjurkan sedangkan anak usia 5 tahun atau berat badan > 15 kg, dosis pemberian seperti dosis dewasa. Kontraindikasi untuk penderita dengan hipersensitivitas dan penyakit berat lain yang terjadi bersamaan, ibu hamil dan menyusui. Efek samping yang ditimbulkan lebih ringan daripada DEC.

B. Pencegahan
Pencegahan filariasis dapat dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk (mengurangi kontak dengan vektor) misalnya menggunakan kelambu sewaktu tidur, menutup ventilasi dengan kasa nyamuk, menggunakan obat nyamuk, mengoleskan kulit dengan obat anti nyamuk, menggunakan pakaian panjang yang menutupi kulit, tidak memakai pakaian berwarna gelap karena dapat menarik nyamuk, dan memberikan obat anti-filariasis (DEC dan Albendazol) secara berkala pada kelompok beresiko tinggi terutama di daerah endemis. Dari semua cara diatas, pencegahan yang paling efektif tentu saja dengan memberantas nyamuk itu sendiri dengan cara 3M.
Filariasis hanya dapat tersebar melalui vektor yang terinfeksi larva infektif. Pencegahan untuk mengurangi kontak antara manusia dan vektor serta menurunkan jumlah infeksi dengan mengadakan pencegahan pada hospes (manusia).

C. Rehabilitasi

Penderita filariasis yang telah menjalani pengobatan dapat sembuh total. Namun, kondisi mereka tidak bisa pulih seperti sebelumnya. Artinya, beberapa bagian tubuh yang membesar tidak bisa kembali normal seperti sedia kala. Rehabilitasi tubuh yang membesar tersebut dapat dilakukan dengan jalan operasi.













BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. W.bancrofti merupakan parasit manusia dan menyebabkan filariasis bankrofti atau wukereriaisis bankrofti. Penyakit ini tergolong dalam filariasislimfatik, bersamaan dengan penyakit yang disebabkan oleh Brugia malayi dan Brugia timori W.bancrofti tidak terdapat secara alami pada hewan.
2. Cacing Wuchereria Bancrofty menyebabkan penyakit filariasis dengan ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.
3. Filariasis adalah penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di wilayah tropika seluruh dunia. Penyebabnya adalah edema, infeksi oleh sekelompok cacing nematoda parasit yang tergabung dalam superfamilia Filarioidea.


B. SARAN
Sebaiknya untuk masyarakat yang berada didaerah endemis Filariasis lebih menjaga dan memelihara lingkungannya agar meminimalisir terjadinya KLB Filariasis. Tindakan pencegahan sangat penting dilakukan seperti menggunakan kelambu sewaktu tidur, menutup ventilasi dengan kasa nyamuk, menggunakan obat nyamuk, mengoleskan kulit dengan obat anti nyamuk, menggunakan pakaian panjang yang menutupi kulit, tidak memakai pakaian berwarna gelap karena dapat menarik nyamuk, dan memberikan obat anti-filariasis (DEC dan Albendazol) secara berkala.










DAFTAR PUSTAKA

• Soegijanto,Soegeng.2005.Kumpulan Makalah Penyakit Tropis dan Infeksi Di Indonesia Jilid 4.Surabaya:Airlangga University Press.
• Sutanto,Ingei.2008.Parasitologi Kedokteran.Jakarta:Balai Penerbit FKUI.
• Prianti L.A,Juni.dkk.2003.Atlas Parasitologi Kedokteran.Jakarta:Gramedia
• http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=32
• http://orisinil.com/lifestyle/penyakit-kaki-gajah-filariasis/65
• http://www.infopenyakit.com/2009/01/penyakit-kaki-gajah-filariasis-atau.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar